02

1.9K 205 28
                                    

Mobil hitam dengan lambang segitiga berhenti di sebuah Mansion dengan gaya Eropa.

Akashi Seijuurou tampak sangat lelah saat sampai di rumah mewahnya.   Pertemuan  hari ini mengambil sebagian besar energinya .  Di dalam Mansion yang bergaya semi klasik  dengan dinding yang merah dan lantainya terbuat dari marmer hitam.  Lampu gantung kaca tergantung di langit-langit.  Beberapa pelayan dan maid berdiri  di dekat pintu menyambut kedatangan sang majikan. 

"Selamat datang Seijuurou-sama."  Seorang pria berpakaian ala butler  berusia empat puluhan menyambut dengan sopan.

"Air mandi Anda sudah siap. Makan malam juga sudah siap dihidangkan. " Lanjutnya .

"Terimakasih." Jawab Akashi.

Tidak banyak pelayan dan Maid yang ditempatkan,  jumlahnya tak sampai lebih dari sepuluh orang.  Pegawai yang adapun didatangkan dari Mansion utama.  Seijuurou tidak terlalu suka banyak orang berada disekitarnya ,  lagipula mereka hanya bertugas untuk membersihkan dan merapikan rumahnya saja.  Pria itu akan jarang berada dirumah karena sebagian besar waktunya dihabiskan di kantor dan perjalanan bisnis.

Tanpa menunggu lama.  Ia segera masuk ke dalam kamarnya.

Didalam kamar,   Seijuurou melihat keluar jendela yang menghadap ke pemandangan yang di dominasi pepohonan hijau yang berasal dari bukit di dekat Mansion.   Terpikir  rumah ini terasa sepi, terlalu besar jika dia tinggali seorang diri.  Pasti akan sangat berbeda jika ada seseorang yang membuat atmosfer  menjadi lebih hangat dan juga suara anak-anak akan membuat tempat ini menjadi lebih ramai sehingga tempat  itu akan terasa hidup. 

Akashi tiba-tiba berfikir untuk memiliki seorang Istri.  Seseorang yang mampu memenuhi kebutuhan biologisnya.

Maksud kebutuhan biologis untuknya  bukan hanya untuk parter berhubungan seks.  Namun seseorang akan  yang melayaninya , menemaninya,  memberikan perhatian untuknya.  Seseorang yang mampu menjadi sandaran nya ketika merasa buruk.  Seseorang yang menemaninya hingga tutup usia.

Dan semua pikiran tertuju pada seseorang berambut biru tadi dia temui ,  raut wajahnya tenang dan penuh kelembutan.  Meilihat sikap dan cara berbicaranya Akashi bisa menyimpulkan dia adalah orang yang ramah dan penyayang. 

Ia tersenyum sendiri kala mengingat wajah Tetsuya.  Dia yakin Tetsuya adalah orang yang tepat untuk menjadi istrinya.  

Namun hatinya kembali kecewa saat menerima kenyataan bahwa Tetsuya  sudah berkeluarga. 

Untuk pertama kalinya jantungnya berdetak untuk seseorang dan untuk pertama kalinya dia seakan di minta menyerah bahkan sebelum melakukan pendekatan.  Kalah sebelum bertempur.

Apakah dia harus melupakan perasaannya yang mulai tumbuh ?

Apakah dia harus melupakan Tetsuya ?

Secepat inikah perasannya harus berakhir ?

Namun di sisi lain dia sangat mendambakan  orang itu .  Tak pernah dia merasa sangat menginginkan sesuatu hingga melewati batas kewarasannya.

Ia memutuskan mengambil benda persegi panjang dari saku jasnya , dan mendial nomer seseorang untuk dihubungi guna diperintahkan untuk   melakukan sesuatu.

Sekali lagi Akashi  membayangkan wajah Tetsuya yang indah  bagaikan Dewi bulan  dan lekuk tubuhnya yang menawan,ia membayangkan jika tubuh itu berada di bawahnya dan mendesahkan namanya nyaring. Pasti sangat menyenangkan.

Perlahan ia menyentuh Juniornya yang seketika menegang karena bayangan liar tentang Tetsuya.

"Sial."

DESIRE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang