Part 5. Nggak Tega

484 150 46
                                    

Sarina mengayuh sepedanya di perumahan Trisari. 70 meteran sudah rumahnya terlewati. Sekarang tempat yang ditujunya adalah minimarket yang cukup jauh. Sudah lama Sarina tidak menggunakan sepedanya. Membuatnya sedikit susah menyeimbangi tubuh.

Sarina sampai di depan minimarket yang lumayan besar itu. Ia memarkirkan sepedanya dan masuk ke dalam.

"Banyak juga nyatanya," Sarina bergumam ketika melihat daftar belanjaan yang akan dibelinya.

Gadis bersurai hitam itu kini tengah sibuk memilih kebutuhannya dan kebutuhan rumah.

Bugh.

Sarina tak sengaja menabrak seseorang. Laki-laki bertopi yang ditabraknya itu lalu pergi tanpa berkata sepatah kata pun.

Sarina memungut belanjaannya yang jatuh. Matanya menatap punggung laki-laki itu yang berlari ke luar minimarket setelah membayar di kasir.

Kenapa gue kayak nggak asing gitu ya sama orang itu? Bibirnya mirip, bibir Third.

Sarina lalu berdiri dan berjalan ke arah kasih untuk membayar belanjaannya.

"Totalnya Rp. 107.500,-"

Sarina mengeluarkan uang yang cukup sambil mengambil kantong belanjaannya yang diserahkan Mbak Kasir.

Sarina berlari ke luar minimarket. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sayangnya laki-laki bertopi tadi sudah tidak ada lagi.

Kira-kira siapa ya? Masa iya Third?

*******

"Beli apaan lo tadi, Third?" Porsche yang sedang mengemudi mobil bertanya pada Third yang duduk di belakang.

"Air mineral sama makanan ringan," balas Third yang kini menegak air mineralnya.

"Oh," gumam Porsche yang terus fokus mengemudi.

"Bagi dikit dong?" Heksa menepuk bahu Third. Third tersedak karena ulah Heksa tersebut.

"Jangan sentuh-sentuh gue. Dasar homo."

"Gue nggak homo, nyet. Gue cuma mau mintak makanan lo."

Third segera menyembunyikan makanan ringannya ke belakang punggung. "No! Lo bungkusnya aja."

"Pelit lo ya?" Heksa menyelipkan tangannya ke belakang punggung Third. Meraba-raba di mana Third menyembunyikannya.

Third tertawa jahat sambil terus menjauhkan tangannya dari jangkauan Heksa.

"His kalian homo." Marc bergidik angker pada Third dan Heksa yang kini sangat dekat.

Third mendorong Heksa agar menjauh darinya. "Tuh kan lo homo."

"Yeay! Dapat!" Bukannya menjawab Heksa malah berseru heboh sambil mengangkat tangannya yang memegang sebungkus keripik.

"Woi itu punya gue." Third meraih sebungkus keripik yang digenggam Heksa.

"Kasih aja kali Third. Cuma keripik doang." Porsche menggeleng heran. Diantara mereka mungkin Porsche lah yang paling dewasa dalam pemikiran dan juga perbuatan.

Love Warning [Completed]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang