Dimas Van Dijk : Ingatan Valeri

3.2K 157 21
                                    

Suara burung berkicau, berciap-ciap menyambut pagi. Sang matahari pun sudah mulai beranjak dar peraduannya. Cahayanya menembus kamar seseorang yang tengah bergelung di bawah selimut putih miliknya. Awalnya cahaya itu tidak menggangunya, namun saat sang mentari lebih beranjak dia terganggu. bola matanya bergerak resah dan tak lama kemudian kelopak mata berbulu lentik itu terbuka menampilkan iris hazel cantik yang kini telah basah oleh air mata.

Valeri terbangun dengan keadaan mata sembab. Dia tidak tahu mengapa setiap kali dirinya terbangun selalu dalam keadaan sama. Hatinya sakit dan air matanya berlinang membasahi pipinya. Tidak tahu mengapa dia merasakan ini. Dirinya merasa seperti kehilangan sesuatu tapi dia tidak tahu apa itu.  Dia sungguh bingung. Bahkan dia tidak bisa mengingat sama sekali mimpi yang dia alami semalam. Yang dia ingat hanya ada kegelapan. Kepalanya pusing dan rasanya begitu berat.

Dia mengusap air mata yang mengalir dipipinya, menyingkap selimut dan perlahan dia bangkit duduk ditepian ranjang. Valeri masih memikirkan Apa yang tengah terjadi pada dirinya.Dia tidak ingat apapun. Berawal semenjak dia pingsan gara-gara terjatuh dari tangga gedung Gounverments Bedrijven saat mengantar Mamanya. Saat dirinya tersadar dia berada di kamar dengan kondisi mengenaskan. Mata sembab, air mata yang masih berlinang dan perasaan yang benar- benar kacau. Dia merasa sedih, sesak, kesal dan kehilangan? pada waktu bersamaan. Tidak ada kata yang mampu mengambarkan perasaannya waktu itu. Dan dia tidak tahu mengapa. 

Dia merasa hampa seperti tengah kehilangan sesuatu yang besar di hidupnya. Seperti melupakan seseorang. Tapi apa dan siapa?.

***

Pagi ini seperti biasa Valeri berangkat ke sekolah. Tidak ada yang menyapanya . Karena Valeri memang terkenal sebagai anak yang misterius dan sulit di tebak.Ditambah wajah kusut Valeri hari ini,takk ada yang berani mengangunnya. Valeri jarang memiliki teman, bukan karena sombong atau apa dia hanya tidak percaya pada orang baru. Dia takut disakiti dan takut dikhianati oleh orang- orang itu. Dia butuh waktu untuk percaya mereka. Selain itu dia juga tidak tahu cara memulai percakapan terlebih dahulu. Alhasil tidak banyak teman yang dimilikinya selama sekolah.

Salah satu orang yang berhasil menjadi teman si misterius Valeri adalah Vienna Fallensyn, mereka sudah bersama sejak kecil sehingga Valeri percaya pada Fallen. Namun mereka juga tidak bisa dikategorikan sebagai teman karena ayah Valeri dan ayah Fallensyn adalah sepupu jadi otomatis mereka ada hubungan saudara juga. 

Valeri seharian ini melamun memikirkan apa yang hilang dan apa yang dia lupakan selama ini.

"Kamu kenapa sih? Dari tadi aku perhatikan kamu melamun terus. Kamu sakit atau bagaimana? Tidak bisanya kamu begini."-Fallen

" Nggak kok Fall cuma lagi kepikiran sesuatu aja"

"Apa?"- Fallen

"Akhir- akhir ini aku selalu ngerasa ada yang hilang tapi aku nggak tahu itu apa. Terus aku juga kangen seseorang tapi aku nggak tahu itu siapa Fall. Aku bingung."

"Jangan-jangan kamu diguna-guna" Fallen bergindik ngeri, bersikap seolah-olah tengah ketakutan

"Ishh... rasional dikit kek" Valeri memutar bola matanya

"Terserah lah kamu mau percaya atau enggak yang penting aku udah kasih tahu. Inget juga jangan ngelamaun di pelajaran berikutnya" Fallen memperingatkan Valeri. Valeri mengernyit tidak mengerti arah pembicaraan Fallen

"kamu bodoh atau gimana sih... Nanti kan pelajaran Miss Yanti, guru sejarah kita tercinta, kamu tahu kan Miss Yanti suka nunjuk dan nanyain anak-anak yang nggak fokus sama pelajaran"

Dimas Van DijkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang