Bab. 6.

1.1K 38 0
                                    

Setelah memastikan Ayuma masuk ke dalam sekolahnya, Yonna baru berangkat ke sekolah. Ia sengaja mengantar Ayuma terlebih dulu, ia ingin memastikan bahwa Ayuma benar-benar sekolah tidak hanya kerja mencuci piring di sebuah restoran tidak jauh dari sekolah maupun rumah kos mereka.
Yonna datang lebih awal dari biasanya. Itu terjadi karena ia tidak perlu mengerjakan tugas rumah yang ibu tirinya berikan seperti biasanya. Hal itu membuat Arshaka memiliki banyak kesempatan untuk mendekati Yonna secara terang-terangan.
"Tumben, pacarku yang cantik ini sudah datang? " Ujar Arshaka yang duduk di bangku samping Yonna. Yonna berusaha untuk tidak menanggapi laki-laki yang sudah ia anggap gila itu. Tapi, sikap Arshaka tidak bisa membuat Yonna bersabar lebih lama lagi. "Jawab dong kalau pacar lagi tanya! " Ujar Arshaka.
"Bisa diam nggak? " Sungut Yonna.
"Melihat pacarku terluka, aku tidak akan bisa diam. Katakan saja siapa yang menyakitimu? " Tanya Arshaka untuk kesekian kalinya.
"Bukan urusanmu. " Jawab Yonna ketus.
"Sudah menjadi urusanku. Karena kau adalah pacarku. " Kata Arshaka.
"Perjanjian kita sudah berakhir. Aku bukan lagi pacarmu. Aku milik banyak orang. Jangan bermimpi terlalu tinggi! " Ujar Yonna.
"Orang lain tidak akan memilikimu lagi, kau hanya milikku. Kalau kau tidak percaya. Aku bisa membuktikannya. " Kata Arshaka.
"Terserah kau saja. Yang jelas, aku tidak suka kalau ada orang yang mengurusi hidupku. Lebih baik kau kembali ke bangkumu sebelum membuatku jauh lebih muak lagi padamu! " Ucap Yonna.
"Jangan kasar gitu sama pacar sendiri, Sayang! " Ucap Arshaka tersenyum meledek Yonna.
"Cih, aku tidak sudi menjadi pacarmu. Kalau bukan karena uang aku tidak akan mau menemanimu waktu itu. " Kata Yonna kesal.
"Pedas sekali bibirmu, Yonna. Kau cantik tapi bibirmu pedas. Tapi aku menyukainya. "
"Kau pikir aku peduli? "
"Aku tidak berfikir seperti itu. Aku hanya menyarankan agar kamu lebih memperhatikan dan menghargai pacarmu ini. " Kata Arshaka.
"Cih, melihat wajahmu saja aku tidak berselera. " Cibir Yonna.
"Kau akan menelan ludahmu kembali, Yonna. Lihat saja nanti. " Ujar Arshaka sebelum kembali ke bangkunya yang ada di ujung paling belakang.
Yonna tidak menganggap ucapan Arshaka dengan serius. Yonna tidak ingin menambah beban pikirannya dengan memasukkan Arshaka ke dalam daftar pembuat masalah yang serius.
Meskipun ditolak secara terang-terangan oleh Yonna, Arshaka tidak menganggap bahwa itu adalah sebuah penolakan. Bagi Arshaka, Yonna hanya tidak ingin mengakuinya saja. Ia yakin Yonna akan menjadi miliknya, hanya dirinya yang bisa memiliki Yonna.
..........
Ruang kelas begitu sepi setelah semua murid meninggalkannya pulang. Yonna memang sengaja tidak buru-buru pulang dan tetap menunggu di dalam ruang kelasnya. Ia menunggu pelanggannya menghubunginya tapi entah mengapa hari ini tidak satu pun pelanggan yang ingin mengajaknya berkencan. Padahal, Yonna sudah mengumumkan bahwa dirinya telah siap hari ini.
Puluhan kali, Yonna menatap ponselnya yang tidak menunjukkan notifikasi adanya pelanggan yang ingin mengajaknya berkencan. Ia merasa agak heran dengan situasi seperti ini, biasanya mereka pasti akan saling berebut jadwal. Tapi, kini satu pun tidak ada yang mau memesannya.
Yonna memutuskan akan pulang saja ke rumah dan mencari kesibukan lain. Tapi, saat ia hendak ingin keluar dari ruang kelasnya yang sepi, Arshaka justru masuk dan mengunci pintunya.
"Mau apa kamu? " Sinis Yonna menatap tidak suka Arshaka.
"Membuktikan ucapanku tadi pagi." Jawab Arshaka santai.
"Aku tidak membutuhkan bukti maupun dirimu. Sebaiknya kau pergi dan jangan pernah dekati aku lagi! " Usir Yonna.
"Begitu ya? Kalau aku tidak mau bagaimana? " Arshaka mendekati Yonna yang tidak beranjak dari tempatnya berdiri saat ini.
"Masa bodoh. Kalau kau mau disini. Silahkan saja. " Ucap Yonna. Ia akan melangkahkan kakinya pergi. Tapi Arshaka berhasil menghentikannya dengan memeluk tubuhnya dengan erat dan mencium bibirnya dengan kasar.
"Lepasin Brengsek! " Ucap Yonna meronta.
"Aku tidak sebodoh yang kau kira sehingga aku akan melepaskanmu begitu saja." Ucap Arshaka kembali menyerang Yonna dengan ciumannya.
Yonna tidak sanggup mengeluarkan suaranya lagi karena Arshaka tengah mencium bibirnya tanpa ampun.
Bibir manis Yonna rupanya telah membutakan Arshaka akan dimana kini ia berada. Meskipun Yonna berusaha mendorong tubuh Arshaka menjauh, tapi tenaganya kurang seimbang sehingga Arshaka tidak berhasil menjauh dari tubuhnya. Semakin ia mencoba menolak Arshaka, semkin kuat tenaga Arshaka untuk melemahkannya.
Dirobohkan nya tubuh Yonna ke atas bangku dengan tubuhnya yang menindih tubuh Yonna di bawahnya.
Masih dengan posisinya, Arshaka menyerang bagian sensitif Yonna tanpa ampun. Mencium ceruk leher Yonna dan meremas kedua gundukan dada Yonna dengan sensual. Tidak peduli meskipun kedua tangan Yonna kini terus menusukkan kuku-kukunya ke punggung Arshaka. Yonna bahkan tidak lagi meronta maupun berteriak.
Karena rasanya percuma saja melakukannya. Tenaga Arshaka tidak akan bisa ia tandingi. Jika ia berteriak pun hanya akan mempermalukan dirinya sendiri dan membuang-buang tenaga saja. Tidak akan ada yang bisa mendengarnya. Sekolahan itu sudah kosong bahkan sejak satu jam yang lalu.
Yonna pasrah menghadapi apapun yang akan diterimanya. Meskipun itu pahit, Yonna sudah lelah dicap pelacur oleh kebanyakan orang meskipun kenyataannya ia bukanlah seperti yang mereka pikirkan. Biarlah laki-laki brengsek yang tengah memberikan siksaan kenikmatan di atas tubuhnya kini membuktikan sendiri apakah benar dirinya seorang pelacur atau bukan.
Ketidak berdayakan Yonna dijadikan sebuah kesempatan bagi Arshaka untuk membuka empat kancing teratas seragam Yonna. Di singkapnya bra putih milik Yonna hingga nampak lah dua bukit kembar milik Yonna. Arshaka tidak tahan untuk segera melahap kedua puncaknya. Yonna yang awalnya hanya diam dan pasrah, kini mulai gelisah merasakan sensasi geli tapi nikmat di kedua bukitnya.
Entah Arshaka yang terlalu lihai dalam permainannya ataukah memang dirinya yang mendamba sentuhan Arshaka, kenyataannya ia tidak bisa memungkiri bahwa Arshaka adalah kenikmatan baginya.
"Ugh... " Yonna melenguh sambil meliuk-liukkan pinggangnya merasakan sentuhan tangan kurangajar Arshaka yang sudah lihai mempermainkan area sensitif wanita.
Arshaka menyeringai merasakan tubuh Yonna yang sepertinya merespon baik setiap sentuhannya. Tuduhannya selama ini pada Yonna semakin kuat. Ia yakin Yonna adalah gadis dengan kegiatan seks terbaik diantara pekerja seks lainnya jika dilihat dari banyaknya peminat Yonna selama ini.
Setelah cukup lama menyiksa Yonna dengan serangan kenikmatan, Arshaka menurunkan celana seragam beserta dalamannya hingga terpampanglah bukti gairahnya. Ia pun menyingkap rok seragam Yonna dan mengesampingkan celana dalam putih Yonna.
Tidak mau berlama-lama bermain-main menyiksa Yonna dengan foreplay, karena ia yakin memasuki Yonna tidak akan sesulit memasuki seorang perawan. Arshaka pun menuntun bukti gairahnya ke lubang rahasia Yonna.
"Tidak, jangan! Kumohon hentikan! " Ucap Yonna begitu kesadarannya kembali. Ia sadar apa yang seharusnya terjadi tidaklah terjadi. Ini salah. Dia bukan pelacur. Meskipun banyak orang menganggapnya begitu. Ia mencoba kembali mendorong Arshaka agar menjauh dan berhasil. Arshaka terjerembab ke belakang hingga terduduk di lantai.
Kesempatan itu, Yonna gunakan untuk berdiri dan berlari. Tapi, Arshaka tidak ingin tinggal diam dengan membiarkan Yonna pergi begitu saja. Ia sengaja menjulurkan kakinya di depan Yonna agar Yonna tersandung oleh kakinya dan akhirnya terjatuh.
Keinginannya itu pun terjadi. Yonna terjatuh dengan kepala membentur lantai hingga hidungnya pun berdarah. Arshaka tidak ingin gagal dan membuang-buang waktu lagi. Segera, ia memasukkan miliknya yang sudah mengeras hanya dengan menatap mata Yonna itu ke dalam lubang kenikmatan Yonna tanpa merubah posisi Yonna yang sedang tengkurap di atas lantai.

"Aaarrgg.." Yonna teriak tertahan. Ia merasa kesakitan yang luar biasa di bagian bawahnya. Tapi ia tidak boleh lemah ataupun mendesah agar imagenya sebagai pelacur di otak Arshaka terbukti salah.
"Oh, tidak. Kau! " Ujar Arshaka begitu menyadari betapa sulit usahanya agar ia sampai memasuki Yonna seperti saat ini. Rasanya begitu perih dan sesak.
"Ya, akulah pelacur. Kau puas sekarang? " Yonna tertawa miris, dalam hatinya ia menangis. Menangisi kesialan yang melanda hidupnya.
Arshaka tidak mau mendengarkan Yonna dan meladeni ucapan Yonna yang terdengar seperti mengejeknya. Semua sudah terjadi dan terasa tanggung jika tidak dilanjutkan. Dengan pelan tapi pasti, Arshaka menggerakkan tubuhnya membuat gerakan maju mundur pinggulnya. Kesakitan Yonna begitu terasa diawal gerakan yang Arshaka lakukan. Perlahan rasa sakit itu berangsur menghilang tergantikan dengan kenikmatan yang luar biasa.
Namun meskipun demikian, Yonna tetap dalam egonya. Ia tidak ingin mendesah dan menahan desahannya dengan sekuat hatinya.
Ia ingin laki-laki yang sedang menggagahinya kini menyesal telah menyebutnya sebagai pelacur.
Arshaka tidak membiarkan Yonna menahan semuanya, ia mempercepat gerakannya hingga gelombang itu datang menghampiri dirinya dan juga Yonna.
Sedahsyat apapun kenikmatan itu, Yonna tetap menahan semuanya hingga akhirnya Arshaka menumpahkan semuanya di dalam rahim Yonna. Tubuhnya terkulai lemas menghimpit tubuh Yonna di antara dirinya dan lantai. Nafasnya tersenggal-senggal, detak jantungnya melaju lebih kencang dari biasanya.
Entah apa yang bisa Yonna lakukan sekarang. Ia sudah kotor. Benar-benar kotor. Semua ini karena laki-laki bejat itu. Laki-laki yang sudah menghina bahkan menikmati tubuhnya yang seharusnya tidak pernah terjadi.

Bersambung.....

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang