Suara sirine mobil patrol terdengar lagi, ini sudah seminggu sejak mereka melakukannya. Mungkin makin banyak penjahat berkeliaran dikota, bahkan para orang tua melarang anaknya keluar dimalam hari. Untuk sebuah kota tempat ini terlalu sunyi. Hanya sedikit orang keluar saat malam, itu juga sampai toko lalu pulang.
"Maaf, tuan. Ada yang bisa saya bantu. Sudah hamper 10 menit anda berdiri disini?" tanya penjaga toko. Penjaga took itu wanita tua, mungkin 40 tahunan, kata orang dia janda, suaminya pergi dengan wanita lain dan dia harus menghidupi kedua anaknya. Kasihan sekali dia.
"Ah, ya. Aku mencari permen karet dan beberapa deterjen. Bisa tolong pilihkan untukku."
"Akan saya carikan" balas wanita tua itu lalu pergi mencari barang yang diminta tadi.
Pembeli tadi seorang pria paruh baya, usianya 44 tahun, tidak terlalu tinggi dan rambutnya mulai ditumbuhi uban. Walau begitu badannya yang atletis terlihat seperti dia sering ke gym. Namanya Fredy Saputra, tinggal sendiri dirumah yang agak jauh dari toko itu. Jalan ke rumahnya melewati banyak pepohonan dan itu mirip di film-film horror jika ditambah kabut dan kastil penuh kelelawar. Tapi itu hanya di film saja, dan faktanya rumah itu mirip seperti difilm home alone.
Sesampainya dirumah paman Fredy (panggilan akrabnya) memasukan mobil ke garasi dan berjalan menuju ruang bawah tanah, empat dia menyimpan barang-barangnya.
"tolong - tolong aku." "Apa ini, tubuhku tidak bisa bergerak?" "Hmp,, hmp,, hmp" "Disini gelap sekali, tempat apa ini?"
"Oh, kalian sudah bangun. Selamat malam semua."
Mata mereka tertuju pada suara - senyuman aneh - dihadapan mereka. "Siapa dia?" mungkin itu yang mereka pikirkan saat ini, tapi sebelum salah satu dari mereka bicara, paman Fredy kembali berkata, "Aku paman Fredy, semua orang memanggilku paman Fredy, tapi kalian boleh memanggilku paman Fred." Tidak ada balasan dari orang-orang itu paman Fred melanjutkan, "Jahat sekali tidak ada yang menanggapiku." Merasakan tatapan aneh dari paman Fred, salah satu dari mereka mulai bicara, "Ha - halo paman Fred. Kenapa kami ada disini dan apa ini?"
Orang yang bicara itu pria muda, rambutnya ikal dan agak gendut.
"Ah, itu akan kujawab besok. Jadi, karena mood-ku sedang bagus, kalian kubelikan makanan."
Balas paman Fred saat dia mulai mulai mengambil permen karet dari kantong belanjanya dan mulai menyuapi mereka satu-persatu.
"Kalian barang-barangku yang indah, istirahatlah malam mini dan kita lanjutkan permainannya besok. Jadi, good night."
Tempat itu kembali gelap saat paman Fred mulai berjalan keatas dan meninggalkan 'barang-barangnya' yang satu-persatu mulai berdoa.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Paman Fred
HorrorMenceritakan tentang pembunuh berdarah dingin yang membunuh korbannya dengan permainan dan menguji seberapa kuat para korban mampu bertahan. "Simpan kepalamu untuk besok, karna mungkin ini terakhir kalinya kau mampu berpikir..." Diary Paman Fred~