Part 3

14 5 1
                                    

Seketika mata Reyna terbelalak melihat pria bertubuh tinggi itu memperkenalkan dirinya di depan kelas.

"Cowok itu kan yang berada dalam mimpi gue waktu itu, Van coba lo cubit gue apakah ini mimpi?"

"Aaww", jerit Reyna sambil mengelus lenganya yang di cubit Vano terlalu keras.

"Van van itu kan cowok yang ada dalam mimpi gue waktu itu?."

"Yang mana Rey?"

"Itu lo yang waktu gue ceritain ke elo waktu itu!."

"Oh jadi tu cowok yang dansa-dansa sama lo dalam mimpi, pantesan lo suka senyum-senyum sendiri kayak orang gila, orang tu cowok ganteng tapi gantengan gue sih" sombong Vano sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

"Songong lu Van muka kaya paku bengkok aja sombongnya minta ampun."

"Masyaallah Rey tu mulut ngak pernah makan bangku sekolah, asal jiplak aja, pakek ngatain gue kayak paku bengkok lagi, makasih sayang kalau ngak udah gue jontos tu bibir."

"Ye ela lu Van becanda juga lo nanggapinya malah serius, lagi pms lo ya?!" ucap Reyna sambil menunjuk-nunjuk muka Vano.

"Iya emang kenapa!" bentak Vano dan membuat Reyna tertawa mendengar ucapan darinya yang membuat bibirnya manyun- manyun kayak bebek.

"Eh ngomong-ngomong lo sayang sama gue?!."

"Siapa juga yang sayang sama lo, mana ada orang yang sayang sama cewek brutal dan tomboy kayak lo Rey."

"Gini-gini banyak yang sayang sama gue termasuk lo Van, lo aja yang takut ngomong langsung!."

Reyna memalingkan pandangan ke depan melihat murid baru itu yang super duper ganteng menurutnya.

Cowok baru itu mendekat menghampiri Reyna dan mengajak berkenalan dan meminta nomor whatsapp kepadanya seketika itu Reyna memanggilnya dengan sebutan "Mine ".

"Reyna Nia Wijaya kamu sedang apa, kamu ngelamun ya, bukannya dengerin penjelas Bapak?" jelas Pak Yadi sambil menggeprak meja dan membuat lamunan Reyna terbuyar.

"Bapak udah punya istri ngak usah ngomong mine-minean sama bapak" jelas Pak Yadi.

"Eh Pak Yadi!" ucap Reyna cengengesan.

"Cepat kamu keluar dan berdiri di depan bendera sambil mengangkat kaki kanan dan menjewer telinga kamu sampai jam istirahat."

"Iya Pak, dasar kepala botak" umpat Reyna.

"Reyna kamu nyumpahin Bapak?!."

"Ngak kok Pak."

Reyna berdiri didepan bendera sambil menjewer telinganya.

Sudah due jam Reyna di hukum di depan bendera masih sekitar setengah jam lagi waktu istirahat,  Reyna sudah tidak bisa menahan tubuhnya karna ia belum makan sedari pagi dan membuat tubuhnya ambruk terjatuh.

Ternyata Raka melihat Reyna yang pinsang di lapangan saat permisi mau ke toilet, Raka memhampiri Reyna yang lagi pingsan dan membawanya ke UKS, sebelum Reyna kehilangan kesadar seutuhnya ia masih bisa melihat wajah Raka yang sedang menggendongnya.

"Rey bangun Rey jangan tinggal gue sendirian gue ngak enak kalau ngak ada lo di rumah!" ucap Alvata sambil menangis.

"Eh lu bang, ngapain lo nangis, gue cuman pingsan ngak mati kok tenang aja ngabisin air mata aja lo jadi orang cengeng amat."

"Yak ela dek gue nangis karna kasian sama lu bukannya hibur kek malah ngejek!."

"Ceb ceb ceb abang sayang udah nangisnya nanti kita meli es krim ya" ejek Reyna sambil menirukan suara anak kecil.

Impossible DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang