.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Angel sudah membicarakan ini dengan Jean sebelumnya. Dan mereka berdua—sesungguhnya, setuju pada keputusan Arthur untuk menggugurkan bayi itu. Situasi mereka belum pas menerima kehadiran nyawa lain di sekeliling Arthur yang mungkin akan dimanfaatkan untuk mengendalikan pria itu. Angel tahu sebesar apa tekanan yang diterima cartel mereka saat ini, dan kelahiran seorang bayi hasil darah Arthur jelas bukan berita bahagia. Kabar akan menyebar secepat tetesan nila merusak susu, sebesar apapun Arthur mengerahkan kekuatan untuk menutupi keadaan. Cartel-cartel lawan akan mendengar... Arthur punya keturunan baru.
Tidak. Tidak. Jelas bukan jenis berita bagus untuk disebar.
Tapi di sisi lain, Angel sama sekali tidak setuju dengan cara adiknya merespon situasi di depan Jungkook.
Anak itu masih terlalu muda. Yang dipikirnya hanya mencari cara bagaimana mengikat Arthur tetap bersamanya. Padahal Arthur sudah ditali sejak lama. Semenjak Angelina pertama melihat Jungkook, wanita itu tahu dia bukan sekedar pengganti Lana. Jungkook mungkin, perpaduan antara Max dan Lana. Remaja yang datang mencari perlindungan dan kasih sayang-anak sekaligus kekasih, dua hal yang direbut paksa dari Arthur dua tahun lalu.
"Kau yakin ingin melakukan ini, Arthur?" Angel menghampiri adiknya lagi, ruang operasi siap digunakan. Yang tidak diyakininya sudah siap untuk menjalani operasi ini justru hati Arthur dan Jungkook.
Arthur hanya menatapnya seakan pertanyaannya terlalu konyol untuk diutarakan.
Tidak ada jalan lain. "Ya."
"Mana birdie?"
"Dia minta delapan menit untuk berdoa."
"Kau meninggalkannya sendirian?" Angel menatapnya tidak percaya.
Arthur menatap balas saudaranya tanpa mengatakan apa-apa. Sepersekian detik kemudian, kejanggalan yang menderanya sejak tadi seakan menamparnya telak di pipi. Pria itu membanting langkah mendobrak pintu kamar. Tidak ditemukannya Jungkook di manapun. Padahal seharusnya, anak itu berlutut di sisi ranjang jika ia benar-benar sedang berdoa.
Jantungnya berpacu, seakan dilecut cambuk.
Suara air di kamar mandi terdengar hingga keluar. Tetapi tidak ada suara lain, tidak ada tanda-tanda seseorang beraktivitas di dalam sana.
"Fuck, Arthur!"
Angel berseru dari belakangnya, lebih dari cukup untuk membuatnya panik. Arthur menghantam pintu kamar mandi itu, terkunci hingga mengharuskannya mendobrak paksa menggunakan kekuatan lebih dari semestinya. Pintu terbuka, mungkin hampir terlepas dari engselnya. Arthur mana peduli, seluruh Detroit boleh diratakan jadi tanah tapi ini-
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade
Fanfiction; a deep, nostalgic, and melancholic longing for someone, or something, often accompanied with a denied fact that what one longs for will never come back.