Hari minggu berlalu begitu saja. Setelah pengakuan Azura kemarin Dion masih belum menghubungi Azura lagi. Ia masih sibuk dengan pemikirannya tentang apa yang akan dilakukannya nanti.
Hingga senin pagi dimana semua murid sibuk menghapal isi buku seadanya untuk UAS yang akan dilaksanakan beberapa menit lagi, Dion menghilang entah kemana.
Tas sekolahnya bahkan tak terlihat di meja atau pun kursinya.
Azura menjadi cenas karenanya. Dion tidak pernah terlambat sebelumnya, lelaki itu malah sering berangkat lebih pagi jika kebetulan tidak sedang berangkat dengannya.
"Ra, Dion kemana?" tanya Bunga setelah menutup bukunya dan menyerah untuk belajar di detik-detik terakhir karena merasa percuma. Toh tidak ada yang masuk ke dalam otaknya.
"Telat kayanya," jawab Azura tak begitu yakin.
"Tumben telat," kata Bunga sebelum kembali ke bangkunya.
Hingga bel berbunyi akhirnya Dion datang. Bersamaan dengan pengawas ruangan yang muncul dari balik pintu kelas yang semula tertutup.
Pengawas yang sering disebut Miss. Jessie itu mengucapkan salam pagi sebelum duduk dengan anggun dan meminta ketua kelas untuk memimpin doa.
"Semua tas diletakkan kedepan!" kata si pengawas sebelum mulai membagikan lembar soal juga lembar jawaban yang dibantu Bunga dengan sukarela.
Saat Azura hendak mengoperkan lembar soal kepada orang yang duduk di belakangnya ia bersitatap dengan Dion.
Lelaki itu tersenyum seadanya sambil berujar pelan, "Semangat!" katanya. Azura belum sempat membalasnya karena Dion sudah lebih dulu mengalihkan pandangannya.
Azura hanya bisa menghela napas pelan.
Rasanya ada lautan luas yang memisahkan dirinya dengan Dion meski pada kenyataannya mereka duduk bersebelahan dan hanya terpaut jarak kurang dari satu meter.
Setelahnya hanya ada suara detak jarum jam yang menggema ke seluruh sudut ruangan serta bisik-bisik anak kelas yang saling menanyakan jawaban.
Dion keluar paling pertama. Setelah itu ia kembali menghilang sampai mata pelajaran berikutnya dimulai.
Hari itu Azura tak memiliki banyak kesempatan untuk bicara dengan Dion, lelaki itu seolah menghindarinya.
Bahkan saat jam istirahatpun ia tidak menampakan batang hidungnya. Mungkin bersembunyi di suatu tempat.
Tiga mata pelajaran yang diujiankan hari itu berakhir sebelum azan dzuhur berkumandang.
Lagi-lagi Dion menjadi orang pertama yang keluar.
Mungkin Azura masih harus memberinya waktu sebagaimana yang Dion minta malam itu.
"Ra, gue duluan ya!" kata Bunga sebelum pergi meninggalkan kelas bersama Nafwa.
Azura hanya mengangguk singkat lalu beranjak dari bangkunya dengan lesu.
Saat keluar kelas ia berpapasan dengan Langit yang juga baru keluar dari kelas sebelah. Mereka memang tidak satu ruangan waktu UAS tadi.
Langit tak banyak bicara, begitu pun dengan Azura. Mereka lebih terlihat seperti orang asing yang berjalan beriringan kemudian berpisah di ujung koridor.
Azura pulang ke apartemennya sendirian. Memilih untuk memesan ojek online daripada ikut bersama Langit yang hari itu membawa mobil milik kakaknya.
Senyum Dion pagi tadi masih terbayang di kepala Azura. Selama hampir tiga tahun ia mengenal Dion baru kali ini Azura melihatnya bersikap dingin.
Dion yang ia kenal adalah lelaki ramah yang senang mengumbar senyum. Bukan Dion sipemurung, bukan juga Dion yang bersikap tak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aozora [END]
Teen FictionApa yang akan kau lakukan jika tiba-tiba ada dua anak kecil yang mengaku sebagai anakmu di masa depan? Terkejut? Tentu saja kau akan terkejut. Begitu pun dengan Azura yang tak pernah menyangka genre dalam hidupnya akan bertambah. Terlebih laki-laki...