06-Nikah?

235 51 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Move on itu bukan soal melupakan yang lama, tapi menghilangkan perasaan yang pernah ada.

Vania turun dari lantai dua menuju meja makan yang sudah ada Mama dan Abangnya.

"Morning Ma, Bang." Sapa Vania.

"Morning sayang." Jawab Mama Olin.

"Morning sweety." Jawab bang Ravin.

Vania mengambil piring dan menaruh nasi dan lauk diatasnya.

"Ma, Papa pulangnya kapan?" Tanya Vania.

"Bulan depan sayang," Jawab Mama.

"Yah, padahal Vania kangen banget sama Papa." Ujar Vania kecewa.

"Yang sabar ya, Papa pasti pulang kok." Mama mengelus surai rambut Vania.

Mama sedang mengisi rantang dengan lauk pauk yang ada. Vania mengernyit heran.

"Buat siapa Ma?" Tanya Vania.

"Buat Arka sayang." Jawab Mama.

"Bukannya Arka ada Bi Sari?" Tanya Vania lagi.

"Bi Sari lagi pulang kampung, jadi Bundanya Arka suruh Mama anterin makanan buat Arka, nanti kamu antar ya." Vania mengangguk.

"Ma, bentar lagi nyebar undangan nih." Ujar Ravin.

"Lho, kamu mau nikah Vin?" Tanya Mama. Ravin menggaruk tengkuknya salah bicara.

"Bukan buat Ravin, Ma. Tapi buat Vania." Ujar Ravin. Vania yang sedang makan mendadak tersedak mendengar perkataan Ravin. Vania segera meminum satu gelas air putih hingga tandas.

"Kamu mau nikah, sayang?" Tanya Mama pelan.

"Hah? Jangan percaya sama omongan Bang Ravin deh, suka ngaco." Bela Vania.

"Ngaco gimana? Orang tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik deket sama Arka." Ravin menjulurkan lidahnya.

"Iiiih, itukan cuma sahabat bang." Vania menggerutu sebal.

"Sahabat apa sahabat?" Goda Ravin.

"Sahabat!" Ujar Vania lalu pergi ke dapur.

Sepeninggalan Vania, Ravin dan Mama berbincang-bincang.

"Vin, kapan kamu ngenalin Mama sama calon mantu?" Tanya Mama.

FriendshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang