12. Dejavu

1.9K 224 3
                                    

"Kau ada masalah?"

Sakura mendongak dan menatap Ibunya yang terlihat khawatir. "Kau pasti ada sesuatu jika tiba-tiba menginap di rumah Ibu. Ada apa sayang?"

Sakura tersenyum sambil mengaduk buburnya yang masih setengah. "Ini tentang Sasuke bu."

Mebuki tertawa dan duduk di sofa samping Sakura. Wanita paruh baya itu merapikan rambut pink Sakura dan mengelusnya. "Ada apa dengan Sasuke?"

"Dia menyuruhku resign dari kantor, menurut Ibu bagaimana?"

Mebuki memiringkan kepalanya. "Dia punya alasan?"

Sakura mengangguk. "Dia mengkhawatirkan aku," Jawab gadis itu sambil melingkarkan tangannya ke tubuh ibunya. "Sasuke menyuruhku untuk fokus menyelesaikan kuliah, dia juga sudah membayar biaya kuliahku semester akhir. Aku terlalu merepotkan Sasuke bu."

"Ya... kau memang sering merepotkan Sasuke."

Sakura mengerucutkan bibirnya dan Mebuki tertawa. Sebesar apapun Sakura, dia tetap anak kecil di mata Mebuki.

"Ibu sudah bicara banyak dengan Sasuke. Kau tahu? Dia mengingatkanku pada Ayahmu."

Sakura menggeleng. "Ayah itu orang yang dewasa, baik dan tidak usil. Tidak seperti Sasuke kurasa."

"Sasuke itu selalu tahu apa yang terbaik untukmu sayang," Mebuki mendongakan wajah Sakura dan mengelus pipinya. "Menurut Ibu, kau turuti saja apa kata Sasuke, dia melakukannya karena dia sayang padamu. Lagipula Sasuke sudah Ibu anggap seperti anak kandung sendiri. Percayalah padanya."

Sakura mengangguk dan melepas pelukannya. "Boleh aku bertanya sesuatu?"

"Tentu, apa?"

"Apa Ibu pernah menyesal menikah dengan Ayah? Maksudku, ketika Ibu tahu penyakit Ayah yang sebenarnya dan dia menurunkannya padaku, apa Ibu tidak merasa sedih atau kecewa?" Sakura menghela napasnya. "Tidak kah Ibu berpikir kalau saat itu Ibu bisa mendapat pria lain yang lebih baik dari Ayah?"

Mebuki terdiam kemudian menggeleng. "Ibu tidak pernah menyesali apapun Sakura."

Dan penjelasan Ibunya membuat Sakura ingin menangis.

***

From : MySas
'Kau sudah menandatangani surat itu?'

To : MySas
'Iya.'

From : MySas
'Syukurlah, kuharap itu yang terbaik.'

Sakura tersenyum dan memasukan ponselnya ke tas.

"Kita akan kehilanganmu."

Sakura menoleh ke arah gadis berambut hitam pendek yang duduk di sebelahnya. "Aku justru bersyukur kita berpisah." Jawabnya sambil tertawa.

Kurotsuchi memasang wajah sedihnya. Mendapat teman kerja yang nyaman itu bukan hal yang mudah. "Sering-seringlah berkunjung kemari kalau kau tinggal di Fukuoka."

"Aku masih di Tokyo Kuro.. Kuliahku belum selesai."

"Aku pasti akan merindukan Sakura-senpai." Ujar seorang staf berambut oranye yang menghampiri Sakura.

"Kau membantu banyak di divisi kami tahu? Penjualan kita meningkat dan target pasar kita meluas." Komentar Sasori yang baru memasuki ruang kerja staf marketing dan ikut bergabung dengan staf yang lain di meja Sakura. "Sayang sekali kau harus meninggalkan kita."

"Sasori-san benar, meski kau baru bergabung beberapa bulan kau mengajari banyak hal pada kita."

"Aku akan kehilangan senior yang tidak pernah memarahiku."

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang