•••
Pacaran tidak menjamin kebahagiaan. Tak ada yang bisa menebak akhirnya seperti apa. Entah bahagia atau mungkin sebaliknya.
•••
"ECAAA!!!! REYAAA!!!" teriakan anak yang paling dikagumi keseniannys pada salah satu sekolah di Jakarta.
"Kenapa sih lo berdua selalu buka binder gue tanpa izin?!" bentaknya kesal, tak terima dengan kebiasaan buruk dari kedua temannya itu.
"Tadi gue udah izin sama Revan," jawab Adreya sambil menunda tertawanya sebentar.
"Ini binder punya gue! Seharusnya lo izin ke gue! BUKAN KE REVAN!"
"Tapi semua puisi lo itu buat Revan kan?" ledek Alesha ditemani Adreya yang tertawa semakin ganas. Kini mereka berdua membuat hati Sabita semakin dengki.
"Dasar sinting!"
"Bodo amat! Dari pada lo! Apa Ca?"
"BUCIN!" Teriakan Adreya dan Alesha yang begitu menohok.
Setelah beberapa detik tertawa begitu keras, akhirnya Alesha sudah mulai mereda karena melihat wajah Sabita yang terlalu dirundung kekesalan. Tetapi Adreya, masih melanjutkannya meski tak mengeluarkan suara karena menahan geli yang refleks ia rasakan.
"Adreya, lo disuruh ke ruang kepsek sama Bu Rena,"
Celetukan itu spontan membuat Adreya terdiam kaku dan menatap pintu dimana ada salah satu siswa yang habis memberi kabar. Tak sadar Adreya sedang di tertawakan sekelas dengan teriakan-teriakan nyeleneh nya.
"Rasain lo! Biar di kick aja lo dari sekolah!" saut Sabita kesal.
Tetapi wajah kaku nya hanya sebentar. Tiba-tiba saja Adreya tertawa lagi dengan teriakan yang ia ambil sepenuh nafasnya. "Orang gue disuruh ambil formulir," balas Adreya tidak mau kalah.
Mereka yang tadinya memaki dirinya langsung terdiam kaku. Cepat-cepat Adreya berdiri dari bangku dan berjalan meninggalkan kelas.
Adreya berjalan dengan layak di hadapan adik-adik kelasnya. Sebab, Adreya sekarang sudah menduduki kelas akhir di SMA. Adreya bukan termasuk kakak kelas yang GILA HORMAT. Ia hanya akan marah apabila memang kehidupannya sudah benar-benar diusik.
"Permisi, bu Rena," sapa Adreya dengan santun membuka pintu ruang kepala sekolah.
"Masuk,"
Adreya duduk sambil membetulkan rok-nya agar tidak terlalu terbuka. "Soal formulir ya bu?"
"Iya, ini semuanya sudah ada di dalam. Semua daftar administrasi nya juga sudah ada di dalamnya ya,"
Bu Rena memberikan map besar dimana cover dari map tersebut dihiasi oleh foto sekolah dan beberapa piala yang di pegang oleh siswa-siswi berseragam eskul-nya.
"Terimakasih Bu Rena. Maaf mamah saya merepotkan," Kata Adreya begitu manis.
"Sama-sama Adreya,"
"Saya perimisi, bu," pamitnya sambil berdiri dan berjalan keluar.
Adreya masuk kedalam kelas. Entah kemana Sabita dan Alesha sehingga Adreya sontak saja duduk disamping Ferza yang sudah memanggilnya.
Ferza merupakan ketua kelas yang sangat amat nakal. Entah apa yang membuat ia selalu terpilih menjadi ketua kelas di setiap tahun nya. Padahal, Ferza adalah golongan anak-anak yang suka keluar kelas pada saat jam kosong dan lebih-lebih lagi sangat menyukai kegiatan bolos bersama teman sekelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Ex-lover
Teen FictionTerlalu banyak hal yang tidak pernah dimengerti oleh orang lain. Mengapa menganggap orang yang pernah kau cintai dan pernah membahagiakanmu sebagai bajingan? Sampah? Atau mungkin gambaran kotor yang lainnya? Itu terjadi apa karena dia telah menyakit...