1

7 0 0
                                    

Aksata Pramudya Megantara. Cowok berperawakan tinggi dan berbadan atletis, sederhana, keras kepala, dingin dan kasar.

Sebelumya ia bersifat sangat humoris, mudah tertawa, bahkan tak pernah terlihat memiliki beban.

Waktu merubahnya, waktu membuatnya menjadi pribadi yang sangat berbeda.

Biarlah waktu pula yang mengembalikan seorang Aksata kembali.

---

Suasana SMA Cempaka Bandung sangat ramai, para siswa mengantri untuk memasuki aula SMA Cempaka untuk memilih ketua osis baru.

Antrean sangat panjang katena menyertakan kelas sepuluh, sebelas, dan dua belas yang siswanya lebih dari 1000 orang.

Berbeda dengan Aksata yang hanya duduk di salah satu bangku koridor sambil mengerjakan beberapa tugas Fisika yang menumpuk sembari menunggu antrean lebih pendek.

Dengan kedua telinga disumpal dengan earphone abu-abu dan kacamata yang beryengger di hidung mancungnya.

"Permisi ka, boleh nanya?"
Aksata tak merespon, mungkin tak dengar karena volume musik yang ia setel cukup keras, atau ia dengar namun ia tak peduli.

Gadis itu meninggikan volume bicaranya karena beranggapan kaka kelasnya itu tak mendengarnya."KA, SAYA MAU TANYA! "

Aksata kesal, ka mendorong behu gadus di hadapannya."Lo bisa sopan ga? "

Dengan wajah tak percaya gadis itu mendongak menatap lekat iris mata biru cowok dihadapannya."Ma-maaf ka"

Aksata meraih buku fisikanya lalu meninggalkan gadis itu yang sedang tersungkur.

Aksata memang paling tidak suka di ganggu. Ia melangkahkan kakinya menuju aula, antreannya sudah lumayan pendek, ia mengantri di belakan salah satu adik kelasnya.

"Mampus, Ka Aksata di belakang gue,"
"Ka, duluan aja, saya kebelet"

Aksata memajukan posisinya selangkah. Dan lebih tepatnya sudah gilirannya memilih.

Sebenarnya ia tak tertarik dengan ketiga kandidat ketos yang ada, ia menyoblos asal lalu meninggalkan aula menuju kelasnya.

"SATAAAAAA"

"WOI TUNGGU, ADUH JAMBUL GUE KEBAWA ANGIN, TUNGGU WOI"

"Lo udah ngerjain PR belom? '

Aksata hanya menjulurkan buku tulis yang dari tadi ia genggam. Lalu ia kembali melanjutkan langkahnya.

Aksata duduk di bangku paling depan, ia meletakan kacamatanya dan menenggelamkan wajahnya di atas lipatan tangannya.

***

Caca memutar-putar tubuh Amanda yang lusuh."Lo kenapa man? "

Manda mendengus kesal,sahabatnya yang satu ini terlalu cerewet untuk hal yang sepele seperti ini."Gapapa"

Caca menemukan lebam di sikut kiri Amanda "Itu lebam"

"Gapapa Caca, tadi kepentok"

Manda meninggalkan Caca dan menuju toilet untuk memperbaiki penampilannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AksataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang