"Tak apa kalian merasakan patah hati. Yang terpenting bukan patah semangat"
10 menit yang lalu, Raina sudah sampai dirumahnya dengan selamat diantarkan oleh Eza.
Mengingat percakapan mereka dijalan yang sedikit canggung. Ia sadar, sekarang Eza sudah mengetahui tempat tinggal Raina. Sedikit pelosok memang.
Ia melangkah kan kakinya masuk kedalam rumah.
Pukul 10:49 WIB.
"Fiuhh sudah malam." Ia melirik jam dinding dan melemparkan tas nya asal.
"Arghh andai saja aku tidak hidup seperti ini!" ia mengerang frustasi sambil telentang merebahkan badannya.
"Eunghh cape sekali.." gumam Raina tidak jelas.
"Shemangath rain.. fightinggh." menenggelamkan wajahnya di bantal dan mulai masuk ke dunia mimpi.
***
Bunyi suara gendang perut terdengar di pagi hari.
Raina bangun bukan karena berniat bangun pagi. Namun karena lapar. Mengingat kemarin ia tidak makan nasi. Jika ayahnya tau, ia akan dimarahi habis-habisan.
"Tidak ada bahan makanan?" Setelah melihat isi lemari pendingin, Ia berjalan gontai menuju dapur. Raina lupa jika isi lemari pendingin nya hanya ada air putih.
Hari ini adalah hari libur, namun tidak bagi Raina. Ia memilih menghabiskan akhir pekannya dengan berbuat baik kepada anak-anak panti. Walaupun sebenarnya ia belum makan.
Selesai membersihkan rumah. Raina memakai baju lengan pendek, dengan rambut yang sengaja digeraikan dan sedikit memoleskan makeup tipis ke wajahnya. Ia segera menuju tempat salah satu panti di kota ini dengan memasang wajah se-ceria mungkin.
***
Jalanan ibu kota masih terlihat lenggang di kanan kiri. Maklum, masih pagi. Dan ini juga hari libur, biasa dihabiskan untuk berolahraga atau berdiam dirumah.
Bukan Raina namanya jika sehari tidak kemana-mana.
Setelah tiba di panti asuhan bunda kasih. Raina segera bertemu dengan pengurus panti untuk meminta izin mengunjungi anak-anak panti.
"Assalamualaikum Bu," ia mencium punggung tangan ibu Panti dengan sopan. Lalu disambut baik oleh pengurus panti tersebut.
"Waalaikumussalam, Raina sudah lama nggak kesini." ujar ibu panti seraya memeluk Raina.
Sebenarnya Raina pernah tinggal sekitar 1 tahun di panti ini. Namun ia memilih untuk pulang dan hidup sendiri dirumah peninggalan orang tuanya.
"Hai adik-adik? Kak Raina datang bawa permen nih, ayo sini-sini." anak-anak panti pun berhambur masuk kedalam pelukan Raina.
"Kalian apa kabar?" Sapa Raina sambil menyubit gemas pipi salah satu anak panti.
"Baik kak," jawab anak-anak dengan kompak.
Melihat betapa bahagianya mereka. Ia teringat sesuatu.
"Ayah tunggu Raina..!" Seorang anak kecil berumur sekitar 6 tahun berlari mengejar ayahnya.
"Sini sayang." Lelaki yang raina panggil ayah itu berhenti dan memeluk anak semata wayangnya. Ia tidak akan meninggalkan putri kecilnya. Ia berjanji akan menunggu sampai putrinya di pinang oleh seorang lelaki.
"Ayah.. Raina ingin beli sepeda," ia merengek meminta kepada ayahnya.
"Sebentar lagi kamu akan masuk sekolah dasar, butuh biaya banyak. Kalau kamu berangkat sekolah, biar ayah antar naik motor ya." ujar ayah nya dengan lembut.Raina pun menuruti apa saja yang dikatakan ayahnya. Ia di didik oleh ayahnya dengan benar.
Hari pertama Raina masuk sekolah. Ia lakoni dengan gembira.
"Ayah Raina punya banyak teman disekolah, mereka semua baiiikkk sekali. Raina suka," raina tidak berhenti bercerita tentang sekolah kepada ayahnya.
"Putri ayah ceria sekali.." Hasan memeluk putri kecilnya. Ia juga ikut bahagia, tidak sia-sia ia membesarkan anaknya.
Mereka sangat-sangat bahagia. Sudah cukup bagi Raina mempunyai ayah seperti Hasan. Walaupun ia tidak merasakan lembutnya belaian kasih seorang ibu.
Definisi bahagia adalah 'ada'. Karena apapun yang kalian inginkan, impikan, butuhkan, atupun apa yang kalian sayang. Jika semua itu masih ada. Kalian akan bahagia.
Namun bahagia tidak lagi milik Raina.
Ayahnya mengingkari janji untuk tidak meninggalkan Raina.
Hidup Raina sebenarnya sudah benar-benar jauh dari kata hidup. Bahkan hidupnya ditampar sekeras-kerasnya oleh nasib.
Akankah bahagia datang dan berbicara?
Atau bahagia datang untuk sementara?
***
Ini part belum terlalu sedih ya gaess😅
Part berikutnya kalian auto pada nangis.. hehehe gak tahu juga sih😂Oh iyaa.. sebentar lagi author akan buat akun rp dari Raina dan Eza.
Tunggu pengumuman selanjutnya...Jangan lupa vote and coment para readers ku..
PS; kaya ada yang baca aja *ngukuk
KAMU SEDANG MEMBACA
UNFAIR
Teen Fiction(On Going) Karena disini, keadilan dipermainkan. Raina Adhyaksa adalah siswa SMA kelas 12. Ia hidup seorang diri. Ibunya meninggal saat ia dilahirkan. Jangan tanyakan ayahnya kemana? Ayahnya meninggal karena dituduh sebagai pembunuh pada tahun 201...