Mark, Jaehyun, dan Renjun berada di bandara untuk mengantarkan Yuta dan Ten. Biasanya sih tidak perlu diantar buat yang pergi jauh. Tapi Mark memaksa yang lain buat ikut.
"Salam buat kedua bocah nakal itu, hyung."
Renjun maju pertama dan memeluk Yuta dan Ten. Lalu yang kedua adalah Jaehyun. "Chenle sama Jisung memang merepotkan, tapi kalian pasti lebih suka ada mereka berdua."
Yuta dan Ten tertawa mendengar itu. Semenyebalkan apapun kedua bocah nakal yang sering bertengkar itu memang bikin kangen.
"Jaga mereka untuk kami, hyung. Aku harap akan bisa menyusul kalian."
Terakhir tentu saja Mark. Si ketua itu memeluk Yuta dan Ten bergantian. Lalu memberikan surat pada Yuta.
"Apa ini?" Tanya Yuta bingung.
"Ini adalah surat warisan dari kakek dan nenekku. Aku sebenarnya tidak mau menggunakannya tapi gunakanlah selama kalian di sana. Kalian bisa membuat usaha untuk bertahan hidup."
"M-maksudmu...?"
Ten tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia merasa Mark sekarang ini sudah merencanakan sesuatu.
"Kita akan memulai kehidupan yang baru. Sebagai seseorang yang lebih baik."
Semua tentu saja terkejut. Mereka pikir Mark tidak akan mengubah pandangannya. Mungkin Haechan yang telah mengubah pikiran jahat Mark.
"Kami akan menunggu kalian. Aku dan Ten akan menjaga kedua bocah nakal itu dengan baik."
Yuta memegang tangan Ten. Keduanya memberi senyum manis sebelum berpisah dengan yang lain.
"Aku hampir saja menangis." Renjun mengusap matanya yang hampir saja menumpahkan airnya.
"Kau cengeng sekali,"
Renjun mendelik kesal mendengar ejekan Jaehyun. Dia memukul pundak Jaehyun dengan keras sebagai balasan.
"Berhenti kalian berdua! Masih ada yang kita lakukan hari ini. Kita akan membebaskan seseorang yang telah terpenjara. Memberikan kejutan pada para polisi sebelum kita pergi."
Mark menyeringai menyeramkan, membuat Jaehyun dan Renjun bergidik ngeri. Jika Mark sudah begini maka kegilaannya mulai aktif.
Ketiganya masuk ke dalam mobil dengan Jaehyun yang menyetir. Mark duduk di samping Jaehyun dan Renjun harus rela duduk sendirian di belakang.
"Apa rencanamu, Mark?"
"Tidak ada. Kita datang membuat keributan dan BOOM!!! Selesai"
Jaehyun langsung memberhentikan mobilnya. Renjun menatap horor mendengar perkataan Mark. Tidak ada rencana maka mereka semua siap mati.
"Kau pasti bercanda," Renjun sangat ingin memukul kepala Mark jika saja lelaki itu bukanlah pemimpinnya.
"Aku tidak bercanda tuan Huang. Hanya siapkan senjata untuk kita berpesta. Aku sudah menyiapkannya di bagasi."
Gila maka itulah Mark Lee. Dia memang tidak menyiapkan rencana yang bagus untuk membebaskan Jaemin. Semalam Mark memikirkan banyak hal tentang masa depannya nanti. Dia memang tidak bisa selamanya terjebak dalam dunia kelam. Mark ingin hidup bahagia bersama pasangan hidupnya.
"Jalankan saja mobilnya kembali hyung. Jangan melotot begitu!"
Jaehyun menghela nafas berat dengan tingkah Mark yang menyebalkan. Menginjak rem dengan kuat hingga mobil melaju kencang hingga Renjun yang berada di belakang berteriak heboh.
"Jangan ikut gila seperti Mark, Jaehyun hyung!" Renjun rasanya mau muntah, sementara Mark malah tersenyum senang.
"Aku tidak tau apa yang ada di otakmu itu Mark. Tapi aku harap kita bisa kembali selamat setelah membebaskan Jaemin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Shot ✔
Fiksi PenggemarSeorang polisi yang memiliki hubungan khusus dengan seorang penjahat