Part 3

14 3 0
                                    

Akhirnya hari yang ditunggu tiba. Aku dan Salma memutuskan untuk memesan Transportasi Online. Mengingat tempatnya jauh dan harus menginap.

“gimana Sal, udah dapat?”.

“Belum nih”.

“Aduh gimana nih, udah jam 12.00, jadwal regristasi sampai 12.45 kan?”

“Udah santai aja”.

“Malu lah, kalau telat”.

“Iya, maaf tadi perut aku bener – bener mules, Peaceee”.

“Hmmmm, itulah kalau makan pedas gak kira – kira”.

“hehehehe, Alhamdulillah dapat nih”.

“Alhamdulillah”

Sepuluh menit kemudian. Datanglah mobil Inova Hitam. Kamipun langsung cap – cus naik.

Selama perjalanan kami tenggelam dalam dunia masing – masing. Ku lihat ke sekeliling. Banyak sekali lahan yang masih kosong.

Semakin dekat dengan lokasi, hawa dingin semakin terasa. Riyadhoh ini memang terletak di daerah Boja. Dimana hawa pedesaan masih terasa sangat kental. Dan hawanya pun jauh jika dibandingkan dengan Semarang.

Aku tersenyum – senyum sendiri. Jadi teringat suasana di pesantren. Bagaimana ya kabar teman – temanku. Sebagian dari mereka sudah menikah dan mempunyai anak. Bahkan sudah ada yang dua.

Sedangkan aku disini masih asik sendiri. Rasa – rasanya pertanda jodoh masih jauh. Sebenarnya aku pribadi tidak terlalu bermasalah dengan kesendirianku ini. Aku terbiasa sendiri, mandiri sejak kecil.

Apalagi sejak Almarhum abi tiada lima tahun yang lalu. Diriku semakin mandiri. Cuma perasaan Uma yang aku khawatirkan.

Aku tahu meski uma tak pernah membahas secara serius tentang kapan aku menikah. Aku yakin jauh di lubuk hatinya, uma khawatir padaku.

Ya mungkin saja menurut kebanyakan pandangan umum di Indonesia aku termasuk dalam kategori nyaris usai yang terlambat menikah.

Secara umurku sekarang 28 tahun. Terkadang ada perasaan khawatir juga meski tidak terlalu berlebihan. Terkadang perasaan itu tiba – tiba hilang.

Entahlah perasaan untuk menikah itu belum terlalu kuat. Beberapa kali dikenalkan masih belum berhasil. Terkadang aku yang mau, dianya juga mau tapi ada saja hal yang membuat akhirnya tidak lanjut. Terkadang aku tidak mau, eh malah dianya yang kejar – kejar terus sampai illfeel.

Atau aku sudah mantap, eh malah dianya kurang yakin. Ya begitulah balada pra nikah. Banyak sekali yang galau tentang jodoh sampai harus update status di fb, Ig, tweeter, WhatApps.

Hmmmm, Alhamdulillah aku bukan tipe orang suka nulis tentang kegalauan tentang jodoh di media social. BIG NO. belum pernah. And semoga jangan pernah. Cukup Allah saja yang tahu tentang perasaanku. Sang maha pemberi solusi. Maha mendengar. Dan maha segala – galanya.

Dan apa manfaatnya bagiku jika ku curahkan semua isi hatiku di media social. Malu lah. Nanti malah banyak yang antri. (Uppsss, Pede amat gue!). but its okelah setiap orang punya caranya masing – masing untuk menumpahkan isi hatinya. No judge. No bullying.

Dan dari semua kejadian yang sudah banyak aku alami tentang balada jodoh ini, akhirnya aku mengambil kesimpulan bahwa kondisiku saat ini yang terbaik menurut Allah.

Meski kenyataannya aku sudah berusaha Ikhtiar, berdoa, membuka diri untuk Ta'aruf tapi kalau Sang Maha belum ACC ya maka pernikahan impian itu belum akan terjadi sampai Dia bilang YA.

Riyadhoh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang