Dalam diam aku menapamu
Dalam diam aku mengagumimu
Dalam dia aku menyukaimu
Dalam diam aku mencintaimu
Hanya dalam diam!"Pa, ma, Nara berangkat." pamit nara sambil mencium pipi keduanya.
"Ia, hati-hati sayang." pesan mama yang dibalas dengan senyum dan anggukan dari Inara.
Seperti biasa, Inara berjalan sambil bernyanyi pelan. Setelah menempuh setengah perjalanan menuju halte, Inara dikagetkan dengan suara deruman sepeda motor yang sangat dia kenal. Jantungnya berdetak kencang bahkan hanya mendengar suara motor sang pemilik, siapa lagi pemiliknya kalau bukan Gio. Inara kaget dan hampir terjungkal saat motor Gio sudah menepi di samping trotoar tempat dia berhenti.
"Pagi Inara." sapa Gio dengan senyumnya yang amat sangat manis
Pagi Inara..... Pagi Inara...... Pagi Inara..... Pagi Inara.....Sapaan Gio terngiang-ngiang di kepala Inara. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya dia bertegur sapa dengan Gio, tidak! lebih tepatnya hanya Gio yang meyapa. Sementara Inara hanya bisa melamun, ingin rasanya dia melompat sambil berteriak senang, tapi dia tidak bisa. Entah kenapa badannya terasa kaku, bahkan haya untuk berpindah tempat beberapa sentipun dia tak mampu melakukannya.
"Hey Inara! Aku tau kamu itu pendiam akut tapi sapaan aku setidaknya direspon kek. Ini, kamu malah pasang muka ketakutan, kamu kira aku hantu apa?" tegur Gio yang kesal dengan ekspresi Inara.
Kamu bukan hantu, kamu pangeran. Aku bukan takut, tapi aku cuman kaget aja. Maaf! Ringis Inara dalam hati.
"Hey!" ucap Gio sambil memegang lengan Inara.
Sontak Inara langsung menjauh dengan muka memerah.
Gio bego! Kenapa lo sentuh gue..... batin Inara lagi"Eh.... a anu..... Itu hmmm...." Inara bingung harus mengatakan apa.
"hmmm maaf tadi aku sentuh lengan kamu, habisnya aku kesel sih dari tadi kamu kacangin aku." ucap Gio sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia merasa tidak enak pada Inara.
"Hah? i iya" ucap Inara akhirnya.
"Yuk berangkat bareng, mumpung aku lagi nggak bawa boncengan, adik gue hari ini sakit." ajak Gio
Inara melotot saat mendengar ajakan Gio.
Ya Tuhan..... Apalagi ini?
"Ayok, buruan. Entar telat loh." ucap Gio
"Eh," Inara menggeleng cepat saat Gio mulai menyalakan motornya yang tadi sempat mati.
"ah lo ma, kita kan temenan. Ya walaupun nggak dekat, tapi kamu seharusnya menghargai dong." ucap Gio lagi
Sebenarya ada rasa senang di hati Inara, tetapi dia tidak enak pada Gea. Bagaimana tidak, Gea tidak pernah dibonceng oleh Gio. Dan dia pernah keceplosan didepan Inara, bahwa dia ingin sekali dibonceng oleh Gio. Tapi berhubung Gio harus menjemput adiknya di rumah om nya setiap hari, jadi Gio tidak pernah membonceng orang kecuali jika adiknya tidak kesekolah seperti saat ini, tetapi yang diboncengnya pun teman laki-lakinya. Dan bisa dibilang ini pertama kalinya dia membonceng perempuan kecuali adiknya jika Inara mau ikut dengannya.
"ayo Inara, udah mau jam 7 nih." ajak Gio lagi tapi sekarang degan nada sedikit memaksa.
Inara melihat jam di tangannya dan yang benar saja, jam sudah menunjukkan 6:53. Mau tidak mau Inara mengiyakan ajakan Gio.
Dia menyalahkan dirinya sendiri yang membuang waktu dengan melamun terlalu lama.Maaf Gea..... batin Inara saat menaiki motor Gio.
Di perjalanan Inara terus berdoa semoga Gea tidak melihatnya diboncengi Gio. Dan syukur sekali, lapangan parkir sudah sepi, karena semua siswa-siswi pasti sudah masuk kelas.
"hmm makasih ya." ucap Inara sopan
"Nggak paapa, santai aja kali." ucap Gio sambil mengacak rambut Inara. Entah kenapa, dia gemas melihat tingkah Inara.
Gio!! Oh Tuhan....
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Inara langsung pergi meninggalkan Gio sambil memegang dadanya yang berpacu entah berapa kali lebih cepat dari biasanya.
❤
"Pagi Inara sayang." sapa Gea ceria
"Pagi juga Gea." balas Inara sama cerianya saat duduk di samping Gea.
"Wow, Who are you?" tanya Gea kaget melihat tingkah Inara.
Inara yang sadar akan perubahannya merutuki dirinya yang lepas kontrol akibat terlalu bahagia.
"Hah?" Inara bingung harus bagaimana.
"Yah, berubah lagi deh." ucap Gea lemas.
"Padahal aku udah seneng banget, pas kamu sapa aku kayak tadi." lanjut GeaInara merasa kasihan pada sahabatnya ini, Gea selalu setia pada Inara walau tau sifat Inara yang kaku.
Inara langsung memeluk Gea sambil berkata "maaf." hanya kata itu yang keluar dari mulut Inara.
"Nggak papa kok." ucap Gea sambil membalas pelukan Inara.
Kring krriingg krrriiinggg
Bel masuk membuat mereka saling melepaskan pelukan dan sibuk dengan aktivitas menyiapkan alat tulis.
❤
Halo gayess😍
Jangan lupa Vote dan coment😆Love you all❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Love
Teen FictionAku akan pergi tanpa pamit, karena saat aku datang pun aku tak meminta izinmu_Inara Kayenza Mahtama Maaf karena gue nggak pernah peka kalau lo lagi berusaha meminta izin ke gue saat lo datang, dan sekarang gue sadar kalau gue nggak punya hak untuk n...