"Pak masih jauh ya?" Caca kelihatan bosan, ia bukan tipe wanita penyabar. Apalagi soal beginian.
"Nggak,"
Adam fokus mengemudi, ia bahkan tidak sedikitpun melihat Caca.
"Nanti di sana lama nggak?"
"Lihat nanti."
Caca mengambil ponselnya.
Ia melihat banyak notiice chat di group geng yang ia ketuai.
Tapi ia sedang malas menanggapi.
Mobil Adam berhenti.
"Sudah sampai?"
Adam mengangguk, lantas ia keluar dari mobilnya di susul Caca.
"Pak, memang di sini ada yang jual cincin?" tanya Caca saat mereka di eskalator.
"Ada."
"Em."
Caca melihat banyak perhiasan yang menggantung di atas rak kaca.
Ada kalung, gelang dan cincin.
Banyak banget, batinnya.
Tapi ia sama sekali nggak tertarik.
"Permisi pak, ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang pramuniaga wanita.
Pakai sarung tangan, rumah sakit kali, batin Caca.
"Saya mau cari cincin kawin," Adam melihat sekilas pramuniaga tersebut.
Pramuniaga dengan name tage Nina mengeluarkan sepasang cincin yang salah satunya terdapat mutiara putih di atasnya.
Adam memperhatikan cincin tersebut.
Ingatannya kembali saat ia melamar Firda, betapa bahagianya wanita itu.
Caca duduk di sudut salah satu lemari kaca.
Ia sama sekali tidak berminat.
Tempat ini sangat membosankan menurutnya.
"Ca."
Caca menoleh.
"Coba ini."
Caca tidak bangun, malah Adam yang menghampirinya.
Setengah membungkuk ia memasukkan cincin itu ke jari manis Caca.
"Udah, muat kok."
Adam terkejut mendengar perkataan Caca.
Sedikit ketus.
"Kamu nggak mau lihat yang lain?"
Caca menggeleng. "Sama aja."
Adam menarik nafas berat.
Setelah membayar mereka kembali ke mobil.
"Pak, turunin Gue di depan itu," Caca menunjuk belokan di depan.
Adam tidak merespon.
Bahkan ia melewati persimpangan yang ditunjuk Caca.
"Pak, dengar nggak sih," protes Caca saat mengetahui laki-laki itu malah melewatinya.
"Kita langsung pulang," ucap Adam megabaikan Caca.
"Sebentar aja pak," Caca memelas.
Adam tidak menggubris.
Caca mendengus saat mobil Adam memasuki komplek perumahan orang tuanya.
Caca langsung turun dan masuk, ia bahkan tidak menyuruh Adam masuk.
"Loh, Adam mana Ca?"
Caca memgendikkan bahunya.
"Maaf nak Adam," ucap Rani saat melihat Adam masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA BERSELIMUT TASBIH ✔
RomansaJUDUL AWAL ISTIKHARAH CINTA Harga novel 80.000 PART SUDAH TIDAK LENGKAP KARENA KEPENTINGAN PENERBIT. Bulan dan bintang tidak pernah menyatu, tetapi mereka selalu beriringan. Namun kita? Tidak bisakan engkau menjadi bintang yang selalu berada di sisi...