Gadis cantik bermata hijau itu mendengus bosan kala menunggu kakaknya yang lebih tua satu tahun darinya sedang bermain basket di lapangan sekolah. Jam pelajaran terakhir sudah selesai tiga puluh menit yang lalu. Itu berarti sudah waktunya pulang sekolah,beberapa murid yang lain sudah meninggalkan sekolah sejak tadi. Tapi tidak dengan haruno sakura yang harus menunggu kakaknya selesai bermain basket.
Sebenarnya sakura ingin pulang bersama teman-temannya, tapi apa daya, kakanya yang super overprotektif itu selalu tidak mengizinkan .
"Hei coba lihat, itu adik sasori kan?? " telinga sakura yang lebih peka dari manusia lainnya mendengar bisik-bisik segerombolan kakak tingkatnya yang berada di seberang lapangan.
"Rambut yang mencolok seperti itu sudah jelas adik sasori" timpal salah satu dari mereka.
"Cantik sekali" sakura merona mendengar pujian itu. Lekas ia menutupi wajahnya menahan malu.
Sepertinya bukan hanya sakura saja yang mendengar obrolan para siswa tingkat akhir tersebut, sasori pun yang berada di tengah lapangan juga mendengarnya dengan jelas.
Sasori juga mempunyai indra pendengaran dengan kepekaan yang sama.
Sasori tersenyum miring, di lemparnya dengan sengaja bola basket yang berada di tangannya tepat ke arah gerombolan kakak tingkat tersebut, membuat sekumpulan pemuda itu kaget setengah mati. Begitu juga dengan sakura yang kini mengelus dadanya terkejut.
"Apa-apaan kakak itu " gumam sakura sendiri.
Salah satu kakak tingkat yang bernama aoyama berdiri tak terima dengan kelakuan sasori. Dengan raut wajah yang terlihat jengkel aoyama menghampiri sasori yang malah memasang senyum mengejek.
Sakura berdoa dalam hati semoga kakaknya yang bodoh itu tidak membuat keributan lagi.
"Apa maksud mu melempar bola ke arah kami haruno ? " raung aoyama seraya melemparkan bola basket ke sasori, yang tentu saja di tangkap dengan mudah olehnya.
"Sepertinya tangan ku tergelincir tadi, maaf ".
Aoyama naik pitam. Melihat keangkuhan di wajah sasori yang seakan menghinanya.
Aoyama mengepalkan telapak tangannya membentuk tinju, siap mengayunkan kepalan tangannya ke arah wajah sasori yang memuakkan, tetapi sejengkal sebelum mengenai sasori, kepalan tangannya di tangkap dengan mudah oleh sasori.
Sasori tersenyum miring, di remasnya dengan kuat kepalan tangan lawannya hingga terdengar bunyi patahan tulang dengan jelas sampai membuat sang empunya berteriak nyaring kesakitan.
"Akkhh lepaskan.. Lepaskan brengsek" gema kesakitan aoyama memenuhi penjuru lapangan.
Beberapa teman aoyama dan teman sasori yang melihatnya bergidik ngeri. Tak menyangka bagaimana bisa sasori bisa meremukan tangan aoyama dengan begitu mudahnya.
"Hentikan ?? Setelah apa yang mulut kotor kalian itu katakan tentang adik ku ?? Jangan bermimpi !! " desis sasori kejam.
Aoyama meronta-ronta melepaskan sendiri tangannya yang berada dalam genggaman sasori, satu tangan aoyama yang bebas memukul-mukul tangan sasori yang menggenggamnya, tapi nihil tangan sasori terasa sekeras batu.
Tidak hanya sampai di situ saja semua orang yang berada di sana di buat takut dengan tingkah sasori, tapi sekarang mereka juga di buat menahan nafas karena melihat perubahan warna iris sasori yang tadinya berwarna hazel kini berubah menjadi kuning-keemasan.
Sakura yang sedari tadi berdiam diri memutar kedua matanya ke atas. Ia menghembuskan nafasnya perlahan. Dalam hati merutuki tingkah bodoh kakaknya yang selalu merepotkan.
Sakura lekas melesat menuju sasori, menyentakan dengan mudah tangan kakaknya yang membuat remuk tangan aoyama hingga telapak tangan aoyama terlihat mengenaskan. Sakura menjentikan jarinya, sekejap semua orang yang berada di lapangan tak sadarkan diri. Tentu saja minus sasori dan sakura.
"Bisa tidak jangan selalu membuat ku repot dengan tingkah mu nii-san?" sakura menatap sasori dengan malas seraya berkacak pinggang.
Sasori mengedikan bahunya tak merasa bersalah.. "Aku hanya memberi mereka pelajaran".
"Terserah kau saja" sakura muak, tidak ada gunanya berdebat dengan sasori.
"Ayo pulang, aku lapar" ajak sakura berjalan lebih dulu meninggalkan sasori.
"Aku akan mentraktirmu makan" ujar sasori menyusul sakura.
"Tentu saja itu harus" pongah sakura meraih tas ransel cokelatnya.
Sasori terkekeh, dengan gemas ia mengacak rambut merah muda adik tersayangnya.
Duo haruno itu berjalan pergi meninggalkan lapangan, membiarkan beberapa murid yang tak sadarkan diri akibat perbuatan sakura tadi. Sasori dan sakura tak perlu khawatir jika ada yang mengadukan peristiwa ini kepada pihak sekolah, karena saat para murid itu sadar nanti, mereka tak akan mengingat apapun.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You Love Me
Fanfiction"Hei uchiha, katakan bahwa kau jatuh cinta pada ku". Uchiha sasuke mendengus geli melihat tingkah teman sekelasnya yang sedang bergelantungan seperti monyet di dahan pohon yang selalu menjadi spot favorite sasuke di sekolah. "Aku tak mungkin jatuh...