Dilihat dari Mana Saja, Cinta itu Menyedihkan
Semua yang telah aku nantikan itu berahir tragis, menyisihkan luka yang teramat dalam. Dalam sekali sehingga aku pun tak tau, apakah bisa sembuh ataupun selamanya akan menjadi seperti ini.
Dia wanita tercantik yang pernah ku jumpai. Cukup cantik yang banyak lelaki idamkan. Paras putih bersih dengan wajah kekuningan walau tanpa make up sama sekali. Mata yang teduh, bibir merah semerah jampu biji. Semua yang dia punya adalah pemberian, sangat natural.
Sifatnya yang baik, pakaiannya juga yang selalu memakai jubah besar dan kerudung dengan ukuran panjang sampai punggung. Laki-laki mana yang tidak menyukainya.
Dia adalah wanitaku, dulu.
Kami menjalani hubungan yang semestinya tidak saling kita lakukan, terutama untuk diriku sendiri. Aku adalah guru agama di salah satu SMP Islam yang ada di desa. Kami berpacaran sudah satu tahun yang lalu.
Menurutku, pacaran itu tidak boleh. Apapun alasannya, pacaran tetap saja suatu hal yang tidak dibenarkan. Walau aku tetap menjaga kehormatannya, begitu pula kehormatanku, kami hanya behubungan lewat SMS.
Aku sayang sekali padanya, begitu pula dia kepadaku, kecuali dia bohong, entahlah. Tapi bukti dari hubungan kita adalah kita tidak pernah punya masalah sedikitpun. Disetiap malam kita SMS yang biasa dilakukan anak yang saling suka. Dia nyaman-nyaman saja denganku.
Aku tau bahwa ini salah, maka dari itu aku ingin sekali melamarnya segera. Bukanya aku tidak berani, tapi ada sedikit masalah yang dia masih belum siap. Dia baru lulus SMA tahun lalu, tapi dia juga punya alasan lain.
“aku tidak ingin hubungan kita ini berlarut-larut, aku ingin kita jadi pasangan yang halal. Tidak seperti ini” kataku dalam SMS.
“ya sudah selesaikan dulu kuliahmu.” balasnya
Selain mengajar di SMP Islam di desa, aku juga kuliah.
Sejak saat itu, aku pegang janji yang diberikannya itu.
Kehidupan sehari-hari kami jalani biasa saja. Dia bekerja di toko sepatu sebagai kasir, aku mengajar dan siangnya kuliah. Kita hanya bertemu lewat SMS pada malam hari, terkadang juga melalui terlfon.
Semua baik-baik saja. Tidak ada sedikitpun dari hubungan kita retak atau datang masalah. Semua baik-baik saja.
Pernah dia mengeluh saat aku antar pulang dari tempat kerjanya,-karena kakaknya tidak bisa menjemputnya, bahwa dia capek kerja di tempat tersebut. Dia tidak betah karena terlalu berat bagi dirinya.
Aku pun berusaha mencarikan kerjaan yang lebih ringan dan bisa dia masuki. Lalu aku memohon kepada kepala sekolah agar menjadikannya TU sekolahan.
Akhirnya diperbolehkan.
Dalam benakku, setiap hari aku bertemu dengan wanita yang ku sayang, di tempat kerja, di tempat di mana aku mengajar. Rasanya, setiap hari aku akan bahagia.
Itu harapanku, tapi saat waktunya tiba,
“aku sudah wisuda, bagaimana dengan janji dua tahun yang lalu. Aku ingin hubungan kita jelas, tidak seperti ini, berada dalam ke-haraman yang berkelanjutan. Aku ingin datang kerumahmu, melamarmu”
Terntunya aku juga bilang memalui SMS. Bukannya aku tidak berani, dalam adab aku hanya meminta izin untuk datang kerumahnya.
“Maaf mas, aku belum siap” jawabnya.
Begitu singkat dan mudahnya dia bilang seperti itu. Aku tidak ingin hubungan yang terlarang ini berlanjut. Aku pun memutuskan untuk pisah darinya, sementara waktu, cuma sementara waktu yang aku harapkan, tidak selamanya.