▪■■♡ Maaf, diam-diam aku mengagumimu♡■■▪
_______________________________________________________________________Maret 2015, Makassar diguyur hujan hampir setiap petang membuat marko sering tidak pulang ke rumah dan memilih menginap di kantor. Kalau tidak tidur di ruang istirahat pegawai dinas malam, ia tidur di sofa pos satpam yang ada di samping kantor.
Kalaupun ia pulang ke rumah, paling hanya bertengkar dengan Rara. Akhir-akhir ini ia lebih fokus bekerja dan kuliah daripada memikirkan jawaban bila Rara bertanya, 'kenapa telat pulang?'
Sudah seminggu ini, Marko sepi tanpa diganggu Putri.
'Kira-kira dia sibuk apa ya? Apa dia tidak butuh aku lagi? Mungkinkah dia sudah berusaha mengerjakan tugasnya sendiri?'
"Telpon ah..."
"Halo, Putri Kirana bolot," Marko berusaha menghibur.
"Hmm," Jawab Putri begitu mengangkat telepon.
"Jalan yuk!" Sebenarnya Marko sendiri tidak tahu mau ajak kemana.
"Kemana?" Tuh, kan. Pertanyaan basi.
"Seperti malam itu." Malam minggu yang lalu maksudnya.
"Kan, kamu dinas malam."
'Hah? Kamu? Biasanya juga kakak,' benak Marko.
"Aku bolos. Mau ya! Mumpung tidak hujan," bujuk Marko.
'Mau bilang kangen tapi ragu.'
"Iya deh. Kalau dipaksa."
"Idih, siapa yang maksa? Aku yang terpaksa. Daripada bete sendiri tidak tahu mau kemana."
"Ya sudah, aku mau lanjut tidur," jawab Putri.
"Eits... tunggu dulu! aku jemput sekarang. Tapi dimana?"
"Aku di belakangmu."
"Kok jadi berubah gini si? 'Kamu'?" Marko berbalik badan dan ia kaget melihat Putri sudah berdiri di belakang motornya.
Putri langsung naik motor Marko seakan siap dibonceng, padahal belum disuruh naik.
"Yaudah, jalan!" Titah Putri.
"Iya deh. Kita ke toko buku ya!" Marko start motor.
"Seraaah." Jawab Putri dengan malas.
"Pegangan Put. Ntar jatuh loh." Posisi duduknya sudah paling ujung. Bukannya Marko berminat dipeluk tapi badan Putri yang kerempeng itu takutnya diterpah angin. Marko juga yang repot.
Di toko buku.
"Pilih salah satu!" Marko merekomendasikan buku horror yang menurutnya bagus.
"Yang mana yang bagus?" Respon Putri.
"Ya sudah, aku pilih yang ini, ya!" Marko memilih kumpulan cerita mini horror yang menurutnya seram. Lebih tipis dari yang lain dan harganya tentu lebih murah. Ini juga upah hasil lembur tanpa sepengetahuan Rara.
Sebagai sahabat, Marko tahu kalau Putri suka horror. Dari koleksi film yang pernah mereka nonton bersama, Putri lebih semangat saat nonton horror. Seharusnya Marko ajak dia ke bioskop tapi sayang, butuh waktu dan modal. Belum lagi biaya rokoknya yang tidak diketahui Rara.
"Pulang yuk!" Marko pikir Putri tidak nyaman jalan dengannya, karena dari tadi ia diam saja.
"Kok pulang? Malas ah. Tadi maksa ditemani jalan." Akhirnya Putri bicara panjang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Hingga Luka
RomancePublish 24 Januari 2019. ________________________________________________________________ Semua tragedi adalah menakutkan "Kadang warna kehidupan berasal dari sebuah noda, karena tak selamanya pelangi datang tepat waktu untuk mewarnai perjalanan tak...