Terbayang kesalahanku pada Mika beberapa waktu yang lalu. Tidak seharusnya aku memperlakukan Mika seperti itu. Kian hari dia makin mirip Diana hingga aku tidak bisa mengendalikan diri. Bahkan aku menciumnya.
Mengacak rambut dan membenturkan kepala ke meja kerjaku tidak juga menghilangkan wajah Diana dari bayangan Mika, Halusinasi ini makin parah dan mulai mengganggu waktu tidurku.
Semakin hari jantungku kian tidak karuan melihat tingkahnya yang Menggemaskan. Dengan berat hati susah payah kujelaskan semua meskipun itu artinya mengorek luka lama. Bukan menjauhiku dia malah makin mendekat, aku mungkin membuatnya bingung, dia bingung dengan perasaannya, hubungan kami terlalu dekat. Bisa saja dia menyalah artikan perasaannya sebagaimana aku menyalahkan artikan degup jantung yang berdetak lebih keras. Aku hanya belum bisa menghapus diana dari sini. Dari dalam hati dan otakku.
Mulai sekarang aku harus mulai menjaga jarak agar aku tidak kembali lepas kendali. Entah kenapa jantungku selalu berdegup tak karuan saat dia bicara berusaha menatap mata. Dan tanpa dosa tersenyum menggoda.
Aku pulang terlalu malam dan pergi terlalu pagi semata agar tidak perlu menatap binar matanya itu. Aku harus mengubur perasaan sialan yang sulit kukendalikan. Sampai suatu malam. Aku pulang telat dan mendengar suara di kolam renang. Mika! Dia ... astaga!
Aku menghampirinya, meminta dia keluar dan segera ganti baju sialan itu! Baju renang yang mencetak jelas tubuhnya. Lagi pula dia bisa flu berenang di malam hari begini. Saat dia keluar aku benar-benar aku sulit mengedipkan mata. Mika mengenakan baju renang yang mengekspose tubuhnya itu. Entah kenapa aku ingin marah. Dia masih terlalu muda untuk memperlihatkan bagian tubuhnya itu pada pria. Walaupun statusku Papanya tetap saja aku seorang pria.
Bukannya menurut saat kuminta menyelesaikan aktivitas renangnya itu dia justru menantangku turun. Kami berkejaran di kolam renang. Pakaian lengkap yang kukenakan jelas menyulitkanku bergerak. Lelah mengimbangi kegesitannya, tapi entah aku merasa bahagia. Targetku cuma satu ... Menangkapnya dan menuruti semua perintahku selagi dia masih ada di rumah ini. Karena sekali saja perintahmu diabaikan di rumahmu sendiri, sama saja memberinya kesempatan untuk siapapun memberontak lebih jauh lagi.
***
Mika mengendap turun dari tangga. Wajahnya terlihat gugup saat kutanya hendak ke mana? Apa dia pikir aku masih tidur? Bagaimana aku bisa tidur setelah kejadian semalam? Bayangan wajahnya selalu menari di pelupuk mataku saat kumemejamkan mata. Bahkan aku mandi pagi-pagi sekali hanya untuk menenangkan pikiran otak juga ototku yang menegang karena ulah Mika semalam.Aku bertanya sambil mengunyah kue yang tinggal sedikit di piring. Aku tidak mau dia merasa aku peduli. Dia berhak ke mana pun, aku tidak harus melarangnya lagi, dia sudah tujuh belas tahun.
"Jangan pulang terlambat!" ucapku sambil mengunyah kue tanpa menoleh ke arahnya.
Aku menelan rasa penasaran sekaligus khawatir karena dia pergi terlalu pagi tanpa memberi tau kemana tujuannya. Nggak mungkin dia serajin ini hanya untuk pergi sekolah. Kuurungkan niatku untuk bertanya lebih jauh. Biarlah dia berpikir dia gadis yang bebas sekarang. Tidak akan ada larangan ataupun perintah dariku lagi, dia berhak mendapatkannya. Apapun yang dia inginkan. Selagi dia bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan kurasa itu bukan masalah.
Ditengah jam istirahat kerja restoran justru makin ramai. Kali ini aku tidak ikut turun ke dapur, semua kuserahkan pada Doni tangan kananku di dapur. Pikiranku tidak bisa tenang. Berkali-kali kulihat ponsel menunggu kabar darinya. Apakah dia ingin membalasku yang tidak pernah memberinya kabar? Atau dia mulai terbiasa tidak ada komunikasi antara kami lagi? Kucek berkali-kali, tapi nihil, Mika nggak ingin memberitahukan dia ada di mana sekarang? Aku mengusap wajahku gusar. Ternyata seperti ini rasanya menunggu kabar dari seseorang yang kamu anggap penting namun kini kamu yang dia abaikan. Serasa tangannya meremas hati ini pelan-pelan tapi menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Papa He's Mine!
RomanceMika seorang gadis yang diadopsi seorang pria setelah ibunya meninggal. Hidup dan bahagia bersama. Kemudian di ulang tahun nya yang ke 17 harus mendapatkan kejutan bahwa Papa yang mengasuh dan menyayanginya memiliki sebuah rahasia. Rahasia yang tida...