~Jika aku bertemu denganmu, aku akan mengenalimu. Tidak peduli berapa kali kau mencoba bersembunyi. Aku akan melepasmu diwaktu yang membeku. Kemanapun kau pergi, tolong jangan sakit~
Mungkin hanya kata itu yang pantas menggambarkan setiap penggalan kata yang ingin diucapkan untuknya untuk mewakili sebagian hati.
Eunkwang memerhatikan setiap nada dan suara yang keluar dari bibirnya. Penghayatan utuh ia dapatkan hanya dengan membayangkan wajah Sena.
Ia menghela nafas pelan seusai menyelesaikan rekaman lagu kedua untuk single project Piece of BTOB. Dilepasnya headphone yang melekat pada telinga, sebuah senyum kecil tercetak.
‘Sena-ya, kuharap kau dapat mendengarkan sebagian dari perkataanku, dimanapun kau berada saat ini’
Mengingat gadis berkerudung itu tanpa henti. Keduanya tak pernah bertemu sejak pindahnya Sena dari rumah sewa itu. Entah kemana perginya gadis yang sangat dicintainya itu. Terakhir kali melihatnya menangis begitu banyak.
“Gamsahamnida...” Ia membungkuk kepada staff yang membantunya dalam proses rekaman.
Dipakainya sebuah syal abu-abu pemberian Sena itu dileher lalu berjalan keluar meninggalkan agensi. Tepat saat ia keluar dari agensi seorang gadis menghampirinya. Ia menyipitkan kedua matanya untuk memastikan kebenarannya.
“Hae Jin-a. Kau itu?”
“Oppa...”
Gadis itu berlari mendekat dan menarik Eunkwang dalam pelukan. Seketika pria itu membeku, ia dikejutkan oleh satu hal tak terduga. Perlahan telinganya mendengar isak tangis dari gadis itu. Ia sibuk memerhatikan sekeliling, bagaimana jika orang melihat? Maka ia dalam masalah besar.
“OMO! APA INI?”
Eunkwang mendengar pekikan keras. Bisa ditebak bahwa aitu suara Sungjae. Segera ia melepas pelukan erat dari Hae Jin. Benar saja, ia mendapati Sungjae juga beberapa member BTOB lainnya berdiri dibelakang dengan ekspresi yang sama sekali tidak dapat ditebak.
Pria itu dihantam kebingungan yang tidak berakhir. Dibenaknya hanya dipenuhi oleh kata tanya ‘bagaimana’. Tak terkecuali para member BTOB itu, melihat sang leader yang kebingungan.
(***)
“Tidak mungkin. Sena tidak akan berbuat seperti itu. Hae Jin-a, kau pasti salah paham tentang ucapannya”
“Aniya, oppa. Dia sungguh mengusirku dan ayah, dia juga memenjarakan ibuku. Oppa, sementara ini setidaknya tolong berikan aku pekerjaan. Bagaimanapun juga aku dan ayah harus hidup. Hanya kau satu-satunya yang dapat kutemui saat ini”
Eunkwang masih tak percaya dengan keseluruhan cerita gadis berambut panjang didepannya itu. Ia yakin, Sena tidak akan berbuat sekejam itu. Pasti ada alasannya.
Tapi apa? Apa alasannya? Seperti apapun alasannya ia juga tampak memunculkan amarah. Bagaimana tidak? Keluarga Hae Jin adalah keluarga Yoo Jin. Apakah ini alasan Yoo Jin memberinya titipan kata ma’af untuk Sena?
Ditatapnya lagi gadis yang masih menangis itu. Hatinya tak bisa menolak untuk percaya, tapi perasaannya juga tak bisa mengelak tentang kehadiran Sena yang mengisi setiap kekosongan. Lalu, siapa yang benar antara mereka berdua? Hae Jin atau Sena?
“Jin-a, sekarang pulanglah dulu dan tinggalkan nomormu. Aku akan coba membantu untuk memberimu pekerjaan”
Entah darimana datangnya kekuatan senyum itu. Mendengar pernyataan Eunkwang, gadis itu tersenyum lebar dan kembali memeluk Eunkwang yang duduk disebelahnya. Kata terimakasih seolah tak ada akhirnya terucap.
Merasa tak nyaman, Eunkwang melepas pelukan itu dan tersenyum tipis. Ia bangkit dari duduknya dan mengantar Hae Jin keluar dari ruangan BTOB yang ada diagensi. Gadis kecil itu tersenyum bahagia mendengar ucapan Eunkwang yang entah pasti atau tidak. Tampak sebuah harapan besar tersemat dipunggungnya yang menjauh.
“Hyung, kurasa gadis berkerudung itu benar-benar kejam” bisik Sungjae yang berdiri disampingnya.
“Kau tidak bisa menyimpulkan sesuatu hanya karena satu sumber. Aku pergi” balasnya lalu berjalan.
“HYUNG, MAU KEMANA?
To Be Continue...
~Sorry guys, kalo kalian ga enjoy baca cerita ini. Sorry juga kalo banyak typo, alur ga nyambung atau ngebosenin karena alur yang ga jelas~
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TIME: When I Love You ☑
Fanfiction"SENA!!!!!!!!!!!" Teriakan Eunkwang juga kecepatan lari Minhyuk tak mampu mengejar gadis berkerudung itu. Sangat jelas kedua bola mata mereka melihat tubuh Sena terpelanting dan berguling diatas bumper mobil hitam itu. Tepat saat tubuh kecilnya jatu...