“Za! Kamu mau kemana lagi, sih?” tanya gadis ini terengah-engah habis berlarian.
“Bentar! Kamu duluan aja, Na. Saya mau ketemu dia dulu, biasaaaaaaa,” jawab gadis yang dipanggil Za tadi.
“Za!” teriak Liana. Sahabat gadis tadi.
“Duluan aja, Na. Hehe,” jawabnya disertai cengiran.
“Fahiza Awanindya!” ya! Namanya Fahiza Awanindya, gadis dengan segala
keceriaannya. Dia gadis hebat dengan senyumannya yang menawan.“Apalagi sih, Liana Fahitra?” ucap Fahiza. Liana Fahitra. Dia adalah sahabat baik dari Fahiza. Dia selalu bisa melihat kesedihan dalam diri Fahiza, walaupun Fahiza sudah menutupinya dengan senyuman. Dia mengerti Fahiza, begitupun sebaliknya.
“Mau sampai kapan?” tanya Liana.
“Pardon?” Fahiza menjawab dengan cengirannya.
“Mau sampai kapan kamu begini terus?” Fahiza yang sebenarnya mengerti akan menuju kemana pembicaraan ini mencoba bersikap tenang dan pura-pura tidak mengerti.
“Begini terus apanya?”
“Perlu ya, saya jelaskan?” Liana memberikan pertanyaan retoris.
Hening.
“Kamu. Ashdar. Mau sampai kapan?”
“Sampai kapan apanya sih, Na?” Fahiza balik bertanya.
“Kamu itu cantik, Za. Kamu pintar. Kamu bahkan bisa milih laki-laki yang jauh lebih baik daripada Ashdar. Banyak yang mau sama kamu, Za. Tapi kenapa kamu lebih milih buat ngejar Ashdar? Kamu sendiri yang bilang Ashdar itu terlalu tinggi buat digapai. Terus kenapa, Za?”
“Apaan sih, Na. Orang saya cuman kagum aja sama dia. Mata dia bagus, Na,”
“Saya tau mana batasan antara kagum sama jatuh cinta. Dulu, saya bisa anggap kamu cuman kagum sama Ashdar. Tapi sekarang, kamu itu udah jatuh cinta sama Ashdar,”
“Saya. Cuman. Kagum. Sama. Ashdar. Beneran deh, Na,”
“Za, kamu yang bilang Ashdar itu kayak bintang. Dia muncul, ngasih tau kalo dia ada disana, tapi habis itu, tetep aja keberadaan dia gak bisa digapai. Sama kayak bintang, dia bersinar, ngasih tau dia ada disana. Tapi tetep aja gak bisa kamu gapai,”
“Cinta kadang kejam banget ya, Na,” ucap Fahiza singkat disertai senyuman manisnya.
“Jadi, udahan ya, Za. Saya gak mau kamu makin sakit hati cuman gara-gara dia. Saya bahkan bingung sama dia. Kamu cantik, pintar, tapi kenapa dia gak pernah mau buat lirik kamu sedikit pun?” Fahiza hanya tersenyum.
“Saya udah buatin ini buat dia. Sayang dong kalau saya bawa pulang lagi. Mau saya kasih ke kamu, kamu pasti gak mau. Kamu tau kan, makanan favorit dia sama kamu bertolak belakang banget,” ucap Fahiza sambil memperlihatkan kotak makan yang dikeluarkan dari tas selempangnya.
“Za, kamu kan bisa kasih ke—
“Saya duluan, Na,” teriak Fahiza sambil berlari dengan wajah cerianya.
“Ya ampun, Fahiza,” ucap Liana sembari membuang napas kesal.
* * * *
“Saya gak ngerti lagi, maksudnya dia buat beginian, apa coba, Fal?” tanya lelaki ini
kepada temannya.“Aduh aduh, Ashdar Qimandara….yang beginian aja masa gak ngerti. Dia suka sama kamu lah, apa lagi?” Ashdar Qimandara. Lelaki dengan tatapan tajamnya. Tatapan yang bisa membuat semua orang tertarik untuk menelisik lebih dalam. Orang yang tadi dipanggil Fal adalah sahabatnya, Naufal Haizan. Sebenarnya, sifat mereka bertolak belakang. Namun, mungkin karena merasa saling melengkapi, mereka pun menjalin sebuah hubungan persahabatan.
“Saya juga ngerti kalau masalah itu, Fal. Ya, maksud saya, dia gak capek apa buat-buat yang beginian, yang bahkan kadang langsung saya buang,” ucap Ashdar santai.
Hening.
“Heh, Fal,” panggil Ashdar.
“Tuh orangnya, Ash,” ucap Naufal sambil melirik ke arahnya.
“Hai, Ash,” sapanya.
“Eh, hai Fa-hi-za,” jawab Ashdar terbata mengingat nama gadis ini. Fahiza menunjukkan senyuman manisnya.
“Ini buat kamu. Tadi pagi saya buat sendiri,” ucap Fahiza tersenyum.
“Ah, makasih banget, Fahiza. Tapi maaf banget, saya udah makan tadi,” tolak Ashdar.
“Oh, udah makan ya? Gak apa-apa, Ash buat nanti makan siang aja,” ucap Fahiza
membujuk.“Ah, tapi saya lagi pengen makan ramen siang ini, maaf ya,” tolak Ashdar lagi.
“Oh, ramen ya….ya udah gak apa-apa. Hm, saya pergi dulu,” ucap Fahiza dengan
senyuman dan cengiran yang ia tunjukkan.“Kamu itu kenapa sih, Ash?”
“Kalau saya jadi kamu, saya bakal seneng aja banyak yang suka. Apalagi semisal Fahiza. Nih ya, saya kasih tau kamu, dia itu udah baik, cantik, pintar, saya aneh sama kamu, kok bisa-bisanya nolak Fahiza yang udah sebegitunya sama kamu,”
Hening
“Kamu itu sebenarnya nyari ‘apa’ sih, Ash?” Tanya Naufal kesal dengan sahabatnya.
“Saya gak nyari apa-apa. Kan, kamu juga tau sendiri kenapa saya gak mau sama dia. Saya masih nunggu yang lain,” jawab Ashdar santai.
“Mau sampai kapan sih, Ash?. Bahkan, dia yang disana aja belum tentu mikirin kamu. Dia bisa aja udah bahagia sama yang lain,”
“Apaan sih, Fal. Kalau kamu emang mau sama si Fahiza, ya udah sama kamu aja ladenin. Saya gak bakal ngalang-ngalangin kok,”
“Maunya sih kaya gitu, Ash. Tapi sayang, dia maunya sama kamu bukan sama saya,”
“
Cinta kadang lucu ya, Ash. Saya nunggu dia. Dia nunggu kamu. Kamu nunggu yang disana. Yang disana bahkan udah bahagia sama orang lain. Haha, miris,” ucap Naufal sambil tertawa.
“Awas aja, Ash. Kamu udah tolak dia mentah-mentah, nanti dapet karma, haha,”
Hening
tbc.
Kim Taehyung as Naufal Haizan
• tegas
• murah senyum
• ramah