Gerimis mengiringi langkahku sore itu. Membuat tanah merah yang kujejak berwarna semakin pekat.
Bisa kudengar gumam lirih beberapa orang yang berjalan dibelakangku, mengisi potongan cerita yang beberapa hari ini selalu kudengar, namun berusaha kuabaikan.
"Apa kau yakin tidak apa-apa? Jinnie terlihat pucat. Bagaimana kalau besok saja kita kembali kesini?" suara Daehwi terdengar samar, padahal dia hanya beberapa langkah dibelakangku.
"Lebih baik begini, dia harus menghadapinya" balas sosok lain.
"Jinnie" gadis itu berjalan menyusulku, mengarahkan payung yang dibawanya agar menutupi kepalaku, "Jangan cepat-cepat jalannya"
"Dimana dia?" tanyaku.
Sahabatku menggenggam tanganku dan menuntunku ke sebuah gundukan tanah basah. Tubuhku berdiri terpaku, membaca nama yang tertulis disana.
Park Jihoon
Jika ini mimpi, kenapa aku tidak juga terbangun?
"Jinnie, ayo kemari! Airnya hangat!" pemuda itu berlari menuju ombak.
"Kau kira aku bodoh? Lagipula siapa yang akan datang ke pantai dicuaca seperti ini! ck!" aku berjalan menjauh, rintik gerimis terus menerpa wajah dan rambut panjangku, bercampur dengan udara asin yang terasa lengket.
Sosok itu berlari menghampiriku, kukira dia akhirnya sadar juga. Tapi dugaanku salah besar, dia justru menarikku menuju tempatnya bermain air tadi.
"Hey! Lepas! Jihoon! Kau gila!" aku terus berteriak dan mencoba melepaskan diri, tapi sia-sia saja. Meskipun tinggi kami tidak berbeda jauh, dia jauh lebih kuat dariku.
Mataku terpejam saat merasakan gulungan ombak menerjang kedua kakiku. Kukira kakiku akan membeku, tapi kenapa justru terasa hangat?
Kubuka mataku perlahan, mendapati wajahnya tersenyum menang, "Aku tidak bohong kan? Saat girimis seperti ini, air lautnya akan terasa hangat"
"Bagaimana bisa?" ucapku tidak percaya.
"Kau hanya perlu percaya padaku"
"Park Jihoon! Kau mau mati? Hentikan!" aku terus berteriak saat dia tertawa lepas sambil melakukan standing dengan sepeda motornya.
Jantungku nyaris berhenti berdetak sampai dia menghentikan laju kuda besinya dihadapanku.
"Kau bahkan tidak pakai helm! Kalau kau mati siapa yang akan mengantarku pulang?!"
"Daripada mengomel, lebih baik nikmati pemandangan indah di depanmu" ucapnya setelah turun dan kembali berdiri di atas kedua kakinya.
"Aku sedang menikmatinya tadi, sebelum kau berteriak memanggilku dan mulai menggila dengan benda itu!"
"Benda itu yang telah menemanimu melihat tempat-tempat menakjubkan ini"
Aku hanya bisa mendengus, karena ucapannya memang benar. Jihoon selalu membawaku ke tempat-tempat menakjubkan dengan sepeda motor kesayangannya. Seperti saat ini, kami berdiri di atas sebuah bendungan besar, berdiri memandang hamparan air yang bahkan tidak bisa kutebak kedalamannya.
Kurasakan kedua lengannya memelukku dari belakang, "Indah bukan?" ucapnya tepat disisi telingaku.
"Um, aku tidak pernah membayangkan seperti apa wujud bendungan yang sebenarnya, kukira itu hanya dinding yang membendung sebuah kolam besar. Tapi ini seperti sebuah danau, indah sekali"
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Woojin - One Shoot
FanfictionHanya berisi koleksi cerita One Shoot GS Woojin as Girl - always Disini pairingnya campur-campur cem gado-gado, ena kan 😁 Selamat menikmati 🤗