01

21 4 1
                                    

suara kucing kecil itu bergema di dalam ruangan yang cukup besar, tersendat-sendat, seperti ada yang menahannya. sedikit menganggu si penghuni yang sedang tidur nyenyak di ranjangnya.

ngiaww

si penghuni yang berjenis kelamin cowo itu semakin terganggu, kucing kecil itu melangkah mendekat dan memanjat ranjang besarnya, kemudian mengendus-endus leher si penghuni.

"emm, geli woi." gumamnya tanpa menepis tingkah kucing itu. sampai akhirnya ia harus membuka matanya karna kucing yang entah dari mana asalnya itu mulai menjilat bahkan menggigit kecil dagunya.

"lah.." wajah kaget si penghuni sangat kentara, ia kebingungan darimana kucing kecil itu berasal. karna seingatnya sebelum tidur tadi ia sudah mengunci rapat semua pintu dan jendela rumahnya.

"lah, cing lo masuk darimana?" tanya si penghuni.

ngiaww. jawabnya sambil menggaruk telinga kanannya. oke, rain -si penghuni- tau ia sangat bodoh karna berbicara bahkan bertanya pada seekor kucing. tiba tiba kucing itu pergi ke jendela yang berembun, cuaca memang sedang mendung, bahkan tadi sudah turun hujan cukup deras.

kucing itu seperti ingin menulis sesuatu. y i l a, ah rain tau, mungkin 'yila' adalah nama dari kucing itu. rain pun bangkit, menggendong kucing itu dan membawanya ke ruang makan.

"jadi, nama lo yila cing?" tanya rain sambil mengecek isi kulkasnya, tanpa rain tau, yila, kucing itu menganggukkan kepalanya.

"hah, gue adanya sosis doang nih. gak ada ikan atau yang lainnya, doyan gak lo yil?" tanya rain lagi dan yila hanya melihat kearahnya dengan mata hijau miliknya yang indah.

rain mencacah sosis itu sampai sedikit halus, agar yila lebih mudah memakannya lalu menaruhnya kedalam piring kecil. rain memberikan sosis itu kehadapan yila, namun yila hanya memperhatikan dengan raut lapar, menunduk, dan menengok kearah rain, menunduk lagi, menengok lagi, begitu terus.

rain yang kebingungan pun berinisiatif mengambilkan sendok, mungkin yila ingin disuapi, pikirnya. diangkat yila kedalam pangkuannya dan menyodorkan sendok berisi setengah sosis cacah didalamnya, namun yila masih tidak membuka mulutnya, atau lebih tepatnya ia sedang berusaha.

rain menyadari tingkah aneh yila pun segera meletakkan sendoknya dan memberi perhatiannya kepada yila. ia membuka pelan mulut yila, dan ternyata ada permen karet disana. yila tidak bisa makan bahkan membuka mulunya pasti karna permen karet sialan itu, pikir rain.

"ngapain sih gaya gayaan makan permen karet? kucing kok makan gituan" oceh rain dengan kesal.

ia menunduk dan berusaha mengeluarkan permen karet dari mulut yila dengan perlahan. sedikit sulit karna ada lumayan banyak permen karet yang ada dimulut yila.

"nah, selesai," lega rain sambil mengangkat yila keatas meja makan. "yila, lain kali gak boleh makan permen karet! gak usah banyak gaya!" ujar rain sambil melotot. wajahnya bersih, lumayan putih untuk cowo semuruannya, garis wajahnya kokoh, semua yang ada ditubuhnya berporsi pas, tidak kurang ataupun lebih.

yila hanya mengangguk lucu dan menjilati telunjuk rain yang mengarah padanya, rain tersenyum geli dan menyodorkan piring berisi sosis tadi. yila menyambutnya dengan senang hati.

setelah selesai makan, rain membawa yila kembali ke kamarnya, ia tak mau pusing memikirkan darimana asal kucing betina ini, karna menurutnya tidak buruk juga tinggal dengan kucing kecil yang lucu itu. dia tidak akan membawa perubahan atau mengacaukan apapun kan?

bubble gumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang