Mengenangmu

135 13 5
                                    

Mungkin hanya kau yang tahu, mengapa sampai saat ini kumasih sendiri.................

Pintu putih kokoh itu berdebam keras setelah seorang lelaki muda memasukinya dengan langkah gusar dan ekspresi yang tegang. Aroma vanila dan raspberry menyapa indera penciumannya dan ia pun tenang sekali lagi. Ruangan bernuansa peach itu selalu bisa membuatnya tenang, seperti pemiliknya dulu. Ranjang beralaskan satin itu masih terasa sama saat ia akhirnya berbaring di sana, meski ada yang kurang dan membuatnya merasa berat di saat yang bersamaan.

Dulu, dia akan ke kamar ini dan bercerita dengan sang pemilik kamar. Ia akan berbaring dan si pemilik kamar akan melanjutkan apapun aktifitasnya sambil sesekali menimpalinya dengan beragam ekspresi. Ia ingat bagaimana gadis berambut cokelat itu duduk di depan meja riasnya, melakukan perawatan wajah atau sekedar menyisir rambut panjangnya.

Sekarang, ia hanya bisa membayangkan kalau gadis itu masih ada disana sembari memejamkan mata.

--Flashback--

"Kak, jangan seperti itu. Coba saja berkenalan dulu, siapa tahu kalau perempuan itu ternyata baik dan cocok denganmu." Tangan halus Dior menggenggam telapak tangannya. Kedua kakak beradik itu berbaring berhadapan dengan pakaian formal mereka, acara makan malam mewah yang biasa mereka jalani sejak kecil menyulut masalah hari itu. Tepat setelah ulang tahunnya yang kedua puluh empat, relasi kerja ayah mereka datang silih berganti mengenalkan anak gadis mereka, tak terkecuali hari itu. dan dengan terpaksa Namshin mendengarkan celotehan-celotehan mereka tentang betapa bahagianya keluarga yang akan memiliki lelaki itu sebagai menantu.

Namshin mendengus namun balik menggenggam tangan adiknya itu. Ia tak tertarik sama sekali namun ayah dan ibunya seakan memberi tanda kalau mereka menginginkannya segera memiliki pendamping dan ia tak suka itu. Ia memandang lekat-lekat wajah cantik di hadapannya. Sepertinya ia terlalu lama larut dalam amarahnya, sehingga adiknya itu tertidur masih dengan gaun dan riasan di wajahnya. Sejak cintanya pada Hangyul bertepuk sebelah tangan, Dior jadi jauh lebih 'manis' menurutnya, meskipun kata-kata pedas dan otak liciknya muncul sewaktu-waktu. Namshin memahami itu semua, menjadi Dior yang tinggal bersama orang tua mereka di luar negeri namun tak mendapatkan perhatian selayaknya anak di keluarga lain membuatnya seperti itu dan berakhir dengan orang tua mereka mengirim gadis itu untuk tinggal bersamanya. Ia mengelus wajah cantik itu lembut, "Dior, bersihkan dulu wajahmu, kau akan berjerawat dan berwajah kusam jika tertidur seperti ini." Panggilnya pelan.

Dior mengangkat wajahnya dari bantal dan menyandarkan kepalanya pada sandaran ranjang, "Kak," rengeknya.

Tanpa pikir panjang, Namshin bergerak dan mengambil sederet produk kecantikan di meja rias Dior, "bersyukurlah Kakak mencintaimu seperti ini." Celetuknya sembari membubuhkan pembersih wajah ke kapas dan mulai menyapu lembut wajah Dior.

"Aku tahu, aku adikmu satu-satunya. Wajar kalau kau mencintaiku." Suara gadis itu terdengar sangat penuh percaya diri, khas seorang Lee Dior.

--- end of flashback ---

Hanya adiknya itu yang mungkin mengerti, atau tidak. Setelah cintanya pada Sang Ah bertepuk sebelah tangan, Namshin tak pernah lagi mencoba untuk mendekati perempuan lain. Ia melanjutkan kuliahnya lalu mencoba bekerja di perusahaan ayah mereka.

Manekin-manekin yang menjadi perangkat kerja Dior masih di sana, terawat dan masih mengenakan desain terakhir dari adiknya.

Namshin menarik napas dalam-dalam, orang di sekitarnya menyuruhnya untuk tak berlama-lama dalam kesedihan tapi sekelilingnya selalu membuatnya mengingat gadis itu.

Matanya tertumbuk pada gaun tanpa manekin di depan lemari. Dan perasaannya yang memang sedang tak baik menjadi perih saat memandang gaun strapless berpotongan a-line itu.

Dior menjadi desainer pakaian dan membuka toko sendiri setelah lulus kuliah, dan gaun itu adalah pesanan Namshin, yang seharusnya dipakai Dior di perayaan ulang tahunnya yang ke dua puluh dua. Sayangnya rencana yang disusunnya itu tak pernah terwujud. Karena gadis itu mengalami kecelakaan saat membawa gaun itu. Ya, saat itu dia membungkusnya dengan cantik, dengan harapan gaun itu adalah hadiah untuk calon kakak iparnya.

Air matanya jatuh tanpa peringatan, Namshin hanya bisa memeluk guling dan membenamkan diri di bawah selimut yang samar masih berbau Dior.

Andai saja malam itu ia tak meminta gadis itu untuk membawa gaun itu, andai saja ia tak membiarkan adiknya itu mengemudi, andai saja rencana itu tak pernah terpikirkan olehnya, mungkin saja ...............

.
.
.

Percobaan menulis angst (kebanyakan dengar lagu Indonesia jaman dulu).
Terimakasih sudah baca.

MengenangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang