Open your heart

362 41 51
                                    

Oh iyaa..
Mau kasih tau, ini adalah part 2 terakhir huhu...

☁️☁️☁️

"Ayah, cepat cembuh. Ayo main lagi sama kakak Ala sama dedek Iyo. Kakak janji nanti engga minta gendong ayah lagi." Sejak Esa pingsan tak sadarkan diri dari 2 hari yang lalu, Alana lah yang paling terlihat sedih, meskipun Quiesha jauh lebih sedih. "Iyo, cium ayah baleng-baleng yuk? Manatau ayah bica bangun kayak putli tidul yang dicium pangelan di buku kak Ala." Tawar Ala.

Dengan senang hati Iyo Mengikuti sang kakak yang menciumi pipi sang Ayah yang masih terlelap karena pengaruh obat dari tubuhnya.

"Yah.. bo—bok?" Ucap Alterio yang dibalas anggukan oleh Alana. Gadis itu kelak benar-benar akan menjadi kakak yang melindungi adik-adiknya.

Sean dan Naya pun tersentuh melihatnya. Alana, gadis itu bahkan belum genap berusia 3 tahun tapi begitu mengerti situasi yang terjadi. Alana pandai menempatkan diri, dan Alana sangat bisa mengajarkan Alterio hal-hal baik untuk mereka.

Sean dan Naya pun mendekat ke arah mereka yang masih asik tiduran disamping Esa sambil memeluknya.

"Kak Ala.." panggil Sean.

Alana yang melihat mereka pun tersenyum senang."papa? Mama?"

"Udah jam 9 nak. Kita pulang dulu ya?"

Alana langsung menghela nafas. Wajah yang semangat tadi tiba-tiba menjadi lesu.

"Kakak boleh bobok disini gak pa sama bunda?"

"Pulang aja ya kak." Jawab Sean lagi, itu bukan tawaran yang dia ajukan. Tapi sebuah paksaan berkedok ajakan semata.

"Ma?" Karena tak berhasil mendapat izin dari sang ayah, Alana mencari celah melalui sang ibu.

Oh, Naya begitu lemah terhadap tatapan memelas Alana, karena setiap kali dirinya menunjukkan mata lucu itu, Naya tersentuh.

"Pa?" Naya tersenyum sekilas pada Alana kemudian mengalihkan tatapannya pada Sean. Pria beranak satu itu menghela nafas panjang. Jika dulu hanya Naya yang bisa meluluhkan hatinya, sekaranf putri kecil mereka ikut-ikutan.

Sayang sekali Sean tetap dengan keputusannya dan malah mendekat untuk mengambil Alterio yang sudah ikut terlelap disamping Esa.

"Ma..." Alana tak menyerah.

"Pulang ya kak?" Bujuk Naya lagi.

"Kenapa kakak halus pulang. Becok kakak sama dedek Iyo cekolahnya libul Ma.." Alana masih mencoba bertahan disana dengan segala argumennya yang masuk akal sekali.

Sean hanya diam. Tapi tatapan matanya menjelaskan bahwa Quiesha butuh waktu untuk berdua dengan Esa malam ini.

"Papa kangen sama kakak tuh katanya."

"Tapi kakak mau dicini mama, boleh ya ma. Pa boleh ya hiks hiks..."

Gadis mungil itu tiba-tiba saja menangis di sela-sela bujukannya. Karena melihat Sean malah memberikan Alterio pada sang ibu, Alana berlari mendekat ke arah Esa dan memeluk lelaki itu erat.

"Ga mau pa......" pekiknya saat Sean berhasil menggendongnya.

"Hei hei ssssttt Nak. Jangan nangis kenceng-kenceng gitu, kan besok papa anter lagi kesini.."

"Ala ga mau pulang pah!"

"Pulang Ala!" Tanpa sadar bentakan itu keluar dari mulutnya membuat Alana takut pada Sean. Perlahan tangisnya yang begitu kencang seolah langsung tertelan dalam diam.

"Mama.... mau di gendong sama mama aja..."

☁️☁️☁️

Pintu ruang Esa perlahan terbuka, menampilkan raut murung dari wajah Quiesha. Tangannya yang tak lepas mengusap perut yang mulai terlihat menyembul itu.

Baby,Good Night! (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang