Sudah tiga kali aku menghubungi Calum untuk meminta kepastian atas ajakannya dan sudah tiga kali juga Calum tidak menjawab teleponku. Aku meminta kepastian kepada Calum karena Calum belum memberitahuku pukul berapa kami akan bertemu. Jika Calum memintaku untuk menemuinya pukul tujuh malam, maka aku akan menolak ajakannya itu karena aku sudah ada janji dengan seseorang.
Berhubung aku sudah sedikit kesal dengan Calum yang tidak bisa dihubungi, aku memutuskan untuk menghubungi Kak Mali. Sekadar informasi bagi kalian, aku dan Kak Mali sudah sering berinteraksi melalui media sosial, tetapi sayangnya kami belum pernah bertemu secara langsung.
"Iya, Bel, ada apa?" sahut Kak Mali dari ujung sana.
"Kak, Bella mau nanya, Calum ada di rumah gak?" tanyaku.
"Ada, Bel, kenapa?" Kak Mali balik bertanya.
"Bisa tolong bilangin ke Calum buat angkat telepon Bella gak, Kak?" tanyaku.
"Oke, bentar, ya, Bel," jawab Kak Mali lalu aku mendengar Kak Mali meneriakkan apa yang kupinta. "Katanya bentar, Bel, dia beli paket dulu."
"Oh, oke, 'makasih, ya, Kak," ucapku.
"Sama-sama, Bel," balas Kak Mali lalu ia mematikan sambungan telepon kami.
×××
"Lo mau tau gak kenapa paket gue bisa habis?" tanya Calum kepadaku saat kami sudah berada di Kafe Mentari.
"Kenapa, Bang?" tanyaku balik.
"Karena gue video call-an sama Mawar," jawab Calum.
Aku hampir tersedak mendengar jawaban Calum barusan. Aku tak menyangka Calum akan mengatakan hal yang sangat mengerikan itu. Kalau Calum dan Mawar sudah pernah video call-an, itu artinya mereka sudah mulai dekat. Tetapi kenapa baik Mawar ataupun Calum tidak ada memberitahuku mengenai progres kedekatan mereka?
"Lo vc-an sama Mawar?" tanyaku ulang dengan maksud mengulur waktu agar aku bisa memikirkan tanggapan apa yang harus kuberikan terhadap cerita Calum.
Calum menganggukkan kepalanya. "Sebenarnya gue ngajak lo ketemuan karena gue mau cerita tentang Mawar yang ngedeketin gue."
"Seriusan?" tanyaku pura-pura tidak percaya padahal aku sudah menduga hal itu akan terjadi dalam waktu dekat.
Calum kembali menganggukkan kepalanya. "Gila, gue gak nyangka kalau Mawar bisa seseru itu."
"Seseru itu gimana?" tanyaku. Kurasa untuk pertemuan kali ini, aku adalah seorang pewawancara dan Calum adalah narasumbernya. Seandainya sesi ini ditayangkan di televisi, kurasa aku mempunyai judul yang tepat untuk sesi ini. Sayangnya kalian tidak bisa mengetahuinya karena judul yang kupunya terlalu berlebihan.
"Ya, seru gitulah, Bel," jawab Calum. "Gue tarik deh kata-kata gue yang kemarin."
"Kata-kata yang kemarin, yang mana?" tanyaku kebingungan.
"Kata-kata kalau gue gak tertarik sama dia," jawab Calum.
Hatiku merasakan sakit yang luar biasa mendengar jawaban Calum itu. Jika ia menarik kata-kata kalau dia tidak tertarik dengan Mawar, maka itu artinya, Calum tertarik dengan Mawar. Mawar berhasil. Mawar berhasil memikat hati Calum. Dan aku juga berhasil. Aku berhasil menyakiti diriku sendiri. Selamat Bel, selamat.
"Oh ya, Bel, si Mawar juga cerita ke gue kalau lo itu teman terbaik yang dia punya," kata Calum.
"Ya iyalah, gue kan emang baik dari sananya," ucapku membanggakan diriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catch Fire × Calum Hood || ✓
FanfictionBerkisah tentang seorang gadis yang mencoba untuk terbebas dari masa lalu dengan bantuan seorang lelaki yang bernama Calum Hood.