Pertama kali dipublikasikan pada tanggal 11 Februari 2019.
(Sinopsis ⬆)
⭐⭐⭐
Dentuman suara musik keras dan kelap-kelip lampu menghiasi tempat itu. Aroma alkohol bercampur rokok menyeruak masuk ke indera penciuman setiap manusia yang hadir di sana. Di tengah ruangan, orang-orang melompat seraya menari, menikmati euforia lantai dansa.
Sementara di ujung ruangan, tiga gadis cantik dengan gaun di atas lutut, duduk pangku kaki di sofa panjang, menikmati minuman pekat seraya mencari mangsa yang bisa mereka manfaatkan malam ini.
"Jen, lo liat, di sana ada cowok ganteng sendiri." Malia, salah satu teman dekat Jeni, berbisik ke telinga kirinya.
Jeni yang tengah memegang minuman berwarna cokelat bening lantas mengernyitkan dahi. Matanya menelusuri setiap inci ruangan mencari keberadaan pria yang dimaksud Malia.
"Yang mana sih?"
"Itu tuh, yang duduk sendiri di meja bar. Pake jas abu-abu," tangan Malia terangkat untuk menunjuk pria itu.
Nadin yang duduk di sebelah kanan Jeni lantas membelalak. "Itu kan Logan."
"Lo kenal?" Tanya Malia.
"Iyalah. Gue satu sekolah bareng dia waktu SMP. Cowoknya pinter, kaya, asik, dan ga sombong. Tapi pacarnya banyak."
Jeni menyeringai licik, seolah tertentang dengan apa yang Nadin katakan.
"Sasaran yang tepat, buat dijadiin mangsa selanjutnya."
"Kalo kata gue, mending jangan manfaatin dia. Lo yang bakal sakit hati, ntar. Serius."
Jeni dan Malia tertawa.
"Lucu banget sih, Nad. Sejak kapan Jeni sakit hati karena cowok?" Kata Malia meremehkan ucapan Nadin.
"Gue tau, Jeni udah banyak morotin cowok ganteng berkelas. Tapi ini Logan, Lia. Cuma wanita yang gak waras, yang gak jatuh hati sama dia."
"Gimana kalo kita buktiin aja?" Kini Jeni yang bertanya.
"Lo yakin?"
Jeni mengangkat bahu dan kedua alisnya. Gelas minuman yang ia pegang, ia letakkan di atas meja sebelum akhirnya berdiri dari duduknya.
"Goodluck, Jen."
Malia memberi semangat saat Jeni melangkahkan kakinya menuju meja bar, menghampiri Logan yang tengah duduk sendirian.
⭐⭐⭐
Logan sadar, jika club malam bukan pilihan yang tepat untuk dia datangi malam ini. Tapi karena sakit hati yang menyerang relung hatinya, Logan terpaksa harus ke sana. Dengan harapan, ia bisa menghilangkan semua bayangan yang sedari tadi menggerogoti pikirannya.
Logan pikir, malam itu akan menjadi malam bahagia baginya karena akan menembak Rafa. Namun ternyata ia salah, justru itu adalah malam terburuk yang pernah terjadi. Karena melihat secara langsung Rafa dan Fathir berciuman di koridor sekolah.
Rafa adalah cinta pertama Logan. Dari sekian banyak wanita yang pernah ia temui, hanya Rafa yang berhasil membuatnya jatuh hati. Sementara Fathir, pria itu adalah sahabat sekaligus saudaranya.
Logan telah meneguk tujuh gelas kecil minuman beralkohol, tapi nyatanya belum bisa menghapus pemandangan memuakkan orang-orang munafik itu.
"Hai, sendiri aja?"
Setelah dua jam hanyut dalam kesendirian. Logan terkejut karena suara wanita tiba-tiba terdengar di sampingnya.
Ia menoleh ke samping kanan dengan tatapan sinis. Memerhatikan wajah gadis itu dengan seksama. Walau kepala Logan sedikit pusing dan matanya buram efek dari alkohol, ia tetap masih bisa melihat jika gadis itu menarik, dengan tampilan sexy yang cukup menggiurkan.
Tapi entah mengapa, Logan yang terkenal sebagai penakluk hati wanita, kini tak berselera lagi untuk itu, walau gadis dihadapannya masuk dalam tipe gadis idamannya.
"Boleh gue duduk di sini?" Tanya gadis itu lagi.
Logan hanya diam dan kembali meneguk gelas berisi cairan pekat yang tersedia di atas meja bar.
Jeni semakin dibuat penasaran, baru kali ini ada pria yang menghiraukan keberadaannya. Hingga gadis itu tetap nekat untuk duduk di samping Logan.
"Lagi ada masalah?"
Logan menghembuskan napas kasar lalu kembali menoleh ke arah Jeni dengan tatapan sinis. "Bisa diem ga lo?!"
Jeni tertegun, dengan tatapan setengah membelalak. Padahal, tadi Nadin berkata jika Logan adalah pria asik dan tidak sombong, tapi Apa-apaan ini? Pria itu menghardiknya?
Karena kesal dengan kehadiran seseorang yang mengusik ketenangannya, Logan akhirnya berniat untuk pergi, mencari tempat lain, tapi baru saja ia melangkah satu kaki, badannya sudah limbung hingga dengan refleks Jeni memegang lengannya.
"Lo ga papa?" Tanya Jeni.
Tapi Logan langsung menghempaskan tangan Jeni kasar. "Jangan.berani.sentuh.gue!"
"Heh! Syukur lo gue tahan. Bukannya makasi malah marah-marah! Lagian lo kalo ga bisa minum alkohol gak usah sok-sokan." Kesal Jeni tak tahan dengan sikap Logan.
Lama-lama emosi Jeni juga ikut tersulut. Niatnya untuk mendekati Logan kini terbuang jauh-jauh.
"Jangan ikutin gue!" Kata Logan dengan mata yang memerah efek minuman.
Jeni terkekeh geli, kemudian bersedekap. "Dih, gak usah geer. Siapa juga yang ngikutin lo! Sana lo pergi!"
Logan melanjutkan langkahnya entah pergi ke bagian sudut mana. Jeni tak lagi peduli dan berniat kembali ke sofa dimana teman-temannya berada yang sedang melihatnya dari jauh.
Jeni yakin, kedua temannya pasti sedang tertawa kuat, karena untuk pertama kalinya ia mendapat penolakan dari seorang pria.
⭐⭐⭐
Pendek ya?
Iya. Karena ini cuma prolog.
Dan prolog ini menceritakan awal pertemuan Jeni dan Logan.Jadi, sebelum insiden tabrakan (yang ada di ending BaG) Jeni dan Logan itu udah pernah ketemu. Tapi karna Logan mabuk banget, makanya dia gak ingat tentang Jeni.
Oh iya. Bdw ada yang punya rekomendasi cast ga? Masih bingung nyari visual Jeni :'(
*Update seminggu dua kali
KAMU SEDANG MEMBACA
Black and White
Teen Fiction15+ (END) ✔ (SPIN OFF BAD & GOOD) Bisa dibaca terpisah. Tapi lebih disarankan untuk baca BAD & GOOD lebih dulu. Biar ngerti alurnya. GILAA!! Gatau mau ngomong aplagi soal crita ini. Critanya tu bagus banged (pake d). Alurnya ga ketebak aseli. Pengga...