Part One

52 10 4
                                    

Rumah bergaya minimalis itu tampak lenggang.  Pada halaman belakang rumah itu terdapat beragam tumbuhan dan bunga beraneka warna tumbuh di taman kecil rumah itu nampak bermekaran menghantarkan hawa sejuk pada siapa saja yang melintas. Dengan pagar kayu yang mengelilingi bunga itu, nampak susunan bunga tumbuh dengan sehat. Menunjukkan ketulusan dari orang yang merawatnya.

Seorang Pria paruh baya dengan badan tegap berotot nampak serius membaca lembar demi lembar koran bertema politik dibalik frame kaca matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang Pria paruh baya dengan badan tegap berotot nampak serius membaca lembar demi lembar koran bertema politik dibalik frame kaca matanya.

Duduk dengan view yang menghadap langsung pada sejuknya taman merupakan hal yang membuatnya betah berlama-lama duduk di kursi kesayangannya. Suasana yang damai.

Derap langkah kaki terdengar membuat pria itu mengalihkan tatapannya dari koran yang Ia baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Derap langkah kaki terdengar membuat pria itu mengalihkan tatapannya dari koran yang Ia baca. Nampak gadis cantik bertubuh semampai dengan lesung pipi yang menghiasi kedua pipinya, memberikan kesan manis bagi siapa saja yang menatap. Gadis itu langsung tersenyum manis begitu sang Ayah menatapnya. 

“Ini kopinya, Yah. Diminum dulu mumpung masih hangat” ujar gadis itu lembut seraya meletakkan kopi hitam hangat dan sepiring brownies kesukaan Pria tersebut.

“Terimakasih Sayang. Kali ini brownies rasa apa?” Pria itu seraya melipat koran dan mulai menikmati kopinya, menatap paras ayu dihadapannya yang kini sudah mulai bermetafosa menjadi gadis cantik. Raquel, putri cantiknya.

“Rasa cokelat dan karamel” jawab gadis itu seraya mengiris brownies agar bisa langsung dimakan Ayahnya menjadi bagian lebih kecil.

“Rasa cokelat dan karamel” jawab gadis itu seraya mengiris brownies agar bisa langsung dimakan Ayahnya menjadi bagian lebih kecil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Seperti biasa. Nikmat dan pas” pujinya seraya menikmati rasa cokelat manis pada brownies buatannya.

“Harus dong, anak siapa dulu? Dika Atmodjo dong!” kekeh gadis itu seraya menghamburkan diri dalam pelukan hangat Ayahnya.

Dika langsung mengelus bahu gadis itu dengan hangat. Memberikan kecupan-kecupan kecil pada pucuk kepala gadisnya dan menghantarkan rasa nyaman pada relung hati gadisnya.

“Ibu mana Qel?” Tanya Dika begitu istrinya belum nampak hingga sekarang. Biasanya istrinya itu sudah berkeliaran sambil membawa gunting rumput karena istrinya itu lebih sayang dengan tanaman dan menomorduakan dirinya jika sudah berurusan dengan tanaman. 

“Disini Ayah sayang” pelukan lembut terasa pada lehernya diiringi dengan kecupan ringan yang membelai pipinya dari belakang tubuhnya. Dika yakin itu istrinya, lagi pula siapa lagi yang berani memeluk lehernya jika bukan istri tersayangnya?

Dika langsung mengelus tangan istrinya yang memeluk lehernya dan mengeratkan dekapan pada anak gadisnya hingga kedua tangannya memeluk dua wanita tersayangnya.

“Uhhh, Ayah yakin pagi ini orang yang paling beruntung adalah Ayah karena dipeluk oleh dua bidadari cantik sedunia” kekehnya yang langsung mendapatkan sorakan dari dua wanitanya.

Martha, istrinya terkekeh mendengar ucapannya, “Bidadari Ayah kan Cuma kita. Siapa lagi dong yang mau meluk Ayah kalau bukan kita? Iya kan Qel?”

“Tau tuh Ayah. Kepedean deh” cibir Raquel sakras, namun berbanding terbalik dengan matanya yang memancarkan kehangatan dan bibirnya melengkungan senyuman manis hingga dua lesung pipinya nampak jelas. Cantik.

“iya-iya Ayah kalah. Ampun duo Ndoro” selalu panggilan itu yang diucapkan Ayahnya jika sudah terpojok oleh Raquel dan Ibunya. Mereka tertawa atas obrolan ringan itu.

Suasana hening ketika mereka sibuk dan fokus menikmati brownies buatan Raquel yang selalu enak dan tidak mengecewakan.

Ditemani minuman yang dibawa oleh Martha dan kicauan burung,  satu piring penuh brownies rasa cokelat dan karamel buatan Raquel telah tandas tanpa tersisa.
Menemani Pagi mereka setelah sarapan beberapa saat yang lalu. Hal itu seperti rutinitas mereka. Quality time dengan menikmati camilan setelah sarapan adalah hal yang sering mereka lakukan daripada menonton tv merupakan hal favorit mereka sebelum sibuk dengan aktifitas masing-masing. Dika dengan pekerjaannya perusahaan swasta, Martha yang merupakan guru di Sekolah Menengah Pertama, dan Raquel yang sedang menikmati liburan menjelang kuliah yang kadang diisi dengan berjualan online.

Seolah teringat sesuatu, Dika memanggil Raquel dan bertanya,  “Bentar lagi pendaftaran Perguruan Tinggi udah dibuka kan Qel? Kamu tetap konsisten dengan kewajiban kamu kan?” tatapan Dika kini mengarah pada sosok anak gadisnya yang langsung melunturkan senyum begitu Ia mengucapkan kewajiban yang harus putrinya itu lakukan.

“Iya Ayah. Raquel enggak lupa kok” lirihnya seraya menunduk. Kenapa Ayahnya mengungkit hal sensitif itu di saat Ia tengah bahagia sih? Ia tahu, saat itu akan tiba. Saat dimana Ia harus meninggalkan tempat ini dan berpisah dari Ayah dan Ibunya. Dimana Ia harus berada ditempat dan bertemu dengan dia. Namun sungguh, dia belum siap dan, mungkin tidak akan pernah siap.

Martha yang mengetahui putri cantiknya tengah bersedih langsung mengalihkan pembicaraan, “Ayah sok lupa nih. Ayah kan udah janji mau nemenin Ibu panen mangga. Terus kita mau pesta rujak bertiga”.

“Iyahkah? Sekarang?”ucapnya pura-pura lupa begitu istrinya memelototi dirinya seakan berkata ‘Tanggung jawab kau membuat Anak gadisku sedih, sayang’.

Dika merasa bersalah. Apalagi kini Raquel menikmati browniesnya dengan lambat. Nampak tidak bersemangat seperti tadi. Astaga, Dika langsung merengkuh Raquel pada dada lebarnya. Mengusap-usap punggung mungil itu dengan gerakan konstan yang mengantarkan kehangatan kemudian berbisik lirih, “Sorry baby, Ayah nggak bermaksud kok. Maaf ya? Maaf” bisiknya dengan memberikan kecupan pada kening anak gadisnya lama.

It’s okay dad, Aku aja yang terlalu baper” kekehnya dan langsung mengernyit begitu melihat Ayahnya berjongkok dihadapnnya dan mengeluarkan cengiran konyol.

“Ayah ngapain? Mau kentut?” tanya Raquel bodoh.

“Enak aja kentut! Ayah mau Cuma mau nawarin punggung Ayah buat gendong Princess Ayah dong. Mau nggak? Kalau enggak ya udah” ujarnya seraya pura-pura hendak bangkit dari jongkoknya.

Langsung saja Raquel menjatuhkan dirinya pada punggung lebar Ayahnya. Melingkarkan kedua tangannya pada leher sang Ayah dan memekik begitu Ayahnya bangkit dengan tiba-tiba. Langsung saja Ia melingkarkan kedua kakinya pada pinggul sang Ayah dan mengeratkan tangannya pada leher Ayahnya.

Tawanya bergemerincing begitu Ayahnya berlari seraya menggendongnya dan melompati Pussy, kucing kesayangannya dengan lincah.

“Hati-hati Ayah, awas jatuh!” pekik Martha panik yang hanya dibalas oleh peletan lidah suaminya.

Martha mendengus jengkel, namun senyumnya tak luntur. Tatapan matanya memancarkan pengharapan yang besar. Harapan atas Raquel. Putrinya.

Semoga tawa dan binar bahagia itu selalu ada padamu, Nak. Ingat selalu Ayah dan Ibu menyayangimu. Selalu’ batin Martha.

TBC

Next?

Please Vote dan Coment dibawah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang