Anna ngegigitin kukunya gugup. Rasanya belum siap ketemu Haris. Chatting kemarin aja rasanya masih malu. Malunya over sampai sakit kepala, kepikiran, salting dan menjerumus kearah gila kalau kata Joy.
Tanggal 9 kemarin Anna ngodein Haris buat nonton tapi entah Haris yang otaknya cetek apa kodenya Anna yang ga pas makanya lepas. Akhirnya Anna blak-blakan kalo minta ditemenin nonton, padahal sumpah Anna ga suka nonton mending dia baca novel dirumah atau fangirlingan. Ngebayangin layar segede gaban, speaker diatas kepala aja rasanya sudah pusing.
Ya tapi masa ngajak Haris fangirlingan? Kan ga mungkin.
Malunya belum cukup sampai situ, malunya masih berlanjut karena kegoblokannya. Anna bilang kalau dia suka Haris. Tapi responnya Haris seadanya.
Ya aku juga suka
Udah ngejatohin harga diri gara-gara confess duluan, responnya ternyata bikin harga diri terjun bebas. Anna ga tau mau naroh muka dimana lagi. Dibungkus aja apa gimana ini?
"Aduh gimana ya"
"Apanya yang gimana?"
Anna kaget pas earphonenya ngeluarin suara yang familiar ditelinganya, suara Joy!
"Kok nyambung ke elo sih Joy?"
"Yeee goblok mana gue tau lo yang nelpon juga"
Jawab Joy ga santai, suaranya sedikit ribut kayanya Joy lagi di EF."Halo kakanda, ada apakah gerangan menelpon adinda?"
"Haris udah otw ini gimana?"
"Ya tungguin lah masa lo marathon ke XXI?"
"Ga gitu goblok, halo otaknya masih ada?"
"Halo kejelasan anda masih ada?"
"Ih yaudah lah, les aja sana lo. Bye"
"Idih ambekan, bye kakanㅡ"
Anna nutup telponnya lebih dulu, panik. Dia sudah liat Haris di depan rumahnya. Untung jendela ini ada tirai buramnya. Semoga ga liat Anna lagi gemetar masang sepatu.
"Aduh Anna lo cetek banget sih beginian doang gemeter"
Percayalah, mensugesti diri sendiri ga ngaruh apa-apa.
"Oke tarik nafas, hembuskan. Ayo kita jalan. Ayah, Anna pergi dulu!"
Anna mengulurkan tangannya, pamit dengan orang tua itu wajib."Jangan ke sorean pulangnya. Jangan sampai magrib"
"Iya, berangkat ya!"
Anna lari kecil kearah Haris. Ga ada waktu buat melongoin ketidak jelasan Haris kali ini.
"Kok muter lagi sih lo? Sawan liat ayah gue ya?" Anna ngeluarkan ekspresi lenny facenya.
"Engga tuh" Haris tetaplah Haris. Tapi Anna tau Haris takut dengan ayahnya. Bukan pertama kalinya kok, teman-teman Anna yang lain juga pernah takut liat ayahnya.
"Haris, gue masih malu loh"
"Gue juga masih malu"
Rasanya Anna pengen terjun aja menjatuhkan diri dari motornya Haris. Untung Anna pakai masker, ga kebayang udah pake blush on malu lagi.
"Huhu Haris ini gue kaya naik ojol tau ga ini duduk sejauh ini" Anna sebenernya mau ketawa tapi malah kedengerannya kaya ngerengek.
"Yaㅡaduh lo majuan sini, ntar terbang dijalan gimana?"
"Tolong ya sadar diri, yang beresiko terbang itu lo kali. Badan lo isinya tulang doang sama kulit"
"Sembarangan! Ini ada dagingnya tau!"
Anna sama Haris ketawa barengan. Walau canggung ternyata mereka masih bisa have fun.
"Hebat juga ingatan lo bisa sampai kerumah gue lagi, lo kan cuma nganter sekali"
Anna beneran muji ini, soalnya rumahnya itu belok kanan kiri, agak ngegemesin.
"Lumayan lah kalo yang kaya begini gue ga gampang lupa"
"Ya lo sih emang ga pelupa ya, ga kaya gue" Anna ketawa, kalo ada award manusia paling pelupa kayanya Anna yang menang.
Setelah ngelewatin satu simpangan lampu merah dan panas panasan karena ini hampir jam satu siang, akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
"Ternyata sumpalan disepatu gue ngaruh juga ya" Anna agak kagum sama Haris, ternyata tingginya cuma sebatas bahunya Haris.
"Loh... oh pantas hari ini kaya pendek"
"Seneng banget muka lo liat gue pendek"
Anna sama Haris sudah sampai di lantai 3. XXI selalu ada dilantai paling atas, Anna lebih gugup dari siapapun hari ini. Pertama kalinya ngejar cowo segininya, bikin Anna panik sendiri.
"Yah sisa deretan depan na, gimana?"
Anna menerjapkan matanya berkali-kali, bingung. Anna jarang ke bioskop dan kalau ke bioskop pun biasanya di deret tengah atau atas. Row B atau D. Tapi kali ini...
"Serius row K?!"
Ini beneran kaget, layar segede gaban yang biasa dia liat jarak jauh harus persis di depan muka nya?
"Ada sih di row A tapi tinggal satu, satunya lagi di row C"
"Yaudahlah di depan aja"
"Yakin ga papa?"
"Emang lo mau pangku-pangkuan?"
Haris ketawa dengar omongan Anna, matanya hilang.
Ih lucu.
"Seat 7 dan 8 ya kak, dua tiket 100 ribu"
Anna ngebuka dompetnya, daritadi sudah dipegang. Tapi Haris lebih dulu ngasih uangnya ke petugasnya.
"Nanti gue ganti"
"Gausah, kan gue yang ngajak"
Anna mikir, perasaan yang ngajak dia deh. Tapi yaudahlah ya, cowo kan gengsian. Nanti tersinggung kalo uangnya diganti.
Visualisasi
|Joyi Hanum
KAMU SEDANG MEMBACA
save me, save you ;Taeyong-Jisoo
FanficI'm losing my patience all in your half apologies