Suatu hari saya mengikuti Dian menuju rumahnya dari dalam Taxi. Selama ini saya tidak pernah tau di mana rumah Dian, karna ia tak pernah membawaku kerumahnya. Tiba-tiba motor Dian terhenti di sebuah rumah, dan ia pun memarkirkannya di dalam dan hilang dari pandangan saya, persepsi saya mengatakan mungkin itu adalah rumahnya. Dengan semua rasa penasaran saya hanya bisa terdiam menunggu di dalam taxi selama beberapa waktu.Tak lama, Dari jauh saya melihat seorang perempuan menggunakan cadar keluar dari rumahnya, yang kemudian di susul oleh kedua orang tuanya yang juga berpakaian tertutup dan menggunakan cadar. Saya tidak tau siapa mereka, yang saya tau mereka terlihat sempurna jauh lebih baik daripada saya. Pantas saja Dian begitu ketat pada agamanya kalau lingkungan keluarga nya pun sudah seperti itu.
Kini saya sadar mengapa saat itu Dian memilih Nisa dari pada saya, karna memang penampilan saya tidak menunjukan bahwa saya pantas untuknya dan keluarga nya. Tapi kenapa saat ini, ketika saya sudah berubah Dian malah menjauhi saya? seakan ia tidak mau walau kita hanya berpapasan. Taada lagi orang yang mengantarkan pulang, yang menasehati ketika saya salah, dan orang yang menjadi teman tertawa. Saya benar benar kehilangan nya.
Seketika saya tersadar dari lamunan, sebentar saya menghela nafas saat ini saya hanya bisa melihatnya dari jauh dan hanya mendoakannya di waktu malam yang panjang. Sesungguhnya saya ingin kita seperti dulu yang baik baik saja.
Kini hidup begitu hening, saat saya memiliki semua yang saya inginkan seperti Popularitas dan keramaian kini pertama kalinya saya merasa tidak bahagia. Dian seperti penggerak mesin mesin semangat. Yang kini rusak dan sulit mencari gantinya.
Saya sadar bahwa saya terlalu lelah untuk terus mengejar dunia. sudah waktunya saya berhijrah namun tanpa harus meninggalkan, saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik.
ku sadarkan diri dari lamunan, dan bergegas pergi dari tempat ini sebelum Dian sadar bahwa ada yang mengikutinya. ku minta pak supir memutar balik dan pergi ke sebuah tempat, tempat yang menjadi saksi saya dan Dian.
Masjid Raya di Trans studio mall di kota bandung, di sini setiap malam rabu selalu di adakan kajian, dengan ustad yang humble banget. tempat ini juga yang menjadi sejarah pertamaku dengan Dian, saat Allah menunjukan jalan kami bertemu kembali.
Pembahasan kajian kali ini adalah
"Cintaku dari cinta Allah"Yang di bawakan oleh salah seorang Ustadz muda.
"Cinta itu tidak harus memiliki, dengan diam dan mendoakannya saja itu udah cinta namanya.
Kadang kala cinta itu menyakitkan karna apa? Karna kita mencinta apa yang bukan milik kita makanya terasa sakit, jikalau itu cinta milik kita sabetan pisau pun tidak akan pernah terasa sakit.
Cinta yang utama itu harus cinta kepada Allah, jika kita mengutamakan cinta Allah maka Allah mm pun akan mengutamakan cintanya untuk kita.
Kita tidak boleh takut akan kehilangan cinta, karna jika memang cinta itu milik kita sejauh apapun jarak, Allah akan menyatukannya caranya bagaimana? Yaitu dengan ihklas dan percaya kepada Cinta Allah. "
Kini saya sadar bukan cinta namanya jika ingin selalu memiliki tapi nafsu lebih tepatnya.
Mungkin selama ini saya hanya tertarik padanya bukan pada penciptanya.
Ini lah membuat cinta ini begitu rumit segala logika saya korbankan tapi lupa dalam berdoa.Kini saya ingin mencoba mengikhlaskan nya jikalau Dian memang yang terbaik kita pasti bersama suatu hari nanti.Amiinn..
Sepulang dari kajian saya mencoba mengunjungi rumah Nisa untuk belajar bersama karna besok kami sudah akan Ujian Nasional.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girl Vs Ketua Rohis
RomanceDeara atau yang biasa di panggil Ara, merupakan cewek pindahan asal Jakarta ke kota Bandung. Kepindahan Deara ke sekolah baru membawa nya kepada cerita cinta yang baru dengan seorang ketua eskul Rohis berkulit putih dan berbadan tinggi bernama Dian...