Malam Yang Tenang

6.1K 461 34
                                    

Yang sudah membaca silakan vote n comment ya, dan jangan lupa untuk bantu share. Biar karyaku ini juga dikenal banyak orang. Terima kasih atas bantuannya.
P

art ini hanya narasi. Kalau tidak suka boleh dilewati. 😎

                          ***

Suasana Dusun Tlogotirto kali ini kembali damai. Sudah beberapa hari teror dari makhluk menakutkan itu tidak menghantui warga. Semua berjalan normal dan aman seperti berbulan-bulan yang lalu. Bulan di mana tidak ada suara nyanyian di malam hari, di mana tidak ada pemuda yang hilang. Sangat tenang.

Semua orang kembali beraktivitas normal. Petang ini, beberapa saat setelah matahari terbenam, banyak warga yang duduk sembari menggelar tikar di halaman rumah mereka. Sudah lama mereka tidak melakukan itu. Sebelumnya setiap matahari terbenam, semua orang akan bersembunyi di balik rumah berdinding bambu dan beratap genting kualitas paling bawah.

Malam ini, ada beberapa keluarga yang duduk menjadi sebuah kelompok, ada juga yang hanya tiduran di dipan teras mereka. Sekedar bersantai menikmati malam yang damai.

Anak-anak berlarian saling kejar, terdengar suara tawa, jeritan senang dan kadang tangisan saat salah satu di antara mereka terjatuh di atas tanah berumput tipis.

Cahaya bulan yang terang-benderang seolah memberikan rasa bahagia tersendiri bagi warga. Mereka lupa sesuatu yang beberapa saat lalu menebarkan teror membuat seluruh Dusun dilanda ketakutan, mereka berpikir itu sudah berakhir dan makhluk itu tidak akan muncul lagi. Setidaknya hal itu bisa menjadi obat stress meskipun hanya sesaat.

Reza duduk berselonjor di atas dipan bambu di depan rumah. Mbah Pringgo dan beberapa warga sudah berangkat menuju pintu masuk sebelah barat, meskipun suasana sudah kembali tenang dan mereka bisa tidur dengan nyaman. Tetap saja para lelaki itu merasa khawatir. Mereka takut sesuatu yang buruk akan terjadi apabila mereka lengah. Dan jika dipikirkan dengan lebih mendalam, keadaan sekarang terlalu tenang, dan itu justru mencurigaka.

Seruni.

Tidak akan berhenti dan tidak akan pergi sebelum mendapatkan keinginannya.

Reza menghela napas. Di sampingnya ada buku yang hanya tinggal beberapa lembar lagi.
Ia memberi halaman pada buku yang dibawanya dari kota. Menulis satu lembar untuk satu hari. Begitulah caranya mengetahui sudah berapa hari ia di tempat asing ini.

Sudah terlalu lama ia berada di sini. Menunda perjalanan pulangnya karena sekarang ia sendirian, Wildan hilang, dan Nara belum sadar sepenuhnya. Gadis itu masih terombang-ambing di dunia ilusi yang membuatnya terjebak. Selain itu, Martha malah menyusul Nara atau pergi ke tempat lainnya. Tidak ada yang tahu pasti.

Hal itu membuat gundah hati pemuda yang rindu suasana kota itu semakin menjadi-jadi.

Apa keluarganya mencari mereka?
Apa teman-temannya juga bersedih karena mereka tidak juga kembali ke sekolah?
Apa keluarganya sudah memasang pengumuman orang hilang?

Semua tanya itu terbersit nyata di dalam batinnya. Ia tidak tahu harus melakukan apa untuk bisa keluar dari tempat menakutkan ini.

Reza memandang kejauhan, ke dalam hutan, sunyi, gelap dan mengerikan.

Meskipun ia ingin pergi, ia tidak akan mau masuk lagi ke dalam hutan angker itu. Mungkin ada jalan lain untuk bisa keluar, tanpa melewati hutan itu.

Ia bergidik membayangkan kejadian saat sebelum bertemu Mbah Pringgo. Itu pengalaman mistis yang berkesan sekaligus menakutkan. Mungkin jika ia berhasil keluar dari tempat ini dengan selamat, ia akan menuliskan kisahnya.

Semua orang masih bersuka cita, dan pemuda itu masih duduk bersandar dinding bambu.

Memejamkan mata. Sangat nyaman. Tidak ada rasa takut, saat suara orang-orang masih terdengar di telinganya. Ia tidak takut.

Ia tersenyum meresapi kedamaian malam ini. Lalu senyumnya perlahan memudar. Ia membuka matanya perlahan saat merasa embusan hangat di tengkuknya.

Ia menelan ludahnya susah payah. Ia tidak berani menoleh. Ia takut mungkin ada sesuatu yang tengah berdiri di belakangnya.

Tapi di belakangnya adalah anyaman bambu, ia tahu terdapat beberapa lubang, tapi tidak mungkin jika sesuatu yang berembus di tengkuknya tadi adalah napas yang keluar dati hidung. Kecuali sesuatu meniupnya dari ruang di belakangnya yang hanya bersekat dinding bambu.

Reza menegakkan duduknya, lalu perlahan menoleh.

Tidak ada apa pun, hanya anyaman bambu dan terdapat lubang, seperti yang ia tahu selama ini.

Dari dalam cahaya lampu minyak berkebat-kebit menampakkan siluet aneh yang bergerak-gerak.

Reza mendekatkan wajahnya pada anyaman bambu yang berlubang. Lalu mengintip ke dalam. Gelap. Tidak ada apa pun yang terlihat.

Ia memundurkan kepalanya sambil menghela napas lega. Tidak ada apa-apa.

Reza bergegas turun dari dipan lalu berjalan menuju pintu masuk. Suasana di dalam rumah remang-remang. Ia menatap lubang pada anyaman bambu, lalu menatap anyaman penyekat dengan ruangan lain yang sejajar dengan lubang. Terlihat, meskipun tidak begitu terang.

Ia kembali berjalan keluar lalu mengintip dari lubang yang sama. Anyaman bambu penyekat itu sekarang terlihat.

Pemuda itu terhenyak kaku dengan setitik  keringat mulai membasahi pelipisnya.

Berarti ia tadi ... Tidak. Tepatnya mereka ....

Saling mengintip.

Misteri Seruni (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang