Sixteenth Bloom

2.1K 278 39
                                    


[La Fleur]

Jimin melompat girang menuju pintu saat terdengar bel. Dibukanya pintu rumah dan senyum sabitnya menghiasi wajah manis ketika melihat sang terkasih di hadapannya.

“Ibu!”  Jimin menyambut kepulangan sang ibu dengan pelukan. Tanpa sempat melepas jaketnya, Sunghee membalas pelukan anak emasnya itu dengan erat.

“Anak Ibu yang manja…” Sunghee menangkup pipi Jimin, lalu mengernyit melihat sesuatu terpasang di kepala Jimin. “Kenapa memakai beanie di dalam rumah? Apa kau ingin pergi?”

Jimin menggeleng. “Lihat ini, Bu.” Jimin membuka beanie-nya. Lalu, menunjukkan satu titik pada bagian kepalanya yang gundul. Sunghee terperangah.

“Apa yang terjadi?! Kenapa rambut anak Ibu yang tampan bisa menjadi seperti ini?!”

“Beberapa hari lalu, aku melakukan biopsi, Bu. Ayah bilang, prosedur itu dilakukan untuk memastikan bahwa aku baik-baik saja.”

Sunghee mengernyit heran. Ia sama sekali tidak mengerti maksud dari perkataan Jimin. Memang, Hoseok belum mengatakan apapun tentang kondisi Jimin pada Sunghee. Hoseok beralasan bahwa ia tidak ingin mengganggu aktivitas Sunghee hingga keadaan Jimin benar-benar bisa dipastikan.

“Mana Ayahmu?”

Jimin menarik tangan Sunghee dan menggiringnya ke ruang makan. Sudah ada Hoseok, Seokjin dan Hyebin yang sibuk menyiapkan makanan di atas meja.

“Sunghee-ya. Kau sudah sampai ternyata.” Sapa Seokjin yang sedang sibuk mengaduk salad hijau dengan spatula. Hoseok menoleh sejenak, lalu kembali menata daging steak di atas piring.

“Selamat datang, Nyonya.” Hanya Hyebin yang menyambut Sunghee dengan benar. Ia membungkuk sebelum melanjutkan tugasnya kembali. Meletakkan gelas di masing-masing bagian meja.

“Ada acara apa ini? Kenapa aku tidak tahu apa-apa?” Sunghee melemparkan protes.

Hoseok mengelap tangannya ke apron. Daging steak sudah tertata rapi di atas piring dan Hyebin dengan gesit menyusun piring tersebut ke atas meja.

“Jimin ingin mengadakan makan siang bersama. Dengan Seokjin dan Hyebin. Untuk menyambut kepulanganmu.” Hoseok menjelaskan.

Sunghee menoleh pada anaknya yang sudah bertampang sombong. Merasa bahwa dirinya hebat karena telah menginisiasi event sederhana ini. Sunghee mencium pipi malaikat kecilnya. Meninggalkan jejak bibir di pipi sang anak. Langsung saja Jimin menyemburkan protes. “Ibu!! Aku bukan anak kecil lagi, Bu!” Ia merengut sambil menghapus sisa bibir ibunya di pipi yang malah membuat cap lipstick semakin menyebar. Membuat pipi kanan Jimin jadi berwarna merah muda. Hal itu mengundang tawa semua yang ada di ruang makan.

“Jimin adalah yang terbaik dari segala yang terbaik di dunia ini.” Sunghee mengacak rambut Jimin.

Acara makan siang bersama berjalan dengan mulus. Sadar atau tidak, suasana kediaman Jung siang itu tampak begitu hangat. Selayaknya kondisi keluarga seutuhnya. Sunghee tanpa ragu bercerita tentang berbagai pengalamannya saat pemotretan pada Seokjin, yang tentu juga didengarkan oleh Hoseok. Hoseok juga tak ingin kalah cuitan dengan menyahuti apa saja yang Sunghee katakan. Tentu saja, mereka tidak melewatkan untuk melayani celotehan sang anak yang juga sangat ingin mendapat peran dalam interaksi orang dewasa di sekelilingnya.

Di tengah suasana santai itu, bel rumah berbunyi. Membuat Hyebin bergegas untuk membukakan pintu.
“Selamat datang. Mencari siapa?”

Seorang pemuda dengan jaket biru tua tampak berpikir sejenak. Ia melirik berkali-kali pada papan nama yang tertempel di atas tombol bel. Benar. Ia tidak salah rumah.

“Eum… Apakah Jimin ada?” tanyanya sedikit ragu.

“Bolehkah aku tahu Anda siapa?”

“Aku?” Taehyung menggigit bibirnya sejenak, “…teman. Aku temannya. Apakah dia ada?”

[....]
[....]
[....]


[La Fleur]

Tok tok tok? Ada apa itu Taehyung bertamu begitu?

Temukan di La Fleur Book

Love

Wella
220119  (11.13 pm)

[BOOK] La FleurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang