⭐ SPICY FOOD ⭐

642 50 2
                                    

"HAI GAIIIIIIIIS!!!" Teriakan kembali menggema di ruang kerja Bintang. Oh tidak, dua pengacau yang lain datang lagi, Fara dan Wanda. Bintang menepuk keningnya sambil menghela nafas panjang. Kali ini dia yakin pekerjaannya tidak akan selesai sesuai ekspektasi.

"Kalian tahu dari mana aku di sini?" tanya Bintang sambil bersidekap tangan dan mendongak menatap kedua sahabatnya itu, seolah tidak suka dengan kedatangan mereka. Bintang bukannya tidak suka ada mereka bertiga, tapi kedatangan mereka di saat Bintang bekerja justru membuatnya semakin runyam. Mereka semua pengacau nomer satu di dunia.

"Tadi kita ke rumah kamu, Bin. Kata Tante Maryam kamu masih lembur di butik dan katanya ada Rere juga. Ya udah kita ke sini sambil bawain kalian makanan," sahut Wanda sambil meletakkan bungkusan di meja kecil dekat mesin jahit yang Bintang gunakan.

"Re, kenapa lo nggak bilang sih kalau mau ke sini? Tau gitu kan bisa bareng. Ah, lo jahat, Re. Eh iya, Bin. Gue bawa makanan kesukaan lo. Seblak, nggak pedes kok cabainya cuma sepuluh, gue lho yang masak sendiri," ujar Fara sambil mengeluarkan styrofoam dari plastik yang dibawanya. Gadis bertubuh jangkung itu menatap Rere tajam seolah berkata, "lo nyebelin, Re." Sementara Rere hanya tersenyum kecil. Ia masih agak kesal karena Bintang membentaknya.

Ya. Fara adalah saingan Rere untuk masalah 'banyak bicara'. Keduanya doyan sekali nyerocos tanpa batas.

Bintang mengerutkan keningnya. Sejak kapan dia suka seblak? Bukankah itu adalah makanan kesukaan Fara sendiri. Bintang tidak suka makanan pedas, sedangkan Fara penggila makanan pedas. Apa Fara sedang bercanda dengan membawakan seblak untuk Bintang. Oh ayolah, Bintang tidak ingin masuk rumah sakit lagi karena seblak buatan Fara.

Oke, fine. Fara memang pandai memasak, dia lulusan James Cook University di Townsville, Australia. Saat ini gadis itu membuka restoran sendiri di daerah Jakarta Pusat. Sama dengan kedua sahabatnya-Bintang dan Rere, Fara juga seorang wirausahawati muda.

"Sekarang lo makan deh! Pasti lo laper kan? Muka lo pucat begitu. Kasihan banget deh jomblo kaya lo nggak ada yang perhatikan ya? Deuuuh, sama. Hahahaha!" Fara tertawa sambil memegangi perutnya. Satu hal yang unik dari gadis berparas ayu itu. penampilannya memang anggun dan cantik, tapi sikap slengekannya sering kali membuat ketiga sahabatnya harus beristighfar sambil mengelus dada.

"Lo lupa? Bentar lagi Bintang kawin. Tinggal kita berdua yang jomblo, Far," celetuk Rere masih dengan nada kesal.

"Iiiih kita? Lo aja sih gue ogah," sahut Fara. Ditanggapi gelengan kepala oleh Bintang dan Wanda.

"Seblaknya buat aku aja sini! Harus berapa kali kita ingatin kamu kalau Bintang nggak suka pedas, Far? Bintang, kamu makan martabak telur yang kubawa aja deh. Nih!" Wanda menarik styrofoam dari hadapan Bintang dan menggantinya dengan sekotak martabak telur kesukaan Bintang. Wanda memang selalu perhatian.

"Tapi itu kan nggak pedas, guys!" elak Fara sambil mengeluarkan styrofoam yang lain dari plastik, kali ini dia memberikan satu untuk Rere dan satu lagi untukunya. Sebenarnya dia membawa empat porsi seblak. Tapi karena Bintang tidak suka pedas, yang satu porsi lagi dimasukkan ke plastik lagi. Mungkin nanti Bintang berubah pikiran atau dua sahabatnya yang lain masih lapar.

Malam ini mereka berjanji akan menemani Bintang lembur. Restoran milik Fara sudah ada yang meng-handle, yaitu kakak perempuannya. Sementara Wanda sedang tidak ada jadwal praktik. Wanda adalah seorang bidan.

"Nggak pedas buat kamu itu versi mematikan buat Bintang," gerutu Wanda sambil membuka styrofoam miliknya.

Wanda sudah tidak melajang lagi, dia mempunyai tunangan yang sedang menempuh pendidikan S3 di Jepang. So, hakikatnya sama saja, saat ini Wanda juga sedang melajang karena menjalani hubungan jarak jauh dengan tunangannya.

"Pssssttt, guys!" bisik Fara disela-sela makan sore dadakan mereka. Ya, sekarang memang masih pukul lima sore. Rere dan Wanda sedikit mencondongkan tubuh mereka ke arah Fara, tapi Bintang justru bersikap acuh. Gadis itu tidak bisa berpaling dari martabak telur kesukaannya.

"Kata orang-orang, kalau perempuan nggak suka pedas itu nggak pandai main di ranjang," bisik Fara lebih pelan. Sontak membuat Bintang batuk-batuk dan hampir menyemburkan kunyahan martabak kalau saja dia tak segera menutup mulutnya dengan telapak tangan sambil meraih botol air mineral yang sengaja dia siapkan di dekat mesib jahit. Sementara itu Rere dan Wanda tak bisa berhenti tertawa. Menurut mereka berdua ini adalah informasi yang sangat konyol.

"Gila lo, Far. Informasi ngaco dari mana tuh?" tanya Rere sambil mengusap air matanya yang mengalir karena terlalu keras tertawa. Oh ayolah! Fara memang gemar bergurau, tapi kali ini sangat lucu. Apa hubungannya kegemaran makan pedas dengan keahlian seseorang di atas ranjang.

"Fara kamu kira-kira dong kalau bercanda. Lihat tuh Bintang hampir tersedak!" Wanda mencoba menahan tawa sambil memegangi perutnya. Kemudian Wanda menyodorkan tisu pada Bintang.

"Gue nggak bercanda. Ini serius, kata tukang jamu keliling di komplek perumahan gue sih gitu. eh Bin, lo harus belajar doyan makan pedas mulai sekarang. Biar nanti lo bisa muasin suami lo. Bentar lagi lo nikah kan?" Fara memang tidak pernah disendor kalau berbicara, gadis itu memang barbar.

"Sok tahu lo, Far. Kaya lo pernah begituan aja," cibir Rere.

"Yeee... kalian pada nggak percaya sih sama gue. Banyak yang udah bilang sama gue, itu si Doni sepupu gue bininya doyan pedas. Wuiiih guys, jago banget katanya." Fara bercerita sambil berekspresi aneh. "Tapi sepupu gue yang satu lagi Hendra istrinya nggak doyan bepas, eh katanya nggak musain." Fara melanjutkan ceritanya sambil menyuapkan seblak ke mulutnya, membuat suaranya tidak jelas.

"Wah, lo kalau lagi sama sepupu lo suka ngomongin begituan ya, Far. Parah lo!" cibir Rere lagi, Rere dan Fara memang sering kali tidak sependapat bahkan mudah bertengkar. Tapi justru itulah bukti kasih sayang mereka.

"Aduh kalian apaan sih?" Bintang mengacak-acak rambutnya yang digulung ke atas. Gadis itu terlihat sangat frustasi dengan kehadiran ketiga sahabatnya. Bintang selalu tidak suka diganggu jika sedang bekerja. Kalau begini caranya gaun itu tidak akan cepat.

Bintang menaruh kotak martabak telurnya di meja kecil dekat mesin jahit. "Kalau mau temenin aku kerja, diam dan habiskan makanan kalian. Awas kalau kalian ganggu aku. Tinggal seuprit lagi ini," ancam Bintang sambil menunjuk wajah sahabatnya satu persatu, mereka pun mengangguk patuh. Bintang pun melanjutkan pekerjaannya.

"Tapi setelah ini lo harus ikut kita, Bin!" Fara angkat bicara setelah berhasil menelan suapan seblak terakhirnya.

"Kemana?" Bintang mendongak setelah dia berhasil menyelesaikan gaun itu. Alhamdulillah akhirnya, batin Bintang lega. Tapi setelah ini ia masih harus mencuci bekas percikan darahnya di bagian unjung lengan gaun itu.

"Cari jodoh!" jawab Fara asal sambil membuka styrofoam berisi seblak yang masih utuh di dalam plastik lalu menyantapnya, gadis itu masih lapar rupanya. Kadang Bintang dan kedua sahabatnya yang lain iri dengan Fara, gadis itu doyan makan tapi badannya tetap saja bagus.

Song: The Vamps-Rest Your Love

Gunungkidul, 27 April 2019

FALLING STAR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang