√9 + 5

168 27 11
                                    

Aku terbangun dengan pemandangan Aretha yang sedang membaca sampul belakang novel yang diberikan oleh Calum kemarin. Untuk menyadarkan Aretha bahwa aku sudah bangun, akupun berdeham. Dehamanku membuat Aretha terkejut dan menoleh ke arahku, ia memberikanku tatapan kesal.

"Lo lagi gila atau lagi apa sih, Kak?" tanya Aretha kepadaku. "Lo beli novel yang harganya hampir 200 ribu, tapi buat beli kado ulang tahun gue yang gak sampe 150 ribu lo bilang kalau lo gak punya uang. Dasar kakak jahat!"

Aku tertawa mendengar nada bicara Aretha yang sangat berlebihan. Umurnya yang sudah lima belas tahun ternyata tidak bisa menggeser sisi anak berumur dua belas tahun yang masih tertanam di dalam dirinya. "Lo kira gue mau beli novel yang harga segitu?"

"Lha, terus kalau ini bukan lo beli, lo-"

"Heh, sembarang lo, ya kali gue nyuri," seruku memotong prasangka yang akan diberikan oleh Aretha mengenai caraku mendapatkan novel itu. "Novel itu gak gue beli, tapi ada orang yang ngasih ke gue."

"Seriusan? Orang kurang kerjaan mana yang mau beliin lo novel?" tanya Aretha.

"Calum," jawabku.

Aretha terlihat terkejut mendengar jawabanku. Tampaknya dia mengenal Calum, paling tidak, ia mengetahui bahwa Calum adalah seseorang yang hidup di dunia ini. "Calum Thomas Hood? Adiknya Kak Mali? Anaknya Tante Joy sama Om David? Alumni Perguruan Satria Muda? Yang salah satu anggota 5SOS?"

Kali ini giliran aku yang terkejut mendengar pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Aretha. Ia mengetahui seluk-beluk Calum. Bagaimana cara Aretha mengetahui informasi tentang Calum sebegitu detailnya? Apa jangan-jangan Calum adalah lelaki yang diincar oleh Aretha?

Sejak tiga tahun yang lalu, Aretha kerap kali bercerita mengenai lelaki yang bersekolah di Perguruan Satria Muda. Lelaki itu adalah orang yang membantu Aretha saat Aretha sedang mencari kelasku sewaktu aku masih bersekolah di Perguruan Satria Muda. Dan sejak hari itu sampai dengan hari ini, aku masih belum mengetahui lelaki itu. Tetapi menurut informasi dari Aretha, lelaki itu sudah tamat dari PSM. Dan dalam beberapa menit atau bahkan detik, sepertinya aku akan mengetahui lelaki itu. Semoga saja lelaki itu bukan Calum, semoga.

"Anjay, beneran Calum yang itu?" tanya Aretha, ia sudah dapat mengetahui jawabanku melalui ekspresi wajah yang kutunjukkan. "Lo kok bisa kenal sama dia?"

"Lo kok bisa tau tentang Calum sedalam itu?" tanyaku.

"Dia orang yang nolongin gue, Kak," jawab Aretha

Walaupun aku sudah menduga perkataan itu akan keluar dari bibir Aretha, aku masih merasa terkejut mendengarnya. Calum adalah lelaki yang selama ini membuat Aretha sedih karena Aretha tahu bahwa dia tidak akan bisa mengenal Calum. Dan Calum adalah lelaki yang selama ini kurendahkan agar Aretha tidak menaruh perasaannya kepada Calum.

"Tapi, bukan dia yang selama ini gue ceritain," kata Aretha.

Aku terdiam. Pikiran-pikiran yang muncul tentang kisah yang mungkin akan dibangun oleh Aretha dan Calum tiba-tiba saja menghilang dari otakku. Pikiran-pikiran itu menghilang karena mereka tahu bahwa kemungkinan besar kisah itu tidak akan pernah terbangun. Dan semoga saja memang tidak akan pernah.

"Yang nunjukkin letak kelas lo ke gue itu Calum, terus waktu gue tersesat, yang bantu gue itu temennya Calum," lanjut Aretha.

"Luke?" tanyaku tanpa sadar.

Aretha menganggukkan kepalanya. "Dia udah pacaran sama Kak Arissa, ya?"

Pertanyaan Aretha barusan membuatku merasa bersalah. Aku merasa bersalah karena aku sering kali menceritakan kedekatan Arissa dan Luke kepada Aretha. Dan bodohnya aku, aku tidak sadar bahwa aku telah membuat adik perempuanku itu sedih.

Sisi seorang kakak yang berada di dalamku muncul seketika, aku bangkit dari tempat tidurku dan langsung memeluk adik perempuanku itu. "Tha, Kakak minta maaf."

"Ya ampun, Kak, Kakak gak usah minta maaf. Kakak gak salah kok, Aretha aja yang salah. Aretha salah karena Aretha udah suka sama orang kayak Bang Luke dan Aretha gak pernah kasih tau Kakak," balas Aretha sembari melepaskan pelukan kami.

Aku bisa melihat kesedihan yang terlukis di kedua bola mata Aretha. Ia benar-benar sedih. "Tha, maaf, ya, Kakak gak bisa bantu kamu buat dekat sama Luke. Arissa teman Kakak, Tha, Kakak gak mungkin buat dia kecewa."

Aretha menganggukkan kepalanya. "Iya, Kak, Aretha tau, kok. Lagian sekarang Aretha udah gak terlalu suka sama Luke, kok, Aretha udah ada yang baru."

"Bang Je lo itu, kan?" godaku.

"Engga," jawab Aretha.

"Terus siapa?" tanyaku.

"Calum," jawab Aretha.

Aku terkejut mendengar jawaban Aretha. Baru saja aku lega karena ternyata Calum bukanlah lelaki yang selama ini diceritakan olehnya, eh, sekarang Aretha malah mendeklarasikan bahwa Calum adalah orang yang sudah menggantikan Luke di hatinya.

"Engga deng, gue bercanda," sambung Aretha lalu ia menatapku dengan penuh kecurigaan. "Lo suka sama dia, ya, Kak?"

Aku menggelengkan kepalaku.

"Serius?" tanyanya.

Aku menganggukkan kepalaku dengan mantap.

×××

"Anggota baru?" tanya Arissa kepada Avi ketika Avi baru saja selesai memberitahu kami bahwa ada seseorang yang berminat untuk bergabung dengan TPWK Zquad.

Avi menganggukkan kepalanya. "Lo berdua setuju, kan?"

Aku menganggukkan kepalaku. Kedatangan anggota baru mungkin akan menjadi sesuatu yang seru bagi komunitas kami mengingat anggota di komunitas kami sangat sedikit. "Dia sekolah di mana, Ris?"

"Dia homeschooling," jawab Avi.

"Kenapa dia homeschooling?" tanya Arissa.

"Dia awalnya sekolah di Indonesia, terus karena orangtuanya pindah kerja, dia ikut pindah ke Australia. Nah, dia itu pindah waktu kelas delapan. Terus waktu dia balik ke sini, waktu mau masuk SMA, dia gak bisa daftar SMA karena dia gak punya ijazah SMP," jawab Avi.

"Namanya siapa, Pi?" tanyaku.

"Mawar Janiva," jawab Avi. "Lo setuju, kan, Ris?"

Aku menoleh ke arah Arissa. Tanpa harus bertanya kepadanya, aku, atau bahkan Avi, tahu bahwa Arissa kurang setuju dengan kedatangan Mawar. Aku bisa mengetahui hal itu karena sedari tadi Arissa hanya berdiam diri, ia tidak bersemangat membahas kedatangan Mawar.

"Kalau menurut lo berdua dia memang pantas buat gabung sama kita, ya, gue setuju-setuju aja," jawab Arissa.

Dia benar-benar tidak senang. Tetapi semoga saja ini hanya sementara, aku tidak mau Arissa merasa tak nyaman atas kedatangan anggota baru. Bagaimanapun juga, kenyamanan adalah salah satu dari berbagai hal penting dalam suatu komunitas ataupun perkumpulan lainnya.

"Ris, kalau lo emang gak suka, gue bisa nolak dia, kok," kata Avi.

"Terima aja, Pi, lebih banyak lebih seru, kan?" tanya Arissa seakan-akan ia setuju dengan kedatangan Mawar.

"Ya udah, kalau gitu besok kita ngumpul buat ngenalin Mawar ke semua anggota," ucap Avi.

•••

Yak teman-teman, doakan diriku ya, aku harus ngerjain 14 latihan dan itu pilgan beserta esai-esainya :')

Btw teruntuk SariMJ06, aku izin pake nama kamu again ya hehe.

1/23/'19
20:19

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang