Bagian 1 : Awal Mula

6 2 0
                                    

Senja dikota itu perlahan mulai tenggelam dibalik bangunan-bangunan tinggi, meninggalkan bayang yang menutupi bangunan lain disekitarnya. Warna orange langit seperti buah jeruk, terlihat manis namun juga masam, memancar dan memenuhi jalanan sore itu. Disebelah barat kota terdapat sebuah taman, tempatnya sejuk ditumbuhi pepohonan, banyak anak-anak bermain disana dengan ayunan dan prosotan, dan ditempat itu Riana Saraswati sedang sendirian. Duduk diayunan taman, tidak bergerak sama sekali.

“Hari yang membosankan… lagi. Hahh~” desahannya diakhir kalimat membaur bersama suara langkah kaki dan tawa anak-anak disana. “Lebih baik aku pulang.” Saat Riana baru melangkah beberapa meter ada salah satu anak yang menabraknya.

“Aduhh” suara anak itu.

“Kamu tidak apa?” tanya Riana sambil membantu anak itu berdiri. “Aku ti-“ belum selesai anak itu bicara ia langsung lari ketakutan sambil berteriak, “Aa… Kakak itu menakutkan.”

Riana yang diam dengan senyum kecut diwajahnya pergi meninggalkan taman.

“Lagi-lagi,” gumam Riana.

“Riana, ada temanmu didepan.”
Suara ibu terdengar dari bawah, kamar Riana ada diatas, disebelah kamar kakaknya. Riana anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya sudah menikah dan tinggal ditempat lain dengan suaminya. “Mereka hidup bahagia” begitu pikir Riana.

“Siapa?” tanya Riana. “Ibu tidak tahu, dia laki-laki” jawab ibu.

Sebelumnya tidak ada yang pernah ke rumah Riana, bahkan tidak mungkin mereka tahu rumahnya. Lalu siapa yang datang malam-malam kesini? Tak banyak berpikir Riana langsung membuka pintu dan benar dia anak laki-laki, seumuran dengan Riana.

“Maaf, siapa ya?” tanya Riana.

“Oh-ya. Ini aku teman sekelasmu. Kau tidak mengenalku?”

Wajar Riana seperti berkata ‘siapa orang itu’ sekalipun ia melihat wajahnya, karena Riana tidak mengenal – temannya.

“Siapa” balas Riana datar

“Benarkah? Kalau begitu kenalkan aku Amri , aku duduk dua baris disebelah kirimu, kau tak tahu?” tanya Amri.

“Tidak”

“Yahh,, itu membuatku sakit” balas Amri sambil memegang dadanya seperti orang sakit jantung.

“Eh-ah, a-apa kamu tidak apa? Ah- maafkan aku.” Tanya Riana panik. Tingkahnya seperti anak kecil yang bingung saat temannya jatuh dari sepeda.

“Hahaha, tidak aku hanya bercanda” Bima hanya tertawa melihat tingkah Riana seperti itu, karena yang dia tahu Riana orang pendiam dikelas sampai banyak gosip tentang dia.

Merasa Bima mengerjainya, Riana diam menunduk, lalu berkata, “Kamu mau apa?” nada bicaranya kembali seperti semula.

“ehh” Amri yang diam menjawab dengan gugup, “A-aku menemukan ini, ada namamu disitu dan alamatnya, jadi aku mau mengembalikannya. Ah, walau tadi aku sempat tersesat, jalan disini membingungkan.” Amri memberikan sebuah buku – diary – milik Riana.

Tanpa sempat berpikir Riana langsung mengambil buku itu dari Bima dan berkata, “Terima kasih” dengan cepat dia masuk kedalam, menutup pintu, dan meninggalkan Bima sendirian.

“ehh-Bagaimana bisa? Dimana aku menjatuhkannya? Ohya mungkin disana, tidak, mungkin disana. A~” Riana mencoba mengingat tempat yang ia datangi sepulang sekolah tadi, tapi tidak tahu dimana “dan bagaimana buku ini bisa jatuh?”
-----------

Ratusan KilometerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang