Three

1.3K 143 31
                                    





Saint menghempas tubuhnya ke atas kasur dan kemudian menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya terasa sangat buntu saat ini, kejadian di taman bersama Perth tadi berhasil membuatnya sulit untuk berpikir dengan tenang. Dapat dirasa hatinya berdegup dengan kencang dan seolah banyak puluhan kupu-kupu yang menggelitiki perutnya.

Ia memejamkan kedua mata lalu menutupinya dengan lengan, berusaha membayangkan hal-hal menyenangkan yang dapat mengalihkan sejenak pikirannya dari kejadian di taman tadi. Saint mengacak rambutnya dengan kesal ketika cara itu tidak berhasil, dipikiranya saat ini hanya ada Perth, Perth dan Perth! Jika saja anak lelaki itu tidak melakukan hal yang membuatnya seperti ini, Saint sudah bisa tidur dengan tenang sekarang.

..Flashback..


"Apakah aku tidak cukup terlihat dewasa di matamu, Phi?"

Saint seolah kehilang kesadarannya ketika hembusan napas hangat Perth terasa menghembus wajahnya, bibirnya terasa kaku, jarak wajah mereka membuat Saint sulit untuk mengatur napasnya sendiri. Ini tidak seperti Perth yang selalu ia temui, Perth yang selalu tersipu malu ketika ia menggodanya, ini seperti sosok yang berbeda.

Mata itu masih menatapnya dengan tajam, sorot tegas yang berhasil membuat seorang Saint terpana. Tidak, ia tidak sedang melihat sosok Ae, melainkan sosok Perth yang sangat terlihat dewasa. Bagaimana Perth bisa setampan ini sekarang?! Saint akui Perth memang sudah tampan sejak dari pertemuan mereka yang pertama, tapi kali ini Saint menyadari jika anak muda dihadapannya sekarang semakin tampan setiap harinya.

Saint mencoba mengalihkan pandangannya dan meminta Perth untuk segera melepas genggaman tangannya itu. Tapi bukannya menurut, dapat dirasa tangan Perth malah semakin kuat menggenggam kedua tangannya yang berada di rantai ayunan.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, Phi."

Saint menghela napasnya dan kemudian menatap Perth, "Tentu saja tidak. Kau itu tetap bocah kecil nakal yang-"

Perkataan Saint terputus ketika Perth dengan tiba-tiba mencium pipinya. Mata Saint terbuka lebar, ia tidak menyangka jika Perth melakukannya, jantungnya berdetak tak karuan, saking terkejutnya Saint hanya bisa diam. Mata mereka saling bertemu, Perth tersenyum seraya melepas genggaman tangannya pada Saint.

"Jika aku sudah lebih dewasa menurut standarmu, aku boleh melakukan hal yang lebih dari ini kan, Phi?"

..FLASHBACK END..


Saint mengusap wajahnya, kenapa ia tidak bisa bersikap biasa saja atau bahkan mengomeli Perth karena sudah berani mencuri ciuman darinya. Dan saat itu Saint juga tidak menjawab pertanyaan yang Perth berikan, karena ia sendiri bingung harus menjawab apa, memang apa yang akan Perth lakukan kepadanya?! Semburat merah kembali muncul di pipi Saint saat
mengingat hal itu. Kenapa ia harus merasa malu? Perth pernah mencium bibirnya, bahkan tidak hanya sekali. Tapi itu saat Perth menjadi sosok Ae dan Saint menjadi Pete di series yang mereka bintangi. Ia merasakan rasa dan sensasi yang berbeda saat Perth menciumnya meskipun hanya sebatas di pipi saja.

"Aku sudah gila ..."

Saint beranjak dari atas kasur lalu bejalan menuju kamar mandi, mungkin berendam air hangat bisa membuat pikirannya jauh merasa lebih tenang. Saint melepas satu per satu seluruh pakaian yang membalut tubuh indahnya, lalu masuk kedalam bathtub berisikan air hangat yang tadi sudah ia siapkan. Saint mulai merilekskan dirinya dengan menyandarkan punggung dan memejamkan kedua matanya. Air hangat beraroma membelai setiap sel saraf, dan mulai membuatnya merasa nyaman sampai seketika bunyi panggilan pada ponselnya berdering nyaring dan mengganggu saat-saat berharganya.

HOPE | PERTHSAINT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang