Di siang ini matahari entah kenapa begitu menyengat. Bahkan sinarnya dapat mengeringkan baju jemuran dalam waktu singkat. Tak heran rumah-rumah di pinggiran Granada itu tampak tertutup dengan pendingin ruangan yang menyala . Tak banyak manusia yang berlalu lalang di jalanan daerah itu sebab udara yang sangat panas sedang melanda. Tak terkecuali bagi gadis remaja yang saat ini tengah berguling guling di ranjang nya. Matanya memandang sendu langit langit kamar yang bercorak merah muda. Helaan napas nya terdengar nyaring memantul dinding dinding kamarnya
Ia menghela napas sekali lagi dan bergegas bangkit dari tidurnya ,mengacak surainya sebentar lantas berlalu menuju kamar mandi.
"Apa sekiranya yang akan kulakukan setelah ini? " gumamnya sambil memutar kenop pintu kamar mandinya.
"Mungkin berkhayal tidak buruk"
Ia mengedikkan bahunya sekilas.
Lili memandang jalanan luar yang tampak dari jendela kamarnya... Entah apa yang sedang ia pikirkan. Alisnya terlihat bersatu, matanya memandang tajam salah satu pejalan kaki disana..tiba tiba terlintas ide yang menakjubkan dalam otaknya yang dipenuhi akan khayalan khayalan konyol yang mungkin orang lain mengatakan ia sudah menjadi gila sebab memikirkan hal yang tak pernah ada dalam dunia nyata.Kaki-kaki mungilnya mulai melangkah menjauhi balkon kamarnya.. Berjalan menuruni anak tangga dan ia merasa sudah siap untuk berpetualang didalam khayalan tingkat tingginya.
"Apa ada tempat menakjubkan di rumah ini" lagi lagi ia bergumam pelan seolah sedang berbicara dengan semut yang melintas melewati lantai yang ia pijak saat ini.
Kakinya mulai ia bawa menyusuri lorong lorong dalam rumahnya.. Memasuki setiap ruangan yang ada.. Dimulai dari dapur. Disana ia tak menemukan hal menakjubkan disana. Helaan napas kecewa terdengar begitu keras. Disana ia hanya menemukan beberapa lembar roti selai yang sudah tersedia rapi ditemani sebotol susu strawberri segar di atas meja.
" mungkin bibi yang menyiapkan ini pagi tadi. Tapi entahlah" Lili mulai mendudukkan tubuhnya dikursi dan mulai mencomot makanannya yang ia ingat sebagai sarapan. Tapi ia tak yakin dikatakan sarapan karena waktu sudah menunjukkan angka 13.00.
Setelah mengisi energinya diruang makan dengan dua lapis roti selai, dia mulai melanjutkan petualangannya menuju kamar orang tuanya.. Tangannya sudah menggenggam erat kenop pintu siap untuk diputar dan terbuka.. Namun gerakannya terhenti ketika mengingat betapa tidak sopannya jika dirinya memasuki ruangan pribadi orang lain walaupun itu ruangan orang tuanya sendiri. Dengan sedikit kecewa dia melepas genggamannya dan mulai berlalu pergi menuju lorong yang menghubungkan dengan ruang bawah tanah sepertinya, sebab ia tak tahu persis rumahnya. Hari harinya hanya Lili habiskan dengan bersekolah dari pagi hingga menjelang petang setelahnya akan ia gunakan untuk menulis cerita didepan komputernya bahkan ia akan menggambar anime dalam komik yang dikoleksinya.
"Setidaknya ruang bawah tanah memberiku semangat "
Katanya lantang meyakinkan dirinya sendiri.
Lili berusaha membuka pintu ruang bawah tanah yang sepertinya jarang tersentuh sebab banyaknya debu di sekitaran ruangan itu serta adanya pintu kayu yang sudah mulai lapuk dimakan usia.
Dengan jantung yang berdebar Lili mulai memasuki ruangan itu, seketika matanya membelalak lebar melihat apa yang ada di dalamnya.
"Wow... Its amazing! "Hebohnya mengetahui bahwa ruangan itu dipenuhi lukisan lukisan abstrak yang sangat indah bahkan ornamen dindingnya sangat menakjubkan...ruangan ini di desain seperti taman. Sungguh terlihat seperti taman sebenarnya.
Lili mulai mengelilingi ruangan itu, diperhatikannya dengan seksama, meneliti setiap inchinya untuk mencari celah keanehan yang mungkin dapat membawanya menuju dunia abstrak yang selalu ia pikirkan, dunia khayalan tingkat tinggi yang tidak masuk akal.
"Tidak ada yang aneh pun" gumamnya sembari memainkan salah satu bunga di sudut ruangan.
Tidak mau terlalu terlena dengan keindahan ruangan ini, Lili pun beranjak meninggalkan ruangan itu. Ia menghela napas bosan, lagi-lagi tidak menemukan ala yang ia inginkan..
"Bahkan temanpun tidak punya" adunya sedih pada dirinya sendiri.
Pandangannya kesana kemari dan akhirnya ia terpusat pada sebuah tangga yang letaknya tidak jauh dari ruagan bawah tanah yang sempat dia kunjungi.
Kakinya mulai beranjak mendekati tangga, sepertinya semangat kembali menguar dalam jiwanya.
"Sepertinya menuju loteng. Aku harap dapat menemukan hal menyenangkan" di ujung tangga sudah nampak pintu kecil setinggi badan Lili sekitar 150 cm. Cukup kecil memang namun cukup untuk dilalui badannya yang juga kecil itu.
Setelah berhasil membuka pintu ruangan yang dia yakini sebagai loteng, ia kembali berseru heboh melihat begitu banyaknya keindahan yang tersembunyi dibalik rumah besarnya.
"Ini sangat indah, kenapa ayah ibu tidak memberi tahu jika banyak ruangan indah di rumah ini" herannya seraya mengetukkan jari ke dagunya. Sesaat kemudian ia mengedikkan bahunya merasa tidak tahu.
Lili meneliti ornamen berbentuk ranting pohon yang menyebar di setiap dinding ruangan itu. Dahinya mengkerut menyadari hal ganjil di salah satu ranting pohon. Tangannya mulai meaba ranting itu dan berhenti pada objek aneh yang membuatnya penasaran.
"Kenapa ada ornamen kelinci menggelantung di pohon? Jarinya mengelus ornamen kelinci yang dia maksud.
"Bukankah kelinci tidak bisa memanjat pohon? "Gumamnya semakin penasaran mengapa ada kelinci bergelantung di pohon. Dan Lili semakin terkejut tatkala kelinci yang tadinya hanya sebuah ornamen kini berubah tekstur lebih menyerupai boneka kecil.
"Oh astaga.. Ini membuatku terkejut! " jeritnya terkaget kaget, matanya melotot memastikan apa kelinci itu benar berubah menjadi boneka.
Tangannya kembali meraba kelinci itu. Bahkan saat ini Lili mulai menarik narik boneka kelinci itu dan tanpa disengaja ia menarik sedikit keras hingga tubuh boneka kelinci membelah menjadi dua. Tetapi boneka itu tidak robek.. Justru kembali ke bentuk semulanya.
Lili mulai bingung dibuatnya, apa kiranya maksud kelinci ini. Tak sempat berpikir terlalu lama, tiba tiba lantai yang ia pijaki bergetar hebat dan cahaya putih entah dari mana asalnya memancar di ruangan itu.
Lili berlutut takut jika rumahnya akan runtuh bahkan matanya telah terpejam erat.
Tiba tiba ia merasakan tubuhnya bergerak turun seperti tertelan lantai rumahnya.
"Ada apa ini? Kenapa aku bergerak turun? " paniknya setelah memberanikan diri membuka matanya.
"Aaaaaa siapapun tolong aku!! " lili menjerit keras ketika tubuhnya melewati lorong lorong sempit seperti memasuki sumur tua yang sangat dalam. Karena ketakutan yang luar biasa, Lili kembali menutup matanya erat sembari memilin jemari nya resah.
Namun tiba tiba tubuhnya berhenti bergerak. Kakinya seperti menapak pada lantai lagi. Apakah dia sudah kembali ke ruangan tadi? Pikirnya masih enggan membuka mata.
Perlahan Lili membuka mata dan betapa terkejutnya ia saat mendapati dirinya berada di tempat yang berbeda bukan tempat dimana ia menemukan ornamen ranting pohon yang tersemat kelinci disalah satu rantingnya .
"Wow.. Ini dimana?" matanya melihat sekitar dengan takjub. Bagaimana tidak takjub, tempat ini sangatlah luar biasa. Saat ini Lili berada di hamparan salju yang luas, seperti tidak ada kehidupan disini karena sangat sunyi hanya ada kelinci kelinci salju berkeliaran disekitarnya.
Lili mulai melangkah lebih jauh menyusuri tempat aneh ini. Bagaimana tidak aneh, bahkan di daerah rumahnya saat ini matahari begitu terik dan dengan luarbiasanya di tempat ini turun salju dengan lebat. Pandangan lili mulai terfokus pada bangunan megah tepatnya sebuah istana yang berdiri kokoh di ujung jalan yang ia tapaki. Jalan dengan sisi kanan kirinya di tumbuhi pepohonan tanpa daun. Hanya tinggal batang dan rantingnya saja. Jelas saja, di tempat ini sedang musim dingin.
"Ini seperti dongeng" ucapnya antusias melewati pepohonan itu. Tak jarang tangannya juga ikut menyentuh ranting ranting pohon.
"Halo gadis kecil! "
Lili terkejut ketika mendengar sura dari arah kirinya. Jika dipikir ulang, tempat ini begitu sunyi. Saat dirinya tiba tadi tak ada seorangpun disini. Hanya ada beberapa ekor kelinci yang berkeliaran. Siapa yang menyapanya? Kelinci kah? Atau hantu? Hatinya bertanya tanya heran.
Lili mengalihkan pandangannya kearah kiri dan betapa terkejutnya ia mendapati salah satu pohon tanpa daun yang sempat dia sentuh rantingnya itu sedang tersenyum kepadanya bahkan sempat menyapa.
Bagaimana mungkin sebuah pohon memiliki wajah untuk tersenyum? Bagaimana mungkin pohon bisa bicara? Ini sungguh mustahil. Sebenarnya ini dimana? Kenapa semua aneh? Ini semua seperti dunia dalam cerita yang sering ditulisnya.
Batinnya terus berkecamuk antara bahagia dan heran. Dia bahagia karena bisa merasakan dunia baru yang luar biasa dan dia merasa heran mengenai dunia ini. Bagaimana bisa ada dunia didalam dunia? Entahlah.
"Oh.. Apakah kau yang bicara? "Tunjuknya pada pohon disamping kiri tubuhnya.
"Ya benar, gadis kecil! " jawab pohon itu masih dengan senyum antusiasnya.
"Kenapa kau bisa bicara? Bukankah pohon tidak bisa bicara? "Kerutan di dahi Lili semakin nampak jelas menandakan dia benar benar bingung. Pohon itu masih tetap tersenyum bahagia. Sepertinya pohon itu sangat ramah dan baik hati.
"Ya benar, aku adalah pohon ajaib. Dan kau gafis kecil selamat datang di world magic of granada. Oh ya, sebelumnya perkenalkan aku Opet. Raja dari semua pohon" Lili semakin bingung mendengar penjelasan pohon yang ia ketahui bernama opet itu. Tetapi karena merasa tertarik dengan hal baru Lili mulai nampak antusias menanggapi opet sang raja pohon.
"Aku Lili. Entah aku dari dunia mana. yang jelas berbeda dengan dunia mu"
Senyum Lili mengembang dengan cerah menanggapi opet yang setia tersenyum sedari tadi.
Lili teringat akan istana diujung jalan yang sempat menjadi fokusnya beberapa waktu lalu. Sebuah ide muncul dalam otaknya.
"Opet, itu istana apa? "Tanyanya pada sang raja pohon. Matanya memandang opet penuh harap.
"Ooo.. Itu istana ratu alexis. Namun sayang ratu alexis sedang sedih saat ini. "Jawab opet dengan nada suara yang terdengar sendu.
"Sedih? Apahal yang membuat ratu sedih hati? " Lili semakin penasaran dengan segala hal di dunia ini.
"Tongkat perinya menghilang entah kemana. Dia berharap ada seseorang yang bersedia membantu menemukan tongkat peri itu. "Jelas opet panjang lebar. Lili mengangguk paham akan masalah sang ratu. Hatinya tersentuh mendengar cerita opet. Bahkan dia punya pemikiran untuk membantu sang ratu menemukan kembali tongkat perinya.
"Membantu sedikit sepertinya bagus" gumamnya lirih meyakinkan hatinya.
"Opet! Apakah aku bisa membantu ratu? " tanyanya penuh harapan. Opet tersenyum singkat dan mengangguk.
"Ya. Kau bisa membantunya. Ratu akan sangat bahagia mendengarnya"
Opet membalas dengan suara yang begitu hangat.
"Pergilah ke istana. Ratu membutuhkanmu" imbuh opet semangat. Lili mengangguk dan mulai berlalu pelan meninggalkan opet. Tak sampai lima langkah suara opet kembali mengintruksi.
"Hati hatilah dengan penjaga istana. " Sekali lagi lili mengangguk meyakinkan opet agar tidak mengkhawatirkan dirinya.
Lili kembali melanjutkan langkahnya lebih mendekat ke istana ratu alexis. Benar kata opet, penjaga istana yang tampak berbaris di depan pintu utama itu terlihat menakutkan. Dengan langkah pasti Lili semakin mendekati pintu utama.
"Siapa itu? "Seru salah satu penjaga dengan menodongkan tombak kearah Lili. Penjaga istana itu membuat lili tersentak. Bukan karena suaranya yang lantang, tapi yang menarik perhatian lili adalah ukuran tubuh penjaga itu. Luar biasa.. Itu raksasa, bahkan wajahnya menyeramkan.
Bagaimana cara memasuki istana? Bahkan tubuh lili hanya sebatas mata kaki mereka.
"Astaga.. Itu tinggi sekali! Bagaimana kiranya aku bisa masuk istana? Apa ada jalan lain yang lebih aman? "Lili semakin panik ketika penjaga istana itu mulai mendekati lili. Dengan memutar keras pikirannya lili berlari kearah samping kanan istana.. Dia berharap menemukan jalan masuk disana. Jelas lili mengalami kesulitan karena tubuh kecil nya. Dan betapa besar raksasa itu.
"Oh tuhan.. Tanahnya bergetar. " Raksasa itu berjalan terus mendekat kearah lili berlari masih lengkap dengan tombak yang dia todongkan siap menghancurkan tubuh lili.
Saat harapan semakin kecil untuk menemukan celah masuk ke dalam istana, lili tanpa disengaja melihat sebuah terowongan lumayan besar di dekat sisi kanan istana. Tanpa pikir panjang lagi lili memasukkan tubuhnya kedalam terowongan itu.
"Setelah ini aku harus berterima kasih pada tuhan. Tubuh kecil ini sangat membantu" gumamnya sambil terus merayap menyusuri panjangnya terowongan. Lili menghela napas lelah, berhenti sejenak dan memandang kedepan yang hanya nampak gelap.
"Heuh... Sampai kapan harus merayap? Disini seperti tidak ada jalan keluar"keluhnya sedih melihat nasibnya yang kini malah terjebak dalam terowongan sempit. Helaan napas frustasi terus terdengar sampai dia kembali menemukan energi untuk melanjutkan misinya.
Aku tidak boleh menyerah sampai disini. Aku harus bisa masuk kedalam istana dan membantu ratu Alexis. Batinnya semangat. Meski tubuhnya sudah sangat lelah, Lili tetap menuruti kata batinnya untuk bisa menyelesaikan misi itu. Dalam pikirannya, mungkin ia berada di dunia aneh ini ditakdirkan untuk membantu ratu Alexis.
"Aku harus semangat"ucapnya keras sambil mengepalkan tangan kedepan.
Lili kembali melanjutkan perjalanannya dengan merayap dan tak disangka, diujung terowongan itu dia melihat cahaya terang. Mungkin sudah hampir sampai jalan keluar. Lili semakin bersemangat menyeret tubuhnya mendekati cahaya itu. Dan benar saja. Dia sudah sampai di ujung terowongan. Ia merasa lega atas ini. Sebelum keluar dari terowongan lili mencoba mengintip keadaan di luar. Aman ataukah tidak.
Matanya terbelalak lebar, senyumnya mengembang ketika menyadari bahwa terowongan ini menuju kedalam istana. Lihat saja ruangan itu sangat luas dan megah.
Dengan cepat lili bergerak keluar dari terowongan. Batapa bahagianya dia saat ini. Lili menepuk pelan pakaiannya yang kotor setelas itu kembali melanjutkan misinya. Menemukan keberadaan ratu Alexis.
Lili mulai menajamkan penglihatannya mencari cari dimana kiranya ratu berada.
"Bukankah biasanya ratu selalu di ruangannya? "Tanyanya pada diri sendiri saat melihat pintu di depan ia berdiri. Pintu yang sangat tinggi dan luar biasa mewah. Dilapisi emas yang sepertinya asli. Disepanjang jalan menuju pintu itu tergelar karpet kerjaan. Membentang panjang hingga kedalam ruangan.
"Sepertinya itu ruangan ratu" bisiknya pelan menyusuri jalan berkarpet menuju ruangan yang dia yakini sebagai ruangan ratu. Lili memandang sekitar memastikan aman atau tidak. Ketika dia rasa aman, lili mulai membuka pintu perlahan. Ia mengintip kedalam dan benar. Ini ruangan ratu. Dan bisa dilihat ratu saat ini sedang sedih . Dengan segenap keberanian dalam dirinya, lili masuk kedalam ruangan itu.
"Halo.. Apakah kau ratu Alexis? " tegurnya mencoba mengalihkan pandangan ratu dari jendela besar. Dan Lili berhasil megalihkan atensi ratu. Ratu terlihat heran dengan gadis dihadapannya. Siapa gadis kecil ini. Kenapa bisa sampai di istana.
"Mm.. Ratu, maafkan aku. Aku Lili, aku kesini hanya ingin membantumu menemukan tongkat perimu yang hilang"jelas lili sebelum ratu sempat bertanya padanya. Ratu terlihat sedih. Kepalanya menunduk dalam menghindari tatapan heran Lili.
"Bisakah kiranya kau menemukan tongkat peri itu? "Gumam ratu pelas. Namun masih terdengar oleh telinga lili.
"Maukah kau kubantu? Aku akan berusaha menemukan tongkatmu" lili tersenyum hangat kearah ratu.
Ratu mengangguk menyetujui tawaran Lili lantas tersenyum penuh harapan.
"Dimana terakhir kau kehilangan tongkat peri? "Tanya lili memulai misi nya.
"Saat aku menghadiri pesta temanku. Dan saat itu aku tengah mengambil minuman tiba tiba ada seseorang yang menabrakku. Alhasil tongkatku terjatuh. Saat aku akan mengambilnya, tongkat itu sudah menghilang entah kemana. "Jelas ratu alexis dengan mata beekaca kaca. Dia sangat sedih kehilangan tongkat peri yang merupakan hadiah dari orang tuanya.
"Baiklah.. Langkah pertama aku akan pergi kerumah temanmu.dimana itu? Tanya lili sekali lagi.
"Di dekat sungai."
Lili hendak pergi menyelesaikan tugasnya, namun ratu alexis menahannya sejenak
"Bawalah ini" ratu memberikan sebuah kertas kepada lili. Sebelum lili protes, ratu sudah menyuruhnya untuk segera menjalankan misi. Ia harus selesai sebelum fajar terbit esok nanti. Bahkan saat ini sudah menjelang petang. Dia harus cepat cepat.
Lili berlari keluar istana melalui jalan terowongan yang tadi dia lalui. Merayap dengan cepat mengabaikan rasa lelah ditubuhnya.
Saat sudah sampai di ujung jalan keluar, lili memekik senang lantas segera bangkit. Dia teringat kertas dari ratu tadi.
"Ini peta. " serunya pelan menatap peta ditangannya.
"Baiklah, aku mengikutimu peta" senyumnya mengembang lebar . Dengan sekali tarikan napas panjang lili mulai berlari mengikuti arah yang ditunjukkan peta.
Dia yakin peta ini juga ajaib. Peta ini adalah kunci dari segala hal.
Langkahnya ia percepat karena hari semakin gelap. Udara juga begitu dingin. Lili telah sampai di pinghiran sungai yang ditunjukkan peta. Dia bingung dimana letaknya rumah teman ratu Alexis. Disepanjang sungai itu hanya tampak hutan. satu rumahpun tidak ada. Ini aneh. Pikirnya.
Sekali lagi dia memastikan apakah ini benar sungai yang ditunjuk peta. Mengamati sekali lagi peta ditangannya dengan teliti. Dahinya mengekerut ketika melihat simbol musik tepat pada letak sungai di peta itu. Apa artinya? Lili semakin bingung dibuatnya. Bahkan saat ini ia ingin menangis dan pulang saja kerumah.
Pikirannya melayang jauh memikirkan teka teki ini. Apa aku harus bermain musik di tepi sungai ini? Tapi alat musikpun tak ada. Batinnya resah.
Kemudian muncul ingatan dimana dia sering bernyanyi ditepi sungai dulu bersama Frans, tetangganya.Tiba tiba ia menginginkan memori itu terulang kembali saat ini. Dia butuh teman.
Tanpa sadar Lili mulai bernyanyi tenang. Kini dia sudah mendudukkan diri ditepi sungai. Kakinya bergelantung menyentuh dinginnya air sungai itu. Sedikit aneh memang, sungai ini tidak membeku sedikitpun meski saat ini musim dingin.
Nyanyian Lili semakin lama semakin kuat. Dia menyanyikan lagu dengan penuh rasa. Antara emosi yang meluap dan rasa cintanya akan musik. Tiba tiba air sungai dibawahnya memancar naik seperti ikut menari mengikuti irama nyanyian Lili. Tentu saja lili terkejut akan hal itu. Bukannya menghentikan nyanyian dan kabur, justru lili malah menguatkan nyanyiannya dengan penuh perasaan. Dan betapa bahagianya dia saat sebuah istana muncul dari dalam air yang ikut menari tadi.
"Wow... Ini benar benar nyata" gumamnya senang.
Lili berjalan memasuki istana itu. Tak ingin lengah, dia kembali melihat peta ditangannya. Petunjuk selanjutnya mengarah ke dalam istana.
Lili sudah berhasil masuk kedalam istana, benar. Dia melihat tongkat peri itu ada dalam kotak kaca. Sungguh bahagia karena sedari tadi tidak ada penjaga satupun disana. Lili segera mendekati kotak kaca itu namun saat mencoba membuka pintunya, lili merasa benar benar kecewa.
"Ini terkunci. Dimana kunci itu? "Lili bingung setengah mati karena pekerjaannya sedari tadi terus menjadi teka teki rumit. Sekali lagi dia mengamati peta yang masih dia genggam.
"Ha? Kenapa petunjuk selanjutnya menunjukkan simbol kelinci? " Berpikir keras lagi apa maksud dari peta itu. Rasanya dia ingin menyerah saja. Lili lagi lagi teringat kelinci yang berkeliaran di daerah ini saat dia datang ke tempat aneh ini. Seperyi mendapatkan petunjuk, Lili segera berlari keluar istana.
"Aku harus menemui opet" gumamnya penuh emosi yang meluap luap.
Kakinya terus berlari membawa tubuhnya menuju objek yang mungkin mengetahui semua teka teki ini.
"OPET! OPET! Listen to me!" teriak lili dari kejauhan.
"Apakah kau tahu dimana letak kelinci kelinci yang dimaksud peta ini? " Tanya lili tanpa basa basi.
"Wow.. Kau benar benar menjalankan misi ini" opet berpikir sejenak.
"Ya. Dan kau tau dimana ini? Cepatlah waktuku sedikit lagi"teriak Lili frustasi.
"Carilah kelinci ini di dalam istana air. Dan yang harus kau cari adalah kelinci ajaib disana. Disanalah kunci disembunyikan." terang Opet dengan rinci.
"Baiklah. Aku akan pergi. "Lili memutar tubuhnya mulai menjauhi opet.
"Hati hatilah Lili" teriak opet kearah Lili.
Lili menghentikan langkahnya. Menoleh sekilas kearah opet sambil menunjukkan gestur tanda setuju dengan tangannya. Lili kembali berlari sekuat tenaga yang masih tersisa berharap ini adalah akhir dari perjalanannya.
"Dimana kelinci... Kelinci.. " Gumamnya pelan menyusuri setiap ruangan dalam istana itu. Mencari dimana kiranya kelinci ajaib itu.
"Pastikan tongkat itu aman" Lili terkejut mendengar suara lain disertai dentingan langkah mendekat kearah kotak itu. Dia segera bersembunyi dibalik tiang yang ada didekat kotak itu.
"Baik ratu" Lili semakin terkejut dengan yang menyebut wanita itu sebagai ratu.
"Kelinci? Ya ..benar itu keinci ajaib. Bahkan dia bisa berjalan dan bicara layaknya manusia. Ini hebat. " bisik lili pelan pada dirinya sendiri.
Tapi bagaimana caraku mengambil kunci dari dia? Otaknya terus berputar memikirkan langkah selanjutnya.
"Aha! Aku tau! "Serunya semangat. Lili mulai mengawasi gerak gerik si kelinci. Dia akan menggunakan kesempatan dengan baik kali ini dia ingin segera pulang.
Disaat kelinci itu sedang berargumen bersama ratu ,lili melihat suatu benda mengkilat di kantung celana si kelinci. Benarkah itu kunci?
Dengan keberanian yang susah payah ia kumpulkan akhirnya lili bergerak mendekati si kelinci. Mencoba merangkak dan tidak menimbulkan suara sedikitpun yang dapat mengalihkan atensi dua makhluk itu. Lili mengulurkan tangannya panjang panjang. Sedanhkan tubuhnya, dia sembunyikan dibalik tiang besar.
"Hampir... Ini hampir" gumam lili pelan. Tak di sangka kelinci itu menoleh kearahnya, sesegera mungkin dia menarik tangan yang tadi terulur.
"Auhhh... Hampir saja. "Keluhnya lelah.
Tidak berhenti disini, Lili kembali mencoba menarik benda mengkilat itu keluar dari kantung celana si kelinci. Pelan... Harus pelan.. Sedikit lagi...
"Hap!!! "Senyum lili mrngembang lebar ketika kunci itu sudah berada di tangannya. Perasaannya sangat bahagia. Tinggal menunggu mereka pergi dan dia juga harus bertindak.
Memang dasarnya Lili memiliki ide dan imajinasi yang luar biasa.
"TANGGG" lili menahan napasnya sejenak setelah melempar botol yang sepertinya parfum kearah samping kiri ruangan. Dia telah menyusun strategi agar mereka mengalihkan fokusnya pada suara yang Lili buat.
Benar saja dua makhluk itu labgsung menghampiri asal suara tanpa adanya curiga. Setelah memastikan keadaan aman, Lili segera berlari menghampiri kotak dan membukanya.
"BINGO! " Tanpa pikir panjang lili segera keluar istana dengan tergesa gesa. Waktunya tinggal beberapa menit lagi. Fajar akan muncul kemudian.
Lili kembali bernyanyi di pinggir sungai untuk mengembalikan istana kedalam air. Suaranya begitu kuat menandakan emosi yang mendalam. Tak lama setelah lili menyelesaikan setengah nyanyiannya, istana itu luruh bersama air kedalam sungai.
"Oh astaga... Aku berhasil. "Helaan napas lega terdengar. Lili menumpukan lututnya pada tanah yang lembab. Tubuhnya sangat lelah bahkan untuk berdiri rasanya tak sanggup. Tapi tugasnya masih belum usai.Dengan sisa sisa tenaga Lili kembali bangkit dan berlari menuju istana ratu Alexis. Dia berharap setelah menyelesaikan tugas akan segera pulang.
"Ratu Alexis... Ratu alexis...! "Tetiak lili setelah sampai di pelataran istana. Ini benar benar melelahkan.
"Oh Lili... Apa kau berhasil membawa tongkat periku? " Ratu Alexis mendekati Lili yang kini meringkuk lelah.
"Ya. "Lili memberikan tongkat peri itu ketangan sabg ratu.
"Terima kasih Lili. Dan berbahagialah sebab kau berhasil" Ratu Alexis mengelus surai Lili dengan lembut.
Seketika itu cahaya putih mengelilingi tubuh Lili. Semuanya menjadi terang dipenuhi cahaya putih sama seperti saat pertama lili bisa terjebak dalam dunia aneh ini.
"Lili... Lili..!! " Lili membuka matanya perlahan. Pandangannya langsung terfokus pada dua orang dihadapannya.
"Kenapa kau disini? " tanya salah satu orang di hadapan lili.
"Oh.. Ayah ibu.. Aku merindukan kalian" Lili menghambur dalam pelukan dua orang itu.
"Aku disini hanya melihat lihat" terang lili pada kedua orang tuanya.
"Ayo kita turun" kedua tangan lili digandeng ayah ibunya untuk pergi dari loteng.
Sebelum benar benar meninggalkan loteng, Lili melirik kelinci menggantung di ranting pohon itu sekali lagi."Entah ini semua benar ataukah tidak. Aku bahkan tidak yakin ini semua benar tapi aku juga tak bisa menyangkal bahwa ini benar dan nyata. Entah ini hanya sekedar imajinasi atau realita. Jika waktu memberi kesempatan, izinkanlah aku kembali kedunia sihir itu. Aku ingin memulai petualanganku yang lain. Ini adalah dunia sihirku. Aku yakin itu adalah dunia sihir".
TamatKarya: Dina Apriliana
Kkamjongie_88
YOU ARE READING
TOUR IN THE MAGIC WORLD (ONE SHOT)
Fantasypetualangan dalam dunia magic yang tak disangka bahkan tak masuk dalam akal sehat manusia. hanya manusia dengan tingkat khayalan tinggi yang mampu melihat dunia itu . Dalam dunia itu , semua penghuninya serba luar biasa dan menakjubkan. terjebak d...