.
.
.
Lelaki yang selalu dilihat Jikyung sebagai sosok ramah juga selalu melemparkan senyum padanya kini telah berubah. Sambil menatap dirinya tajam dari ambang pintu Taehyung segera menghampiri mereka yang terlibat suatu perdebatan.
"T-taehyung..." Jikyung jadi takut.
"Kakak!" Sedangkan Yura segera merengek sambil menangis, mengadu dalam pelukan Taehyung. "Dia menamparku...hiks"
"Tunggu sebentar Sayang... Aku harus bicara dengannya" dengan lembut lelaki itu melepas pelukan Yura lalu menarik kasar tangan Jikyung untuk mengikuti dirinya. "Tunggu Taehyung! Aku bisa jelaskan!" Jikyung meronta.
Sayangnya Taehyung acuh dan tetap berjalan, Jimin yang melihat itu tentu tak terima. Ia segera menahan Taehyung.
"Kau mau membawa Jikyung kemana? Jangan gegabah Taehyung!" Pria berahang tegas itu malah menghempas lengan Jimin. "Ini bukan urusan mu! "
Dan saat itu Jimin menatap Cemas Jikyung yang tengah di bawa pergi Taehyung. Perasaan nya tak tenang.
...
Di taman sekolahlah tempat tujuan Taehyung untuk bicara berdua dengan Jikyung. Ia harus menyelesaikan masalah ini tanpa ikut campur orang lain.
"Apa alasanmu menampar Yura?" Taehyung menatap sengit Jikyung yang tengah menunduk.
Jikyung tidak mau mengatakan
nya. Karena rasanya percuma, karena pada akhirnya Taehyung akan tetap membela Yura. Melihat bagaimana Taehyung yang memperlakukannya kasar."Jika aku tidak mau mengatakannya bagaimana?"
Taehyung menggeram kesal melihat ekspresi santai gadis di hadapannya itu.
"Bisakah tidak usah bertele-tele? Kenapa kau bisa setenang itu setelah menampar kekasihku? Apa kesalahan yang dia lakukan sampai kau tega menampar nya?"
"Cih, tega? Kau tidak tahu saja sifat asli gadismu itu."
Taehyung mengrenyit. "Apa maksudmu?"
"Apa kau tidak merasa selama ini telah di manfaatkan olehnya? Dia hanya ingin ikut terciprat popularitas mu. Dia sama sekali tak mencintaimu."
Taehyung kembali menggeram kesal. Ia menyudutkan Jikyung sampai punggungnya menabrak tembok, gadis itu pun memekik karena merasakan sakit.
"Kau sedang mempengaruhiku benar?"
"Tidak. Itu tidak ada gunanya. Aku bicara fakta, gadis yang sangat kau puja itu hanyalah iblis berkedok malaikat. Tidakkah kau sadar telah di permainkan olehnya? Apa karena terlalu mencintainya kau sampai tak sadar dibodohi gadis iblis it-"
PLAK.
Panas dan juga menyakitkan. Itulah yang Jikyung rasakan setelah mendapat tamparan cukup keras di pipinya. Namun rasa sakit itu tak ada apa-apanya ketimbang rasa sakit luar biasa yang ia rasakan dalam hatinya.
Air matanya tanpa diminta sudah mengalir deras. Dengan mulut yang bergetar hebat Jikyung tersenyum sinis menatap Taehyung. "K-kau bukan Kim Taehyung yang kukenal." Gadis itu terisak pelan sambil memegangi pipinya yang memerah.
"Kuharap kau tidak akan menyesali semua ini Kim, karena saat semua kebenaran terungkap... aku akan menjadi orang pertama yang tertawa puas."
Jikyung melemparkan senyuman getir lalu berbalik untuk pergi dari hadapan Taehyung. Sedangkan Taehyung masih diam terpaku, menatap lekat telapak tangannya yang baru saja menampar pipi Jikyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE WERE DESTINED [KTH]
Fanfic[On Going] "Kenapa kau datang setelah aku berhasil melupakan mu? Kau sudah membuka luka lama di hatiku." -Jung Jikyung. "Maaf, tapi aku tidak bisa jauh dari mu." -Kim Taehyung (REVISI)