kebiasaanku yang selalu nulis melebihi batas maksimal-_-
Oke langsung ajalah, ini lanjutan part sebelumnya.
Kasih kritik saran ya, kayanya masih berantakan😂 kumalas baca lagi.
Happy reading^^
***
Aku mau mencoba, mengambil kembali apa yang pernah aku miliki. Mungkin itu terkesan egois, tapi aku bahkan sudah tidak kenal mana yang salah dan mana yang benar, semua terasa sama saja tuh... di mataku tentunya.
Bukankah berkali-kali sudah kubilang? Bahwa cinta itu buta dan tuli. Ketika banyak orang tidak lagi mau melihat kebenaran dan tidak juga mau mendengarkan suatu kebaikan untuk dirinya.
Akupun juga begitu.
Dan semua pola pikir itulah yang akhirnya menuntunku untuk bisa sampai di sini, berdiri tepat di depan pintu kayu yang cukup besar, yang belum berani kuketuk hingga sekarang.
Tiba-tiba rasa takut akan ditolak menyelimutiku, menimbulkan keraguan, dan mengikis keberanian yang sudah kubangun sedari kemarin.
Aku menarik nafas dalam, menatap dengan mantap pintu kayu di depanku, kemudian dengan perlahan mulai menggerakkan tangan kanan untuk mengetuknya.
Tok
Tok
Tok
Tak lama pintu kayu itu terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya yang tersenyum dengan manisnya.
"Eh, Aira... sendirian aja? Ayo masuk," ucap bunda Lily yang kubalas dengan senyuman lantas mengangguk mengikuti langkah kecilnya.
Kulihat rumah Genta masih sama, tak ada perubahan yang signifikan, hanya ada beberapa tambahan pigura di dinding yang berisikan foto bunda Lily dan keluarganya.
Bunda menuntunku ke sebuah ruang keluarga yang sudah kuhafal luar kepala. Dulu aku sering berkunjung kesini, seperti kunjungan rutin seminggu sekali. Setelah satu tahun terlewati, ini kali pertama lagi diriku menginjakkan kaki di rumah ini. Dan hatiku sesak, akan rasa rindu.
"Bunda tinggal ke dapur sebentar ya, Ra, mau lihat-lihat oven, kamu gapapa kan bunda tinggal dulu?" ucap bunda Lily ketika aku sudah duduk di ruang tamu.
"Bunda lagi masak? Aku ganggu ya, Bun?"
"Engga kok, cuma lagi iseng-iseng nyoba bikin kue bolu, Ra," jawab bunda Lily dengan senyumnya yang sungguh menenangkan. "Dan kamu gak ganggu, bunda malah seneng kamu bisa main ke sini lagi."
Aku terkekeh pelan, merasa senang karena bunda Lily masih sama seperti dulu, baik dan perhatian.
"Ara boleh ikut bantu?" tanyaku dengan antusias, dan dibalas anggukan yang tak kalah antusias dari bundanya Genta.
Dengan langkah riang, kami pergi menuju ke dapur.
Aku seperti lupa menanyakan kabarnya Genta, apa dia ada dirumah? Sedang apa? Kenapa tidak kelihatan sedari tadi? Tapi, mau bertanya itupun, malu.
Aku terlarut pada aktivitasku saat ini, membantu bunda untuk menghias kue bolu yang sudah dikeluarkannya dari dalam oven.
Walaupun aku tidak bisa masak ataupun bikin kue, setidaknya aku punya sedikit jiwa seni yang menurun dari ayahku, sehingga ketika bunda Lily menyuruhku untuk menghias kue seperti ini, aku masih mampu.
Ya... Setidaknya tidak buat malu, di depan 'mantan' calon mamah mertua. Hah... Mendadak aku merasa bangga pada diri sendiri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
RomancePernah tertatih melupakan seseorang? Pernah terjerembab dalam kubangan penyesalan dan tak bisa keluar? Percayalah, itu hidup yang harus dilalui Ara setiap harinya. Seseorang pernah berkata, bahwa setiap manusia itu diberi dua pilihan. Ingin bertaha...