Sejak hari itu pula, seorang Na Jaemin bertekad untuk menjadi partner hidup yang baik bagi gadis itu. Baginya, sudah cukup bagi jiwa semurni Bae Eun Byul menanggung beban hidup yang berat selama ini.
Ia juga berterimakasih pada sebuah grand piano yang terletak di ruang musik sekolahnya. Berkat benda itulah ia bisa dipertemukan olehnya.
-----------
Setiap hari merupakan perjuangan. Hari esok adalah sebuah tantangan baru. Begitulah menurut Bae Eun Byul, seorang anak panti asuhan yang genap berumur 17 tahun 2 bulan lagi.
Parasnya begitu jernih, ia cantik--sangat cantik. Begitu pula dengan perangainya yang manis nan baik hati.
Tapi memang benar kata orang, kesempurnaan ialah milik Tuhan semata. Gadis itu memiliki kekurangan yang membuat kebanyakan orang segan untuk sekadar bertegur sapa.
Ia bisu
Tiada yang mengetahui, sejak kapan gadis belia itu mengalami kekurangan seperti ini. Tapi sejauh yang ia tahu, hal ini sudah dialaminya sejak kecil. Berlanjut hingga ia tumbuh besar di panti asuhan itu.
Bae Eun Byul amat sangat menyukai musik. Kemanapun ia pergi, di dalam tasnya selalu tersedia iPod berwarna hitam berikut headsetnya.
Salah satu alasan ia menyukai musik adalah karena musik bukanlah suatu hal yang harus ia lihat atau yang harus ia beri komentar. Musik cukup dinikmati dengan hati.
Ngomong-ngomong, gadis ini merupakan murid beasiswa di Cita Bangsa International High School. Dia mensyukuri tingkat intelejensinya yang di atas rata-rata, jadi ia tidak perlu membayar untuk menuntut ilmu. Apalagi di tempat yang sangat bagus.
Hmmm, sepertinya Tuhan sedang menjalankan suatu rencana padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome | Na Jaemin
FanfictionBae Eun Byul, nama gadis itu. Kehidupan masa lalunya sungguhlah sebuah misteri besar, begitu pun bagi dirinya. Ia tak mengetahui siapa kedua orangtuanya, seperti apa kenangan masa kecilnya, bahkan bagaimana ia bisa berakhir di Panti Asuhan Kasih. Ha...