▪■■♡ Apa aku penting? Jika ya, sepenting apa
dan mana buktinya?♡■■▪
_______________________________________________________Entah mengapa akhir-akhir ini Marko begitu malas masuk kantor. Pertengkaran yang tidak jelas pokok permasalahannya terus membumbui perjalanan rumah tangganya. Kejenuhan itu mulai muncul perlahan dan ia mulai sulit mengimbangi tingkah Rara.
5 tahun berumah tangga adalah waktu yang cukup lama baginya untuk bersabar. Tak perlu diungkapkan, semua orang akan paham bagaimana kerinduannya memomong anak. Kerinduan yang besar dipanggil 'ayah' oleh seorang anak kecil.
Untung ada Manis, kucing berbulu putih dan bermata biru yang ia pelihara sejak tiga tahun lalu. Manis sudah ia anggap seperti keluarga. Saat Marko sendiri di rumah, ia tidak benar-benar sendiri.
Ada Manis yang selalu setia menemaninya duduk di kursi. Tak jarang Manis bermanja padanya, menggesek badannya di kaki tuannya atau duduk di pangkuan tuannya. Saat itu Marko sering melamun, andai saja Manis adalah seorang anak, kebahagiaannya pasti sempurna.
Putri. Marko punya Putri tapi tidak benar-benar memilikinya. Atau mungkin ia yang tidak tahu diri menganggap Putri sebagai miliknya walaupun status hanya sebatas sahabat.
Putri serba bisa melakoni peran apa saja yang Marko perlukan tanpa ia sadari. Putri kadang menjadi adik, menjadi teman, seperti anak bahkan bertingkah seperti seorang pacar.
***
Pagi ini ada yang beda dengan Putri. Dia nampak ceria berlenggak lenggok sedikit melompat hampir berlari kecil."Na na na na na... na na na.. hmm hmmm." Putri bersenandung tidak jelas sambil senyam-senyum melilit rambutnya di jari telunjuknya.
"Hei!!!" Dia menepuk kedua bahu Marko dengan kedua tanganñya dari arah belakang. Dia pikir Marko akan kaget, tapi sayangnya tidak sama sekali.
"Wow, ada yang berbunga-bunga pagi ini." Sahut Marko.
Penampilan Putri terbilang membaik pagi ini. Dia memakai pakaian yang lebih rapi dari biasanya. Rambutnya nampak berkilau seperti baru dari salon. Tapi wajahnya aneh. Eye linner belepotan di bingkai mata atasnya, mukanya putih daripada leher, pipinya merah meronah tapi tidak balance antara pipi kanan dan kiri.
Marko tidak bisa menahan tawa. Ia menggeleng dan terkekeh memperhatikan kekonyolan Putri pagi ini.
"Astagah, Putri... ko punya bedak tu kenapa tebal sekali macam pake masker saja?" Julio si kulit hitam melebih-lebihkan dengan logat Papua-nya yang khas. Mereka tertawa bersamaan di emperan depan kampus dekat 3 anak tangga bersusun.
"Suka-suka aku. Masbuloh?" Jawab Putri santai.
"Apa Masbuloh, Put?" Marko jadi penasaran.
"Masalah buat loh." Mata Putri membulat menantang teman-temannya.
"Cie, yang lagi senang." Renata si tomboy menambahkan, entah apa maksudnya.
Purti hanya tersenyum semringah kemudian mengutak atik ponselnya. Seperti sedang mengirim pesan pada seseorang.
"Ada yang balikan ni kayaknya." Sindir Trina dari belakang Renata.
"Oh, balikan?" Entah datang dari mana rasa gelisah yang tiba-tiba menyerang dada Marko. Putri terlihat sangat bahagia tapi Marko tidak. Bukankah selama ini ia mati-matian membuat Putri tersenyum?
Mengingat sms dari Reno waktu itu membuatnya geram. Reno sama sekali tidak pantas mendapatkan Putri dengan mudahnya.
"Iya, kak. Hehe," Putri kembali memanggilnya 'kakak'. "Bulan depan kami ke Bali. Dia mau ajak aku berlibur. Senangnya aku, Kak." Putri mendapatkan bahagianya, sedangkan Marko? Marko iri padanya. Bahkan ia iri pada Reno yang bisa memiliki hati Putri dengan sempurna.
Ingin sekali ia marah pada Putri karena masih meladeni Reno. Tidak tahu kenapa ia tidak rela jika Putri dipermainkan oleh lelaki sombong itu.
"Berapa lama di Bali?" Tanya Marko berusaha tenang. Tak sadar ternyata yang lain sudah meninggalkan mereka. Kini Marko lebih leluasa mengobrol dengan Putri.
"Mungkin 1 minggu. Ini pertama kali Reno akan mengajakku pergi jauh." Jawab Putri.
"Selama ini kalian tidak pernah jalan jauh?"
"Tidak... Reno jarang sekali temui aku. Kalaupun datang, paling lama 1 minggu lalu pergi lagi selama berbulan-bulan. Itupun kadang cuma sehari sampai tiga hari kami sama-sama. Selebihnya aku tidak tahu dia dimana." Raut wajah Putri berubah. Cintanya kepada Reno membuatnya sabar menahan rindunya.
"Jadi kalau kalian ketemu, kalian tidak jalan-jalan kemana, gitu?" Ini pertama kali Marko kepo dalam hidupnya. Bahkan dengan Rara ia tidak seperti ini.
"Ya... jalan. Tapi cuma sebentar. Setelah itu..." Putri ragu menjelaskan lebih jauh.
"Setelah itu berakhir di kamar?" Putri tidak menyangka jika Marko akan bertanya setajam itu.
"Tidak juga." Putri tertunduk malu.
"Lalu setelah itu apa, Put?" Marko menggeleng sinis.
"Setelah itu kami pergi ke hotel." Kata Putri setengah berbisik.
"Ya... semogah kamu tidak dipermainkan lagi." Marko menghembus pasrah.
Putri terdiam menatap tanah. Sepasang mata kuyuh itu terpaku memandang. jiwanya tersangkut entah dimana. Lamunannya mengisahkan kepedihan dan mungkin sedikit kebahagiaan bersama Reno, pria berwajah Asia yang postur tubuhnya tidak kalah jauh dari Marko. Marko pernah melihatnya sekali waktu Putri sakit, Reno mengantarnya ke kampus. Rambutnya gondrong dan ada tatto di lengannya. Sangat tampan bila disandingkan dengan Putri yang kelihatan seperti anak remaja. Reno berbadan kekar sedangkan Putri berbadan kurus dan pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Hingga Luka
RomancePublish 24 Januari 2019. ________________________________________________________________ Semua tragedi adalah menakutkan "Kadang warna kehidupan berasal dari sebuah noda, karena tak selamanya pelangi datang tepat waktu untuk mewarnai perjalanan tak...