MEREKA berdua sudah di kantin, namun Kay tak kunjung memesan makanan untuk makan siangnya. Tamara sendiri sudah menaruh semangkuk mie tek-tek rebus di meja yang mereka duduki.
Sudah dibujuk pun, Kay tetap tak mau memesan makanan. Kalau begini caranya, bisa-bisa maag Kay kambuh.
"Please lah, pesen apa kek sana! Nanti lo sakit gue yang ribet." Pinta Tamara sambil meniupi makanannya.
Kay menggeleng. "Gue masih mikirin yang tadi."
Ya sudahlah, mau dibujuk seperti apa juga, kalau Kay tak mau ya tak akan ia kerjakan. Setelah mie tek-tek rebus itu tak terlalu panas, Tamara menyantap makanannya dengan lahap.
Tiba-tiba rambut Kay terasa dijambak dari belakang. Ia meringis kesakitan dan berusaha melihat siapa yang melakukan itu. Tamara dengan refleks menyingkirkan tangan yang menjambak rambut temannya. Namun sia-sia, tenaganya masih kalah.
Orang yang menjambak rambut Kay memutar tubuh Kay kearahnya. Adalah Ghia yang melakukan hal tersebut. Kay tak menyangkanya. Kay merintih dan memohon untuk melepaskannya, namun Ghia semakin mencengkram rambut Kay.
Ghia memulai omongannya. "Lo jadi cewek jangan murahan ya!"
"Hah? Murahan?" Kay kebingungan.
"Jalan sama cowok orang seenaknya. Itu, kan, yang namanya murahan?!" Jelas Alessia dari belakang Ghia.
Baru lah Kay menyadari kesalahannya. Menerima ajakan Alan untuk hang out adalah kesalahannya. Ya, ketakutannya sedari kemarin akhirnya menjadi kenyataan. Sekarang Kay harus apa? Menerima konsekuensi dari perbuatannya dan tak ada lagi kesempatan untuk bersama dengan Alan?
"Ghi, lo gila ya? Lepasin itu tangan lo!" Teriak Tamara panik.
Meja kantin yang mereka duduki ini berada di ujung. Tak banyak yang melintasi daerah ini. Maka dari itu, tak banyak yang menjadi saksi kemalangan Kay ini. Beberapa siswi yang duduk tak jauh dari meja itu, hanya menontoni dengan ekspresi ketakutan.
Dari samping Ghia, Donna mendorong jidat Kay dengan jari telunjuknya dengan kasar. "Dasar pelakor!"
"Awas ya, sampai gue denger berita lo deket-deket sama cowok gue lagi!"
Alessia menggerakkan tangannya ke lehernya dari kiri ke kanan seakan akan membunuh Kay. Cengkraman Ghia semakin lama semakin menyakitkan. Kay hanya pasrah dan tak dapat melawan.
"Lo tuh nggak lebih dari jalang yang kegatelan sama cowok orang! Mulai sekarang, jauhin cowok gue! Ngerti nggak?!" Ghia membentak.
Kay mengangguk lemas. Wajahnya sudah pucat dan keringat bercucuran dimana-mana. Ia ingin sekali menangis, namun jika ia melakukan hal tersebut sekarang, ia akan semakin dicaci maki oleh geng primadona itu.
Dirasanya sudah selesai, Ghia melepaskan jambakannya dengan kasar. Rambut panjang Kay sudah sangat acak-acakan. Ghia mendorong tubuh Kay dengan kasar ke arah meja. Ketiga cewek itu pergi begitu saja seakan tak ada apa-apa.
Seperginya ketiga cewek itu, Kay menangis sejadi-jadinya. Beberapa menit ia hanya berdiri dan menangis. Begitu tangisan itu reda, dengan tangkas Tamara membantu Kay merapihkan rambut dan seragamnya. Ia berusaha menenangkan temannya itu dengan memberikan minumannya untuk Kay minum.
"Ke kelas aja yuk, Kay."
Keduanya berjalan menuju kelas XI-B. Baru sampai di depan kelas XI-A, Alan yang duduk-duduk didepan kelasnya langsung memperhatikan Kay dengan tatapan kebingungan.
Ketika Kay sudah mau masuk ke kelas XI-B, Alan langsung bangkit dari duduknya dan dengan cepat menghampiri Kay. Ia menanyakan banyak hal. Sepertinya cowok ini begitu khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
AntiSocial
JugendliteraturAku suka kamu, kamu suka dia, dia pacarmu, aku hanya tetanggamu. Kisah gadis yang baru saja pindah dari Bandung ke Jakarta dan memiliki tetangga yang akhirnya gadis itu sukai. Kayla tak pernah berani menyapa lelaki itu sejak ia menyadari bahwa ia me...