Bab. 10.

1K 27 0
                                    

Hari ini, Yonna tidak pulang bersama Reyhan maupun Ayuma. Reyhan masih di sekolah karena sedang ada pelajaran tambahan, sedangkan Ayuma masih sibuk di perpustakaan sekolahnya mencari buku bahan ujian besok.
Sehingga Yonna hari ini benar-benar harus pulang sendirian, hanya ada dedaunan yang tertiup angin, yang menemaninya melangkahkan kakinya melewati kerasnya jalanan.
Sambil bersenandung kecil, Yonna mencoba membuat suasana tidak sesepi kenyataannya.
Di tengah jalan, berhentilah mobil hitam tepat di depan Yonna. Rupanya mobil Itu sengaja berhenti untuk menghadang langkah Yonna. Yonna menyipitkan matanya merasa tidak mengenal pemilik mobil hitam itu.
Keluarlah tiga orang wanita paruh baya dari dalam mobil itu dengan wajah penuh amarah. Yonna tidak tahu apa yang membuat ketiga wanita itu seperti itu padanya.
"Lupa? " Tanya salah satu wanita itu mendekati Yonna.
"Anda semua siapa? " Tanya Yonna.
"Kamu kan yang bernama Yonna Aurelia? " Tebak salah satu lainnya.
"Iya, saya Yonna. Ada apa? " Tanya Yonna sesopan mungkin.
"Jangan sok polos kamu ya? Kamu tahu siapa kami? " Yonna menggeleng. "Kami adalah para korbanmu! " Lanjutnya.
"Korban? Maksud anda? " Tanya Yonna tidak mengerti.
"Jadi sudah lupa? Atau pura-pura lupa? Kamu yang sudah membuat rumahtangga kami hancur. Kamu menggoda suami-suami kami sampai kami harus kehilangan mereka di meja hijau." Ujar wanita itu sambil menunjuk Yonna.
"Aku tidak menggoda suami-suami anda. Mereka, "
"Mereka tidak akan menyelami jika kau tidak menggoda mereka. Sekarang rasakan ini! Ini adalah pembalasan dari kami karena perbuatan terkutuk yang sudah kau lakukan! " Ujar wanita itu mulai menyerah Yonna bersamaan.
Ketiga wanita itu menjambak dan menampar Yonna bergantian. Bahkan Yonna sampai terduduk di aspal. Tidak hanya itu, mereka juga menendang tubuh Yonna yang sudah berusaha meminta ampun agar mereka berhenti membabi buta. Tapi hasilnya mereka malah lebih brutal hingga Yonna mulai lemah dan tidak berdaya. Tubuhnya tidak kuat lagi untuk bertahan sehingga ia tergeletak di pinggir jalan. Ketiga wanita itu meninggalkan Yonna di sana sambil mengumpat dan tertawa puas melihat kondisi babak belur Yonna.
.......

"Mau kemana? Jam segini masa udah mau pulang aja? Ke cafe dulu yuk, Rey! " Salah satu teman satu kelas Reyhan membujuk Reyhan agar ikut berkumpul bersama teman-teman lainnya di sebuah cafe. Bukannya kenapa-kenapa, hanya saja akhir-akhir ini Reyhan sangat jarang berkumpul dengan teman-temannya. Tidak seperti dulu saat Reyhan belum mrngrnal Yonna dekat.
"Perasaan gue nggak enak, gue harus pulang dulu. Nanti gue nyusul. " Ucap Reyhan.
"Ya udah, Hati-hati di jalan. Jangan ngebut! " Ujar salah satu temannya yang dibalas acungan jempol oleh Reyhan.
Reyhan sendiri tidak tahu apa yang sedang mengganggu pikirannya. Mendadak ia merasa seperti tengah menghawatirkan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu.
Ia segera pulang ke rumah. Ia khawatir jika terjadi sesuatu pada ibunya yang sendirian di rumah. Ia khawatir ibunya mendapatkan masalah di rumah, meskipun sebelumnya tidak pernah terjadi. Hanya saja penjaga di rumahnya sedang mengajukan cuti jadi, Reyhan sedikit menghawatirkan keamanan ibunya yang hanya seorang diri di rumah.
Belum sampai setengah perjalanan, Reyhan harus menghentikan mobilnya mendadak. Ia melibatkan seorang perempuan berseragam yang sama dengan seragam sekolahnya tengah terbaring dengan posisi miring di tepi jalan.
Reyhan keluar dari mobilnya dan mendekati perempuan itu. Begitu tahu, siapa perempuan itu, kekhawatiran tidak beralasan Reyhan kini mendapatkan alasannya. Yonna lah yang ia temukan dengan keadaan kurang baik. Luka lebam dan lecet memenuhi kaki dan tangannya. Belum lagi wajah Yonna juga mengeluarkan sedikit darah.
"Yonna. Siapa yang melakukan ini? " Tanya Reyhan khawatir meskipun ia tahu Yonna tidak akan menjawab karena belum sadarkan diri. Reyhan akhirnya membawa Yonna ke dalam mobilnya, dan mengambil kotak obat yang selalu di sediakan oleh ibunya kusus di dalam mobil Reyhan.
Dengan sangat hati-hati Reyhan membersihkan luka Yonna dengan kapas yang sudah ia bunuhi dengan antiseptik.
Merasa ada yang menekan halus bagian kulitnya, Yonna tersadar dan membuka matanya. Ia menatap Reyhan dan sekitarnya. Ia menyipitkan matanya.
"Rey, kok kamu ada di sini? " Tanya Yonna.
"Aku kebetulan lewat sini dan lihat kamu terkapar di jalan. Siapa yang melakukan ini padamu? " Tanya Reyhan serius. Bahkan senyum Reyhan tidak nampak di wajahnya seperti biasanya.
"Aku tidak tahu, Rey. Aku tidak mengenal mereka. " Jawab Yonna berbohong. Ia tidak mungkin mengatakan bahwa ia diserang oleh istri-istri dari pria-pria hidung belang yang menyewanya beberapa bulan yang lalu. Reyhan tidak tahu bahwa Yonna pernah menjadi pacar/teman kencan online sebelum mereka saling kenal.
"Kamu menyembunyikan sesuatu dariku? " Tanya Reyhan melihat gelagat Yonna yang kebingungan. Yonna menggeleng cepat.
"Aku tidak kenal mereka." Ulang Yonna.
"Ya sudah. Aku antar pulang. " Ucap Reyhan sedikit lebih dingin dari biasanya. Yonna terdiam, mungkinkah Reyhan tahu yang sebenarnya? Berapa lama Reyhan menemukannya? Apa Reyhan melihat dirinya dihajar oleh tiga tadi? Apakah Reyhan marah karenanya?
Entahlah, Yonna tidak ingin membahasnya sekarang. Rasa sakit dan perih di sekujur tubuhnya membuatnya malas membahas apapun yang terjadi padanya.
"Rey, terimakasih! " Ucap Yonna pelan. Reyhan yang mendengarnya pun menatapnya sekilas lalu kembali fokus dengan kegiatannya, yaitu mulai mengemudi untuk mengantar Yonna pulang ke rumahnya.
......
"Ya ampun, kakak. Siapa yang membuatmu babak belur seperti ini? " Tanya Ayuma yang baru saja sampai di rumah kos mereka. Reyhan masih di sana menemani Yonna sampai Ayuma pulang sekolah.
"Tidak tahu, mereka mungkin salah orang. " Jawab Yonna.
"Mereka? Berarti lebih dari satu orang? " Tebak Ayuma. Yonna menganggukkan kepalanya.
"Jangan dibahas lagi. Sudahlah aku tidak apa-apa." Ucap Yonna.
"Apanya yang tidak apa-apa, wajah hampir hancur kayak gini masih bilang tidak apa-apa? " Protes Reyhan.
"Tapi, Rey, mau bagaimana lagi? " Tanya Yonna.
"Kamu lapor pihak berwajib! " Ucap Rayhan.
"Aku tidak mengenali mereka. Lalu siapa yang harus ku laporkan Reyhan? Kamu ini ada-ada saja. " Ucap Yonna.
"Setidaknya mereka harus bertanggungjawab atas apa yang mereka perbuat." Ujar Reyhan.
"So sweet deh, kak Rey. " Yonna menatap tajam adiknya yang memuji Reyhan dengan terang-terangan dan memalukan bagi Yonna. "Jangan hiraukan Gadis keras kepala itu, kak Rey. Empatbelas tahun hidup bersamanya, aku sudah sangat menghafal sikap keras kepalanya itu. " Imbuhnya. Tatapan tajam Yonna pun semakin mengerikan pada Ayuma. Tapi yang mendapat tatapan tajam setajam golok itu pun hanya bersikap santai dan tanpa merasa berdosa sedikitpun.
"Jangan dengarkan dia. Dia hanya anak-anak dalam masa pubertas. Jadi wajar jika dia bersikap berlebihan. " Kata Yonna membuat Reyhan menahan tawanya. Dalam sekejap ia melupakan kekhawatirannya pada Yonna.
"Jaga kakakmu yang keras kepala, Ayuma cantik. Jangan biarkan si manis satu ini keluar rumah hari ini! Pastikan dia hanya akan beristirahat seharian di rumah! " Ucap Reyhan.
"Siap komandan! " Jawab Ayuma bersemangat.
"Aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa telfon aku saja. Jangan sungkan. Kita kan teman. " Ucap Reyhan. Ayuma melongo memperhatikan betapa manisnya sikap seorang teman seperti Reyhan. "Sementara begitu. " Sambung Reyhan. Dan Ayuma semakin membelalakkan matanya mendengar lanjutan ucapan Reyhan. Sungguh manis baginya.
"Hati-hati di jalan. Cepatlah pergi! Jangan membuat remaja ini baper karena semua kelakuanmu! " Usir Yonna.
Reyhan tertawa saat Yonna mendorongnya agar cepat pergi dari rumah kos mereka.
Reyhan akhirnya pergi dan membuat Yonna mendapat tatapan aneh dari Ayuma yang tidak akan berhenti melontarkan pertanyaan yang sama seperti kemarin. Rasanya Yonna ingin tidur saja seharian ini daripada mendengar ocehan Ayuma nantinya.

Bersambung...

You Are My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang