√81

145 28 15
                                    

"Dia gak seburuk yang lo kira, kan, Ris?" tanyaku kepada Arissa saat kami baru saja memasuki toilet kafe yang untungnya hanya diisi olehku dan Arissa.

"Ya engga sih," jawab Arissa sembari menghidupkan wastafel dan mencuci tangannya yang tidak kotor itu. "Tapi kalau lo perhatiin dia, waktu dia pertama kali datang, dia langsung fokus ke Calum."

"Maksud lo si Mawar suka sama Calum gitu?" tanyaku memastikan maksud dari Arissa mengatakan hal itu kepadaku adalah untuk memberitahukanku bahwa ada kemungkinan Mawar menyukai Calum atau setidaknya ia tertarik dengan Calum.

Arissa menganggukkan kepalanya lalu ia menatapku, sepertinya ia ingin menanyakan atau mengucapkan hal serius. "Lo beneran gak suka sama Calum, kan?"

"Bener," jawabku dengan yakin walaupun aku tidak yakin sepenuhnya. Namun, yakin tak yakin, aku tetap harus mengatakan bahwa aku tidak menyukai Calum. Seorang adik tidak mungkin mengatakan bahwa ia menyukai kakaknya, bukan?

"Baguslah, gue harap lo jujur," kata Arissa. Perkataan Arissa menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya percaya dengan jawabanku. "Bel, percaya sama gue, gak lama lagi sesuatu bakal terjadi. Gue yakin Mawar bakalan deketin Calum dan kalau lo emang suka sama Calum, gue bisa cegah mereka supaya gak bisa dekat. Tapi, karena lo bilang lo gak suka sama Calum dan semoga aja lo emang engga, gue hanya bisa menonton perjalanan cinta mereka."

Aku terdiam mendengar perkataan Arissa barusan. Aku seharusnya jujur. Aku tidak seharusnya terus mengatakan kebohongan kepada kedua sahabatku. Tetapi, apa boleh buat? Aku tidak bisa melakukan apa-apa saat ini, kecuali satu hal, yaitu ikut bersama Arissa menonton perjalanan cinta yang mungkin akan terbangun di antara mereka berdua.

"Perduaan yang sangat kurang ajar," ucap seseorang yang baru saja memasuki toilet.

Aku dan Arissa langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati Avi sedang berjalan ke arah kami berdua.

"Lo berdua balik gih, si Mawar mau balik," kata Avi.

"Balik?" tanya Arissa. "Dia baru datang udah mau balik?"

Avi menganggukkan kepalanya. "Dia ada urusan keluarga katanya."

"Lo perlu diantar balik, War?"

Itu adalah pertanyaan yang kudengar dari bibir Ashton saat aku, Arissa, dan Avi sudah kembali dari toilet. Aku tak bisa bohong, Mawar cantik, tak heran jika ada seorang lelaki yang melontarkan pertanyaan itu kepadanya.

Luke berdeham. "Aduh, ada yang mau coba-coba nih."

"Coba-coba apaan, anjir, maksud gue, kalau Mawar emang gak ada yang anter, si Calum bisa nganterin dia," kata Ashton.

"Eh, anjing, kok jadi gue?" tanya Calum.

Semoga saja Calum tidak mau. Kalau sampai Calum mau mengantarkan Mawar pulang, maka tak lama lagi, perjalanan mereka akan dimulai. Aku tidak mau, aku tidak mau merasakan sakit hati dalam waktu dekat ini. Aku masih ingin merasakan kebahagiaan saat aku bisa dekat dengan Calum walaupun kami hanyalah sepasang 'kakak-adik'.

"Tapi lo bilang tadi lo mau balik duluan, Cal," kata Ashton.

"Iya, gue emang mau balik duluan, tapi gak sama si Mawar," ucap Calum.

"Terus sama siapa?" tanya Ashton.

Calum menoleh ke arahku. "Sama Bella-lah, ya kali sama si Gytha."

"Eh ayam, nama gue gak usah dibawa-bawa anjing," kata Gytha.

"Oh, jadi lo sekarang lagi pdkt-an sama Bella?" goda Michael. "Cielah Bella, ternyata ada juga cowok normal yang mau sama lo."

Catch Fire × Calum Hood || ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang