If You Know My Feeling

17 0 1
                                    

Chirp...chirp...

Aku membuka mataku dan membiarkan cahaya masuk. Aku terdiam sejenak dan menatap jendela sejenak.

'Sudah pagikah?' batinku.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan mengambil pakaian ganti dan handuk lalu masuk ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi aku pun pergi ke ruang makan untuk menyantap sarapanku bersama kakak perempuanku. Aku pun berangkat ke sekolah dengan membawa bass karena hari ini aku harus latihan. Selama diperjalanan aku menatap langit yang cerah, aku berjalan ke sekolah karena jarak dari rumahku ke sekolah tidak begitu jauh. Saat aku sampai di sekolah aku bertemu dengan gadis yang merupakan teman sekelasku.

"Hei!" panggilku pada gadis itu. Gadis itu pun menolehkan kepalanya ke arahku dan tersenyum lembut.

"Pagi, Gary!" ucapnya.

Aku pun berjalan bersamanya sampai ke kelas. Gadis itu bernama Cynthia, dia termasuk murid yang populer karena wajahnya memang manis. Jujur saja, aku juga menyukainya, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Aku hanya bisa menatapnya dari kejauhan saja tanpa berani mengatakan perasaanku yang sebenarnya. Cukup aku saja yang tahu, pikirku.

Pelajaran berlangsung dengan sangat membosankan, aku mengobrol dengan temanku yang duduk disampingku, namanya Brian. Brian adalah drummer di band kami, dia bertubuh tinggi dan menurutku termasuk murid populer di sekolah. Tapi Brian selalu bilang jika dia kalah populer denganku padahal menurutku tidak begitu. Kami sudah lama berteman dan kami sering membuat lagu bersama.

Hari ini, setelah pelajaran selesai, aku bersama anggota bandku akan berlatih di studio biasa kami, seperti biasanya. Tapi aku menyadari sesuatu, Cynthia ternyata selalu melihat kami berlatih. Entah siapa yang dia lihat, tapi aku berharap jika dia memerhatikanku.

°°°

Hari telah berlalu, aku kembali menjalankan rutinitasku. Seorang gadis menghampiriku saat istirahat, wajahnya memerah entah karena apa. Aku hanya terdiam mendengarkannya saja.

"Itu...sebenarnya...sudah lama sekali aku menyukaimu! Maukah kau menjadi pacarku?" ucap gadis itu menundukkan kepalanya karena malu. Aku terdiam sejenak saat mendengar perkataannya.

"Kau yakin?" tanyaku memastikan. Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Aku kembali terdiam berpikir.

"Kenapa kau menyukaiku?" tanyaku.

"Itu...karena kau sangat keren sekali saat bermain bass...kau juga murid yang cerdas!" jelas gadis itu malu. Mendengar jawabannya, suasana hatiku menjadi suram.

"Kalau begitu maaf aku tidak bisa menerimamu!" jawabku dengan nada dingin. Gadis itu menatapku tak percaya.

"Kau hanya menyukaiku saat bermain bass, kan? Itu artinya kau tidak tahu apa pun tentangku. Jadi maaf, aku harus menolakmu!" jelasku. Gadis itu menundukkan kepalanya.

"Benar juga ya..." ucap gadis itu seolah menahan tangisnya. Gadis itu pun berlari pergi meninggalkanku. Apa aku menyakitinya? Apa aku membuatnya menangis?

"Hei!" ucap Brian menepuk pundakku. "Lagi-lagi kau membuat seorang gadis menangis ya?" lanjutnya.

"Maaf saja, aku tidak tahu cara menolak yang baik!" jawabku asal. Brian hanya tersenyum le arahku.

Saat berjalan kembali ke kelas kami bertemu dengan Cynthia yang tengah asik mengobrol dengan temannya dan menyapa kami.

"Hai, Brian, Gary!" sapanya tersenyum senang. Aku menelan ludahku untuk menenangkan diriku. Jujur saja, aku merasa gugup saat bersama Cynthia.

"Hai, Cynthia! Mau ke kelas bareng?" ajak Brian dengan santainya.

"Tapi aku masih ada urusan sebentar lagi. Kalian duluan saja!" ucap Cynthia.

"Begitu, ya. Ya sudah kalau begitu, bye Cynthia!" ucap Brian. Cynthia pun melambaikan tangannya ke arah kami berdua yang berjalan pergi.

Brian menatapku yang melamun dan tersenyum mengejekku.

"Apa ini? Cinta?" tebak Brian. Mendengar hal itu aku langsung menyanggah.

"Bu-bukan kok!" sanggahku. Brian hanya tertawa kecil saja.

"Ya, ya! Apa pun itu! Aku akan mendukungmu kok!" ucap Brian menepuk pundakku keras.

"Sakit tahu!" ketusku membalas tepukannya. Brian sendiri hanya tersenyum menunjukkan giginya yang rapi dan putih.

°°°

Hari-hari kembali berlalu, begitupun dengan rutinitasku yang selalu terulang. Hari ini, aku kembali berlatih bersama di studio biasa kami, saat ini kami sedang istirahat sebentar, tapi mungkin ini hari sialku.

Saat aku membeli soda kaleng dari mesin penjual otomatis, aku melihat hal yang membuatku kesal dan sedih bersamaan. Akhirnya aku tahu alasan kenapa Cynthia selalu melihat kami berlatih, aku tahu kenapa Cynthia sering menyapa kami. Alasannya hanya satu, dia melakukannya hanya untuk Brian. Aku tahu menguping itu tidak baik, tapi aku sangat penasaran dengan apa yang mereka bicarakan, mungkin saja aku hanya salah paham.

"Brian, penampilanmu sangat bagus hari ini! Kau benar-benar keren!" puji Cynthia. Brian hanya tertawa kecil saja.

"Kau bisa saja, Cyn! Ngomong-ngomong, kenapa kau selalu melihat kami latihan ya? Latihan kami kan rahasia~!" tanya Brian dengan nada bercanda. Cynthia pun tiba-tiba menjadi gugup dan salah tingkah.

"I-itu...yah, sebenarnya sih...dari dulu aku selalu ingin bersamamu...jadi..." ucap Cynthia gugup.

"Apa ini? Pernyataan cinta?" tanya Brian. Wajah Cynthia kini sudah berubah merah semerah tomat. Cynthia pun menganggukkan kepalanya pelan sebelum akhirnya dia tersenyum pada Brian.

"Apa kau...mau menerimaku?" tanya Cynthia. Brian hanya terkekeh saja.

"Tidak masalah sih...tapi nanti ada yang cemburu loh! Kan kau populer!" jawab Brian.

"Aku tidak peduli! Yang penting aku bisa bersama orang yang kusukai!" jelasnya.

Seharusnya aku memang tidak pernah menguping pembicaraan ini. Rasanya sakit, bahkan sangat menyakitkan. Aku tahu, aku tidak punya hak apa pun untuk melarang hubungan mereka, untuk melarang Cynthia menyukai Brian ataupun kebalikannya, aku tidak punya hak untuk itu! Tapi tetap saja rasanya menyakitkan! Rasanya aku ingin pergi jauh, pergi dan tak pernah bertemu dengan dia lagi. Aku tahu, aku hanya melarikan diri dari kenyataan, tapi memang begitulah yang kuinginkan sekarang.

Aku pun kembali ke studio dan segera membereskan barang-barangku. Anggota yang lainnya menatapku heran dan bertanya jika aku mau pergi kemana. Aku hanya menjawab mereka sambil tersenyum,

"Hari ini aku kurang enak badan! Aku pulang duluan!" ucapku meyakinkan mereka.

"Begitu, ya. Cepat sembuh ya!" ucap Sang Gitaris. Aku pun pergi meninggalkan studio dengan perasaan kesal bercampur sedih. Setidaknya, aku harus menenangkan diriku terlebih dulu. Jika aku terus ada disana, mungkin aku akan semakin kesal dan kecewa, karena itu aku lebih baik pulang saja dan berusaha untuk menerima ini semua. Bagaimana pun juga, Cynthia punya hak untuk menyukai orang lain ataupun bersama dengan orang yang disukainya, aku sendiri tidak berhak melarangnya. Aku harus merelakannya, mungkin dia memang bukan yang terbaik untukku.

"Selamat tinggal!" bisikku pelan sambil tersenyum pahit.

°°°
End
°°°

Note : Ga usah baca note juga sih, yang jelas ini kumpulan cerpen yang dibuat dari ide tiba-tiba. Sekalian bagi kalian yang nunggu ZP, ini hadir untuk menghibur(?) #GaAdaHubungannya! Pokoknya gitu.
Cerita ini terinspirasi dari lagu Ito Kashitaro "I can't stop fall in love" jadi wajar kalau ceritanya mirip mirip gitu. Oke, Thanks for reading it~

Kumpulan Kisah PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang