11

62 12 2
                                    

Yang kurasakan saat ini masih sama saja. Tak ada yang berbeda. Baik aku dengan segala kekonyolanku untuk berjuang ataupun kamu yang hanya memberi isyarat dengan sejuta silang. Menyedihkan memang, tapi ini lah kenyataan menyakitkan yang harus aku telan sendirian

_____________________________________

Gadis itu mengerti, seberapapun ia berusaha paham. Kadang pikiranya berputar lebih cepat tatkala ia berpikir bagaimana cara membahagiakan seseorang yang ia sayang. Namun ini jauh lebih sulit jika ia paksa, yang ia sayang terlihat bahagia dengan sesorang lain, yang itu jelas jelas bukan dirinya.

Wilda mengusap air di pelupuk matanya, tersentak karena merasakan sesuatu di pundaknya.

"Cailah gue cariin taunya disini, liatin apa sih lo?" lelaki itu mengikuti sorot mata Wilda, dua orang berdiri di jauh sana. Terlihat berdekatan bahkan bermesraan.

"Jangan bilang lo nggak tau kalo mereka pacaran?" Alden menebak nebak saja. Kali ini Wilda menggeleng, pertanda bahwa ia benar benar baru tau sekarang

"Alka sama Anya udah pacaran dari lama kali" tangan Alden terangkat, mengusap wajah Wilda yang terlihat menyedihkan "Udah, ngapain lo sedih. Lagian lo juga punya pacar sendiri"

Wilda memalingkan wajahnya, beralih menatap Alden yang ada di sampingnya. Ekspresi gadis itu berubah seratus delapan puluh derajat.

"Bahkan lo udah tau?"

Alden menaikkan pundaknya, "Gue rasa udah lama"

"Kenapa lo nggak bilang kalo Alka udah punya pacar?"

"Ya gue ngerasa gak penting juga, mau dia punya pacar mau enggak. Lagian ngapain ngasih tau lo, kan—" belum selesai berbicara, Wilda sudah menyela.

"Lo tau nggak? Gue udah kayak orang bego, gue perjuangin dia, gue perhatiin dia tiap hari dan lo tau semua yang gue lakuin semata mata cuma biar Alka tau kalo perasaan gue ke dia gak sebatas temen olimp doang "

Alden tersentak, menyaksikan gadis itu memarahinya bukanya membuat Alden naik pitam malah justru merasa bersalah.

"Gue tau, gue tau setiap gue lagi ngagumin Alka dari jauh lo juga ngeliatin gue dari jauh juga. Bahkan lo gak sadar kalo gue itu ngerasa kedatangan lo. Tapi gue diem Al, gue diem. Itu biar lo gak maksa maksa gue buat jadi pacar lo"

"Kenapa gue gak mau? Karna gue gak suka sama lo, dan nggak akan pernah suka sama lo! Lo juga tau kalo gue suka sama Alka,tapi kenapa lo gak bilang, ha?!Gue tau, lo mesti kepingin kan gue jadi cewek goblok yang ngejar ngejar cowok yang udah jadi milik orang lain?!" Wilda mengusap wajahnya, memarahi Alden membuat nafasnya tak beraturan sekarang

"Gue benci sama lo"

Matanya yang berlinang air membuat Wilda mengusapnya kasar. Ia membalikkan tubunya, mencoba menerima keadaan yang semestinya. Namun, Alden tak membiarkan gadis itu menjauh. Ia manahan pergerakan Wilda, tangan besarnya mencekal pergelangan Wilda agar berhenti

"Jangan benci gue" ia mengusap mata Wilda, "Atas apapun yang gue lakuin, gue minta maaf. Gue bener bener minta maaf"

Terserah seberapapun pasang mata yang melihatnya, Alden tak peduli. Ia lebih memilih membutakan mata dan membuka perasaan.

"Wil, gue mohon.. Jangan benci gue"

***********

Parkiran terlihat sepi, hanya ada beberpa motor saja. Jika dilihat jam sekarang, ini sudah lebih satu jam dari jam pulang. Alden mengeluarkan kunci motor dari saku celananya.

KaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang