PROLOG

106 8 0
                                    

Malam itu hujan tidak ada hentinya membasahi setapak demi setapak yang aku lewati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu hujan tidak ada hentinya membasahi setapak demi setapak yang aku lewati.
Wangi khas air hujan yang menyentuh tanah. Udara dingin yang membelai seluruh tubuhku ikut melengkapi sunyi ini. Aku seperti beku, kaku, gagu. Kenangan itu, kamu.

Rindu. Rindu itu menyita waktuku mengingat kamu. Membuka kenangan masa lalu. Menyalahkan diriku sendiri.

Aku perlahan menyusuri jalan. Bertemu dengan seorang tukang foto, aku menghampirinya.

"Dapatkah anda mengambil foto yang sama percis kedua kalinya?" tanyaku.

Ia terdiam lalu menjawab, "Aku bisa saja membuatnya terlihat sama dengan sudut, cahaya, dan dalam waktu yang sama. Tapi kurasa tidak akan terlihat sama percis. Kau membuatku ragu dengan kata percis nona."

Aku heran, "Kenapa?"

"Aku tidak bisa membuatnya percis karena pasti ada titik yang berbeda meskipun itu sangat kecil."

Aku mengangguk mengerti, "Terimakasih."

Aku kembali menyusuri indahnya malam. Lalu bertemu dengan seorang pelukis.

"Dapatkah kau melukis lukisan yang sama untuk kedua kalinya?" tanyaku.

Ia pun menjawab, "Saat kau menyalin gambar bahkan menjiplaknya dengan kertas tipis di atas gambar aslinya. Kau akan menemukan garis yang melenceng dari seharusnya meskipun hanya 0,01mm. Kau takkan bisa membuatnya sama percis."

Aku mulai berfikir.

Aku melanjutkan lagi perjalananku. Lalu bertemu dengan seorang penulis. Dan aku kembali bertanya, "Dapatkah kau menulis cerita yang sama percis untuk kedua kalinya?"

Penulis itu terdiam sejenak lalu bertanya, "Apakah kau mau membaca cerita yang sama percis dua kali?.''

Aku heran namun menggeleng cepat. "Tidak, itu tidak akan seru. Meskipun itu seru aku tidak bisa merasakan sensasi saat aku membacanya pertama kali di kali kedua" jawabku panjang lebar dan penulis itu tersenyum mendengarnya.

Sekarang aku mengerti. Semua hal sekecil apapun itu tidak akan pernah bisa terulang percis dua kali.
Bahkan tanpa kita sadari, kita tidak pernah menulis huruf 'A' yang sama dua kali dalam bentuk yang sama percis dalam hidup kita meskipun terlihat sama.
Apalagi rasa.
Perasaan.
Percayalah tak ada kesempatan kedua.
Kesempatan kedua hanya ilusi.
Tak ada yang terulang, semua tetap berjalan.

Loving can hurt, loving can hurt sometimes
Photograph by Ed sheeran

***

Note: disarankan untuk memutar lagu yang ada di media sambil membaca. Thank u. Hope you enjoy guys, happy reading!

February 2th, 2019
vggevse

CLANDESTINE | REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang