💖27. saling diam 💖

1.6K 172 11
                                    


Saga menghindari Reres karna masalah Nay terjatuh. Saga Dan Reres berbeda pendapat mengenai Siska yang harus dipecat. Reres masih kekeh untuk tidak memecat Siska sedangkan dia sudah sangat kesal dengan Siska karna anaknya jadi korban hingga kepalanya dijahit. Saga benar-benar ingin Siska dapatkan ganjaran dari perkataannya yang meledek Reres dan keteledorannya hingga Nay terjatuh.

Pagi-pagi sekali Saga bangun dengan diam. Tidak banyak bicara seperti biasa, biasanya ia mengecup wajah sang istri mengajaknya ikut bangun bersama. Reres yang tadinya masih tidur mendengar suara air pun lantas bangun. Dia bangun Dari tidurnya lantas mengikat cepol rambutnya. Beberapa saat kemudian Saga ke luar dari kamar mandi.

"Kamu udah bangun duluan kok enggak bangunin aku Bee?" tanya Reres.

"Kamu masih tidur." Saga menjawab singkat, terlihat masih kesal.

"Tapi, biasanya kamu bangunin aku."

"Lupa." Jawaban dingin Saga lalu segera ke luar dari kamar. Dia sedang enggan menggubris istrinya kali ini.

"Kamu kok buru-buru banget. Ini aku baru mau mandi, Ga." Melihat Saga yang dengan cepat ke luar pun Reres segera mengikuti suaminya.

"Mandi aja. Aku mau berangkat."

"Kok pagi-pagi banget kenapa?" tanya Reres yang masih berusaha sabar. Walaupun, jawaban Saga benar-benar dingin kepadanya.

"Iya ada urusan,udah kalau mau mandi. Mandi aja."

"Bee, Kamu pasti masih marah gara-gara aku enggak bolehin kamu pecat Siska 'kan?" tanya Reres sambil mengikuti Saga yang berjalan buru-buru.

"Udahlah nanti anak-anak lihat. Kamu kalau mau mandi-mandi aja. Aku mau berangkat." Reres menarik tangan Saga. Dia tidak suka dengan keadaan seperti ini. Sudah membalikkan badan namun Saga tetap saja bersikap dingin kepadanya.

"Kamu kenapa sih. Kenapa jadi kayak anak kecil kayak gini. Ayo ikut aku," ucap Reres. Reres membawa Saga ke tempat tidur. Dia tidak mau perdebatan ini selesai dengan kepala dingin.

Reres terdiam sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Kamu marah cuma gara-gara enggak aku bolehin mecat, Siska aja? Kamu kenapa sih. Kan udah aku jelasin enggak sepenuhnya salah Siska."

"Tapi, ucapan dia bikin anak kita jadi jatuh." Saga masih kekeh dengan pemikirannya.

"Iya aku tahu. Tapi, ini juga karna salah Nay yang gak hati-hati." Sementara Reres masih merasa Nay juga salah salah hal ini.

"Kamu kenapa malah marahnya sama anak kita. Kamu udah enggak sayang sama anak kita terus bela Siska?!" tanya Saga dengan sedikit meninggi. Reres yang mendengar itu tidak menyangka dengan Saga.

"Emang ada Ibu yang enggak sayang sama anaknya? Kamu enggak usah aneh-aneh deh, Ga." Reres juga jadi ikut kesal padahal ingin bersikap baik-baik saja.

"Ya terus kenapa malah nyalahin anak kita! Jelas ini semua salah Siska."

"Aku cuma mencoba bersikap adil. Kamu pikir aku juga enggak khawatir sama anak kita? Tapi, aku enggak mau mencampur adukan antara masalah pribadi sama kerjaan kamu. Justru aku mikirin kamu biar kamu itu enggak capek nanti kalau mecat Siska terus susah cari sekretaris baru, Ga," ucap Reres lagi dengan kesal.

Tapi, Saga malah memutar bola matanya itu membuat Reres semakin kesal dengan laki-laki itu.

"Udahlah! Kalau emang menurut kamu kayak gitu terserah. Kamu kayak anak kecil tahu enggak!" Reres akhirnya memilih untuk mengabaikan suaminya karna kesal.

Reres lantas berbalik meninggalkan suaminya sendiri. Saga yang masih memilih egonya pun membiarkan Reres pergi lalu dia segera berangkat kerja tanpa pamit kepada Reres ataupun anaknya.

Reres yang mendengar langkah kaki Saga menjauh dan ke luar pun membiarkan suaminya itu. Sudah berusaha untuk adil tapi tetap saja suami itu kekeh dengan pilihannya.

***

Sejak kemarin mereka saling perang dingin. Reres juga tidak banyak bicara karna sudah terlalu malas meladeni laki-laki itu. Sedangkan, Saga juga masih kekeh dengan egonya. Mereka kini sedang sarapan bersama hanya diam biasanya masih ada gurauan tapi kali ini berbeda.

"Mami sama Yayah diem terus? Kenapa kalian diam-diam saja sejak kemarin? Kemarin juga Yayah berangkat kerja enggak sarapan?" tanya Nay yang melihat keanehan antara orang tuanya.

Reres tidak melihat ke arah Saga. Saga melihat sekilas. Reres tetap diam lalu Saga pun mengatakan tidak apa-apa.

"Enggak ada apa-apa kok, nak. Udah yuk kita makan. Kalau makan kan gaboleh ada suara," jawab Saga.

Di sisi lain Reres tetap diam membiarkan Saga yang menjawab pertanyaan Putri sulungnya. Nay pun walaupun masih ada yang mengganjal pikirannya, tapi tetap diam Dan melanjutkan santap paginya.

Setelah selesai makan. Reres membereskan semua piring Dan memilih mencuci piring. Biasanya akan dikerjakan oleh Mbak Ani, tapi karna dia hendak menghindari Saga akhirnya Reres memilih mencuci piring.

Saga pun masuk ke dalam kamar anaknya. Meminumkan obat yang masih ada Dari dokter. "Sayang minum obat dulu ya."

"Iya, Yayah. Mami ke mana? Biasanya Mami yang siapin."

"Emm, Mami masih cuci piring di bawah. Jadi, sama Yayah aja ya," ucap Saga. Nay pun menuruti ucapan Ayahnya.

Setelah selesai minum obat. Nay langsung beranjak ke tempat tidur. Obat itu memang mengandung obat tidurnya jadi Nay akan mengantuk pasti untuk beberapa saat. Saga tidur di samping Nay. Dia mengelus kepala putrinya.

Nay mengantuk menerima sapuan di dahinya. Lama-lama kelamaan dia merasa matanya semakin berat karna tangan Ayahnya. Dia pun, semakin lama semakin tertidur. Saga melihat ke arah Nay yang sudah terlelap.

Melihat kening Nay dia benar-benar merasa bersalah. Dia gagal menjaga anaknya. Yang dia sesali adalah kenapa harus sekretarisnya yang menyebabkan anaknya terluka.

"Maafin, Yayah ya sayang. Yayah enggak bisa jaga Nay," ucap Saga merasa bersalah.

Di sisi lain, Reres melihat Saga yang tertidur bersama anaknya. Dia mendengar juga apa yang diucapkan oleh Saga. Setelah mencuci piring dia memang ingin meminumkan obat untuk anaknya, tapi sepertinya suaminya sudah meminumkannya melihat di meja sudah ada gelas air minum.

Sebenarnya, Reres juga merasa menyesal karna ini sebab dirinya tidak menjaga tubuhnya sehingga bisa melar. Kalau saja dia bisa menjaga badannya pasti Siska tidak akan mengejeknya di depan anaknya membuat anaknya menjadi celaka. Tapi, juga tidak adil jika Siska harus dipecat karna hal ini.

Reres melihat Saga bangkit. Dia lantas kembali lagi ke bawah. Di bawah dia melihat suaminya sudah siap berangkat kerja. Lagi-lagi Reres mengatakan untuk tidak memecat Siska.

"Saga kamu enggak perlu pecat, Siska kasihan enggak adil bagi dia kalau karna ini dia dipecat, Ga," ucap Reres memberikan pengertian lagi. Tapi, Saga tidak menggubrisnya dia pun lantas langsung saja berangkat tanpa peduli dengan istrinya.

Reres ingin mengejar suaminya untuk melanjutkan ucapannya. Tapi, tiba-tiba teleponnya berbunyi Dan akhirnya dia memilih mengangkat telepon dibandingkan harus adu mulut lagi dengan Saga.

"Halo, selamat lagi, Bu?" tanya Reres saat mendapat telepon Dari butik.

"...."

"Oh baik, nanti saya ambil ke sana ya."

"...."

"Oke terimakasih, selamat pagi." Reres menutup teleponnya ternyata baju yang ia pesan di butik sudah jadi tinggal dia mengambilnya ke sana.

Cinta 100 Kg Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang